Mohon tunggu...
Ngurah Beni Setiawan
Ngurah Beni Setiawan Mohon Tunggu... profesional -

Antara Ini dan Itu. Tulisan ini hanya kegiatan paruh waktu yang coba ditekuni. Sebagai media tempat curahan pemikiran dan opini pribadi. Mencoba melihat sesuatu dari sisi yang ringan. Belajar apa yang diperlihatkan alam pada kita. Berperilaku seperti apa yang diharapkan alam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Cermin Ini dan Itu

18 April 2011   10:34 Diperbarui: 8 Oktober 2015   15:44 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Love is like a mirror. When you love another you become his mirror and he becomes yours....And reflecting each other's love you see infinity. (Dr. Leo Buscaglia)

Bercermin adalah kegiatan yang paling menyenangkan bahkan ditunggu oleh kebanyakan orang yang (tentunya) mencintai dirinya. Bahkan, kawan saya dengan tegas membuat motto baru dalam hidupnya “Tak boleh ada kaca yg terlewat“. Wong edan! Dia ini laki-laki loh! Sekali lagi, laki-laki! Konon kabarnya pria adalah makhluk yang paling anti-cermin karena dianggap terlampau jujur menilai parasnya yang terbilang pas-pasan.

Lain halnya dengan kaum wanita, mereka cenderung menaruh perhatian yang berlebih pada cermin. Bagi kebanyakan wanita, cermin adalah teman setia yang selalu membantunya mempersiapkan diri sebaik mungkin di depan khalayak ramai. Ya, agar tampak menawan. Sedangkan pria? Ia cenderung acuh dan cuek akan penampilan.

Saya mungkin termasuk satu dari sekian juta orang yang alergi pada cermin. Namun tak bisa saya pungkiri bahwa bercermin adalah hal pertama yang selalu saya lakukan di pagi hari. Karena hanya pada saat itulah wajah ini terlihat lumayan (rupawan). Selebihnya, sepanjang hari, saya merasa laju penurunan kualitas wajah ini terlampau cepat! Alias, tak tampak tanda-tanda saya seorang yang rupawan lagi. Demi menghibur diri, akhirnya saya putuskan hanya bercermin di pagi hari.

Dalam Fisika, proses memantulkan obyek menjadi bayangan nyata yang dilakukan oleh cermin disebut dengan proses refleksi. Namun, tahukah Anda bahwa cermin terkadang menyajikan sesuatu yang berbeda dari objek aslinya. Cermin memberi Anda gambaran yang berbeda dengan kenyataan yang ada. Tengok saja cermin (kaca spion) di mobil Anda, disana terkadang tercantum tulisan kecil objects in mirror are closer than they appear (obyek yang tampak sesungguhnya lebih dekat dari yang terlihat). Artinya jelas bahwa obyek itu sesungguhnya sudah mengalami “modifikasi” sehingga tampak lebih kecil dari ukuran aslinya. Tentu, ini akibat perilaku alamiah cermin cekung yang terpasang di mobil Anda.

 

Mereka bisa membuat Anda tampak kecil

Saat Anda berputar-putar di depan cermin mengagumi gaun yang baru saja dihadiahkan pasangan Anda atau memperhatikan ikat pinggang kulit yang begitu ketat membelit pinggang Anda, apakah yang sesungguhnya Anda pikirkan? Anda mengagumi diri Anda sendiri bukan? Dan itu sangat baik untuk membangun suasana positif dalam hati Anda!

Saya teringat dengan Mashlow, seorang psikolog Amerika yang dikenal dengan Teori Hierarki Kebutuhan (Theory Hierarchy of Needs). Ia mencoba memberi gambaran tentang 5 (lima) tingkatan kebutuhan manusia selama hidupnya mulai dari yang paling penting sampai yang paling tidak penting dan dari yang mudah hingga yang paling sulit untuk dipenuhi. Menurut Mashlow, yang di representasikan dengan piramida, tingkatan kebutuhan mulai dari bawah adalah kebutuhan fisiologis (Physicological needs; sandang, pangan, papan), lalu kebutuhan akan keselamatan dan keamanan (safety needs), kemudian kebutuhan sosial (Love and belonging; berteman, cinta, keluarga), kebutuhan penghargaan (Esteem) dan diakhiri dengan kebutuhan akan aktualisasi diri (Self actualization).

Singkat kata, Mahslow menempatkan penghargaan (Esteem, pengakuan) pada tingkat tertinggi kedua dibawah kebutuhan untuk mengaktualisasi diri (Self Actualization). Artinya lagi bahwa ketika Anda bercermin maka sesungguhnya anda berusaha mencari media untuk menghargai diri Anda sendiri. Anda butuh pengakuan bahwa seseorang yang muncul di cermin adalah diri Anda yang menawan dan rupawan. Dan Anda serta merta memiliki hak penuh untuk mengendalikan semua pujian yang sesungguhnya Anda inginkan. Dan sekali lagi, hal ini sangat baik untuk membangun suasana positif di hati Anda!

Kita sadari bersama bahwa manusia butuh sebuah pengakuan akan semua hal baik yang ada pada dirinya. Ia akan mencari media apapun yang mampu memberikan penilaian baik tersebut. Entah itu pendapat dari seorang teman, orang tua, anak atau sebuah buku, piagam penghargaan dari tempat kerja, kenaikan gaji di tempat kerja baru. Semua itu bisa berupa sesuatu yang verbal ataupun non-verbal, sesuatu yang bisa Anda sentuh atau hanya sesuatu yang bisa Anda rasa. Satu hal yang pasti, kita butuh pengakuan positif tentang diri kita. Dan (untuk kesekian kalinya) hal ini sangat baik untuk membangun suasana positif dalam diri kita.

Seperti halnya cerita kaca spion diatas bahwa cermin tak selalu memberitahu kita apa yang sesungguhnya terjadi. Mari kita sadari bahwa saat ini begitu banyak cermin-cermin cekung yang bertebaran dalam berbagai wujud. Mereka bisa membuat Anda dan saya tampak kecil di dunia ini. Mereka bisa membuat kita menjadi kerdil. Apapun yang kita lakukan seolah tak berarti bagi mereka. Cermin semacam ini tak akan pernah Anda harapkan tapi Ia selalu menghantui Anda setiap hari. Cermin ini selalu mendiskreditkan apapun usaha Anda dan apapun capaian Anda. Semua dianggap kecil olehnya.

Komentar miring seorang teman kantor, perlakuan yang tidak adil dari atasan Anda di kantor, hasil kerja keras yang tak kunjung memberikan hasil. Gosip tentang cara berpakaian Anda yang dianggap kuno, rumah baru Anda yang dikatakan kurang nyaman atau bahkan seseorang yang menghakimi masa depan Anda akibat pekerjaan Anda yang dianggap kurang bonafide. Semua ini bukanlah cermin yang Anda harapkan. Ini adalah cermin-cermin cekung yang membunuh semua hal positif dalam diri Anda. Semua yang Anda lakukan tampak tak berarti dimata mereka. Bahkan perkataan mereka yang kerap menghakimi masa depan Anda terkadang melebihi kuasa Tuhan! Hmm…pikirkan itu.

Persis seperti kaca spion mobil Anda. Semua tampak kecil. Dan Anda tak layak mempercayai hal ini. Kita begitu mudah terpengaruh oleh semua komentar buruk yang mampir di telinga dan mata kita. Hati manusia sangat sensitif dan emosional terlebih menanggapi hal-hal yang dianggap kurang pantas. Berita buruk di pagi hari bisa membuat runyam suasana hati Anda sepanjang hari. Sekali lagi, mereka berhasil membuat Anda kerdil! Dan saya yakin itu bukan yang Anda inginkan.

 

When in pain ask your heart not your hurt

Yang perlu kita sadari bersama adalah bahwa cermin terbaik itu sesungguhnya ada di dalam diri kita. Manusia adalah makhluk terlengkap yang diciptakan Tuhan dengan kemampuan berpikir, berperilaku dan berbicara (Sabda, Bayu dan Idep - dalam Hindu Bali). Idep manusia sejatinya memberi kita ruang yang sangat luas untuk memilah dan memilih mana yang baik dan kurang baik, mana yang pantas dan tak layak, mana yang indah dan mana yang kurang menawan.

Kata hati hendaknya dijadikan cermin yang paling kita percaya dalam kondisi apapun. Hati, pikiran termasuk logika merupakan penuntun alami yang dihadiahkan Tuhan untuk manusia. Berpikir dengan hati sejatinya membantu menciptakan rasa sabar yang luar biasa, paling tidak itu yang selalu saya rasakan selama ini. Dan satu hal kecil yang ingin saya sampaikan pada Anda adalah mempercayai kata hati akan membawa anda pada kedamaian yang luar biasa dan kepercayaan diri yang mendamaikan. Inilah cermin yang sesungguhnya kita perlukan. Sesuatu yang jujur dan polos. Cermin yang datar di hati kita.

Basuhlah cermin Anda agar Ia selalu jernih. Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang baik ketika cermin dalam hati ini terbungkus kegelapan. Rawat dan bersihkanlah cermin itu agar Ia bisa selalu memberitahu kita akan semua hal baik dan menunjukkan siapa diri kita sesungguhnya. Sayangilah diri Anda. Isilah hati Anda dengan semua pengetahuan yang baik dan latihlah Ia untuk bisa menjadi cermin dalam keseharian Anda. Kekayaan utama hidup kita hanyalah diri kita sendiri.

Tak terkecuali pula cermin-cermin kita yang ada di rumah. Sayangilah mereka dan rawatlah mereka dengan sepenuh hati Anda. Mereka ini adalah cermin-cermin yang selalu berkata jujur tentang diri Anda. Mereka adalah sosok-sosok yang selalu menjadi kawan terbaik Anda dikala suka dan duka. Rawatlah mereka dengan kasih sayang terbaik Anda. Cermin itu adalah anak-anak Anda yang kelak menjadi penuntun dimasa datang, cermin itu adalah istri atau suami Anda yang sudah sekian lama menemani Anda. Termasuk orang tua Anda yang sedang duduk termenung di pulau seberang yang barangkali sedang membutuhkan bantuan Anda saat ini. Mereka inilah cermin-cermin terbaik yang dihadiahkan Tuhan bagi kemuliaan hidup Anda. Rawat dan sayangilah mereka.

Sekali lagi, inilah cermin-cermin kita. Dan cermin-cermin itu sesungguhnya ada disini, disekitar kita. Dan sepertinya tak salah jika kita berucap syukur atas keberadaan mereka disekitar kita.

 

NBS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun