Penguasa yang sadar seperti Asoka di Magadha (250 SM) membangun pusat-pusat pendidikan tersebut. Dia menghapuskan segala bentuk perbudakan sehingga ia memiliki banyak kaum terpelajar, administrator yang baik, dan prajurit yang tangguh. Kebijakannya ini mengantarkan Magadha menuju puncak kejayaan dengan wilayah yang luas dan makmur. Â
Hal-hal yang dilakukan Ashoka hampir mirip dengan apa yang dilakukan pemimpin republik Roma (486-200 SM) yang disebut dengan Land Reform, yaitu pembagian tanah-tanah kepada kaum budak (pembebasan perbudakan) yang menyebabkan Republik Roma memiliki banyak prajurit untuk mempertahankan negaranya.Â
Relasi Alexander yang Agung dengan India yang berlangsung pada sekitar 320 SM, menularkan gagasan-gagasan itu untuk membangun negara. Chanakya, cendikiawan politik Hindu mencatat dan menerjemahkan gagasan tersebut ke dalam politik Ashoka.
Apa yang dilakukan Ashoka, telah membangun pusat-pusat pendidikan terbesar di dunia seperti Universitas Nalanda. Universitas-universitas ini berdiri sampai abad ke-12 Masehi.Â
Penyerang dari Turki (Dinasti Ghaznavid) menghancurkan universitas-universitas ini pada perang-perang di India sekitar abad ke-12 Masehi. Pada abad-abad sebelum universitas tersebut dihancurkan telah lahir pemikir-pemikir besar Hindu, termasuk di dalamnya pemikir-pemikir Hindu dan Buddha di Nusantara yang secara intens berhubungan dengan India ketika itu.
Prasasti-prasasti Bali Kuno (abad 11 - 12 Masehi) banyak memuat tentang hibah tanah kepada para bhiksu (Shiva, Buddha dan Jaina) untuk mendirikan perguruan. Nagarakertagama juga mencatat ashrama-ashram di Jawa.Â
Hal itu menunjukkan raja-raja Bali Kuno dan Jawa menaruh perhatian yang besar kepada pendidikan. Raja-raja ini telah mendengar cerita bagaimana Magadha menjadi besar lewat kidung Pataliputra (ibu kota Magadha).Â
Kebijakan raja-raja Bali Kuno harus menjadi inspirasi untuk kemajuan Bali masa kini. Akan tetapi kemudian peninggalan-peninggalan perguruan telah hilang seperti juga di India.
Sejarah itu memberikan pelajaran bahwa kekuasaan pada sekelompok orang tidak membuat negara menjadi kuat. Kekuasaaan harus didistribusikan secara merata secara berjenjang. Pada masa lalu, land reform dilakukan karena tanah menjadi sumber daya ekonomi yang paling vital.Â
Pada saat ini (modern), pengetahuan harus didistribusikan secara merata. Kaum-kaum miskin yang tidak mendapatkan akses pengetahuan harus mendapatkan perlakuan khusus, dengan membangun pusat-pusat pendidikan khusus untuk anak-anak miskin.
Jika hal itu tidak dilakukan maka Kuningan hanya akan dirayakan dengan sebatas simbol. Jika perayaan Kuningan dirayakan hanya sebatas simbol maka perayaan ini hanya akan terhenti pada perayaan. Dia tidak akan merealisasi dalam kehidupan sehari-hari.Â