Mohon tunggu...
I. Addi Wisudawan
I. Addi Wisudawan Mohon Tunggu... Pengacara - beginner writer

motorcycle traveller

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemuda dan Pemilukada

28 Februari 2016   19:06 Diperbarui: 28 Februari 2016   19:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi muda adalah generasi yang akan memakmurkan Indonesia. Demikian Soe Hok gie, tokoh aktivis era 60-han menggambarkan peran generasi muda dalam estafeta pemerintahan Indonesia. Pemuda memang punya peran penting. Organisasi pelajar Boedi Oetomo yang dimotori Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Sutomo (1908) diyakini sebagai embrio perjuangan generasi muda Indonesia. Pada tahun 1928, organisasi pemuda (kedaerahan) seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dan lainnya bersatu dengan memplokamirkan sumpah pemuda.

Sumpah Pemuda inilah yang di jadikan tonggak sejarah munculnya kesadaran persatuan dan kesatuan bangsa. Kemerdekaan Indonesia pun tak lepas dari peran pemuda pada saat itu. Penculikan Soekarno ke Rengasdengklok merupakan tindakan revolusioner pemuda dalam rangka mendesak segera di Proklamirkannya kemerdekaan.

Pasca kemerdekaan, generasi muda Indonesia menjelma menjadi kekuatan yang luar biasa dalam mengawal dan melakukan pengawasan terhadap pemerintahan. Setelah menyetuskan sistem demokrasi terpimpin dan meletusnya G30/S PKI, Soekarno secara langsung merasakan kekuatan mahasiswa. Gerakan Mahasiswa 1966 yang di motori KAMI menjadi catatan sejarah runtuhnya kekuatan Orde Lama.

Pada pemerintahan Orde Baru era Soeharto, kekuatan mahasiswa beberapa kali dibungkam Akibatnya muncul berbagai perlawanan dari Mahasiswa seperti peristiwa Malari pada di tahun 1978. Berbagai kebijakan pemerintah yang mengkebiri kehidupan Mahasiswa terus menyeruak kedunia Kampus model NKK-BKK dan lainnya. Perjuangan Mahasiswa dalam era Orde Baru ini mencapai puncaknya pada 1998 yang berhasil melengser kan Soeharto dari singgasana kekuasaan dan melahirkan era baru yakni era Reformasi.

Peran Pemuda
Peran pemuda harus tetap menunjukan keberlanjutan meskipun tantangan yang dihadapi berbeda dari masa kemasa. Tidak dapat dipungkiri, pemuda saat ini terdistorsi oleh bola salju kapitalisme dan neoliberalisme yang telah merubah pola pikir pragmatis, utopis dan hedonis. Namun demikian, kita bersyukur, sebagian pemuda/mahasiswa masih menunjukkan jati dirinya sebagai agen perubahan social yang amat penting.

Dalam beberapa kasus, kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM, UU PMA (Penanaman Modal Asing) hingga UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) menjadi prioritas mahasiswa untuk melakukan gerakan menolak kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat tersebut. Gerakan inipun tidak lepas dari eksistensi peran pemuda sebagai agen control social terhadap tindakan pemerintah yang memberatkan rakyat.

Pemuda secara psycologis memiliki semangat tinggi dan jiwa untuk selalu berubah. Potensi dasar yang dimiliki generasi muda ini jika dikembangkan dilatih dan dididik secara optimal akan menciptakan generasi-generasi yang dapat membawa kesejahteraan bagi bangsa.

Dalam konteks kedaerahan, pemuda merupakan potensi dalam pembangunan ditingkat local. Dikabupaten Bantul Provinsi DIY, potensi ini dikembangan melalui bidang pendikan. Merebaknya sekolah kejuruan telah menciptkan pola pikir pemuda menjadi lebih kreatif. Usaha kecil yang berkembang ternyata banyak dikuasai oleh alumnus pendidikan kejuruan tersebut. Dalam rangka peningkatan SDM, ditempuh pula pengembangan leadership yang ditempa oleh berbagai organisasi mahasiswa/Pemuda hingga LSM/NGO. Outputnya adalah terciptanya generasi muda yang telah siap sesuai dengan bidangnya masing-masing. Inilah fungsi lain dari pemuda yakni sebagai iron stock.

Potensi seperti ini kita miliki juga di Cilegon yang merupakan kota dengan karakteristik masyarakatnya yang majemuk. Pemerintah Kota Cilegon telah memiliki kebijakan yang fantastis dengan membebaskan biaya pendidikan dari SD hingga tingkat SLTA Negeri. Hal ini merupakan pacuan untuk generasi muda Cilegon dalam sebuah pencapaian tingkat pendidikan yang kompetitif

Di sektor kesehatan pemerintah kota mengeluarkan kebijakan untuk megratiskan pengobatan. Dan yang belum ada di daerah lain adalah peberian honor kepada guru-guru madrasah. Hal ini merupakan suatu kebijakan yang memberikan penghormatan besar kepada guru madrasah yang selama ini seolah termarjinalakan. Memberikan Bantuan Masyarakat Langsung (BML) dengan menggunakan ABD Cilegon sebagai pengganti BLT yang telah dihentikan Pemerintah Pusat.

Dalam pandangan pemuda, Pemimpin daerah yang telah mengelurakan kebijakan tersebut --meminjam istilah Pramoedya Ananta Toer --- telah melaksanakan salah satu tugas masusia dengan memanusiakan manusia. Kebijakan seperti itu belum tentu dilakukan oleh pemerintah daerah lain.

Pemuda dan Pemilukada

Tanpa mengurangi penghargaan terhadap organisasi kepemudaan dan pembinaan terhadap generasi muda yang ada di Cilegon, nampaknya Pemerintah Kota Cilegon hendaknya lebih memacu pada pembinaan generasi muda Cilegon dengan target pencapaian terciptanya pemuda mandiri melalui kegiatan kewirausahaan.

Untuk mencapai kearah itu, ada dua hal yang amat penting yakni; Pertama, Adanya kesadaran dari pemuda Cilegon untuk berpacu menuju kemandirian, Kedua; Perlunya sosok pemimpin daerah yang mempunyai visi yang jelas terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan bidang kepemudaan.

Dalam hal yang pertama, menurut saya tidak terlalu sulit untuk di kembangkan mengingat organisasi kepemudaan di Cilegon cukup banyak dan potensial. Tinggal bagaimana caranya Organisasi kepemudaan ini bisa menggandeng Pemerintah dan Industri di Cilegon untuk dijadikan sebagai mitra dalam melaksanakan program-program kepemudaan yang mengarah kepada pencapaian kewirausahaan tersebut..

Sedangkan dalam hal yang kedua, Pemilukada Cilegon 9 Mei yang akan datang merupakan momentum penting bagi para pemuda untuk bisa memilih Walikota yang konsen dengan bidang kepemudaan. Dilain pihak Pemilkuda juga merupakan kesempatan yang baik bagi pemuda untuk tampil kedepan menjadi pemimpin Cilegon.

Generasi muda sebagai bagian dari masyarakat, mempunyai nilai jual yang tinggi. Sehingga wajar menjadi skala prioritas dimasukkan dalam agenda program pembangunan untuk menepis pola pikir Pragmatis, utopis, dan hedonis. Kita mengharapkan kepad generasi muda cilegon tidak apatis terhadap agenda-agenda demokrasi seperti Pemilukada ini

Pemiukada sebagai sarana demokrasi local dalam melanjutkan estafeta kepempinan daerah, diharapkan mampu menciptakan dua hal yang sudah dibahas diatas. Tergantung dari sikap politik pemuda dalam menentukan pilihannya. Apakah mampu menyaring calon walikota yang visioner terhadap kepentingan pemuda atau tidak.

Untuk sampai kearah itu, hendaknya para pemuda mempunyai pertimbangan yang matang dalam menentukan sikap politik. Visi Misi yang disuguhkan masing-masing calon tak ubahnya dengan barang dagangan yang sedang di jajakan. Oleh karenanya pemuda harus pandai melihat visi misi itu rasional atau tidak.

Dari sekian Calon Walikota, ada yang mengajukan visi Melanjutkan Pembangunan. Saya memandang inilah satu-satunya yang paling rasional dan sangat relevan dengan kondisi masyarakat sekarang yang masih sangat membutuhkan pendidikan dan pengobatan gratis, Bantuan masyarakat langsung dan honor bagi guru-guru madrasah serta honor RT/RW. Tentu saja misi melanjutkan pembangunan ini tidak terbatas pada hal-hal diatas, tetapi bagimana walikota Cilegon yang baru bisa melanjutkan program pembangunan yang sudah dicanangkan melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) yang sudah ditetapkan Legislatif sebagai petunjuk arah pembangunan Kota Cilegon ke depan.

Adapun pasangan calon lain, saya melihat visinya masih abstrak. Thema perubahan yang ditawarkan salah satu pasangan calon, tidak menjelaskan perubahan apa yang akan dibenahi. Ibarat seorang anak yang ingin minta ganti baju, tapi belum tahu baju apa dan bahan apa yang akan dipakai. Inilah yang saya katakana visi misi yang abstrak.

Ada juga Calon yang terlau utopis dengan keinginannya memajukan Cilegon dengan keindahan dan pembukaan lapangan kerja dan mengklaim dirinya memperhatikan masyarakat kecil. Hal ini sangat utopis, karena bagaimana ingin memperhatikan masyarakat jika sebelumnya tidak pernah berbaur dan berkiprah di masyarakat serta tidak memiliki pemahaman akan kearifan local.

Pada ahirnya, Pemuda diharapkan mampu berperan aktif dalam pelaksanaan Pemilukada Cilegon. Peran pemuda sebagai agen perubahan social bisa dimanifestasikan melalui Pemilukada dan menyalurkan hak politiknya dengan baik. Disamping itu, harapan yang paling penting adalah bagimana pemuda Cilegon bisa berpikir rasional dalam menentukan pemimpin daerah yang visioner terhadap kepentingan pemuda. Lima tahun kedepan, pemuda Cilegon harus mampu menggeliat bersama pemerintah Kota Cilegon dalam menciptakan pemuda mandiri.
Wassalam.

Tulisan ini saya posting di Kompasiana, mengenang pemilihan Walikota Cilegon H. Tb Iman Aryadi yang pertama tahun 2010 lalu.

(dimuat di BANTEN RAYA POST, Kamis 22 April 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun