Peringatan:Mengandung Konten yang sensitif untuk pembaca mohon kebijakannya
Saya menyoroti dua kejadian yang terjadi pada bulan oktober ini yaitu kejadian Di Stadion Kanjuruhan dan Penembakan masal di Thailand
Saya menelurusi dari kejadian Stadion Kanjuruhan terlebih dahulu.
awal mula kejadian pada tanggal 1 Oktober 2022 menjelang pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan. Area depan stadion Kanjuhuran ramai akan penonton yang ingin memasuki area stadion kanjuruhan.
Pertandingan berjalan dengan lancar hingga peluit akhir ditiup oleh wasit Agus Fauzan Arifin, dengan skor yaitu 2-3 untuk kemenangan tim Persebaya Surabaya. Di Stadion Kanjuruhan hanya dihadiri oleh pendukung Arema FC, tidak ada kuota tiket untuk suporter tim tamu.
Sejumlah pendukung yang merasa kecewa dengan kekalahan tim yang menjadi kebanggaannya tersebut, turun ke lapangan. Hingga terjadi kerusuhan terjadi.Hingga Menimbulkan jatuhnya korban sebanyak 712 orang, dimana saat laporan ini disusun sudah mencapai 132 orang meninggal dunia, 96 orang luka berat, 484 orang luka sedang hingga ringan (Saya mengambil data ini dari Kesimpulan dan Rekomendasi TGIPF Tragedi Kanjuruhan dari scribd.com)
Kita coba ke negara Gajah Putih yaitu Thailand. pada Kamis tanggal 6 bulan oktober kemarin Pembunuhan yang terjadi di tempat penitipan anak di wilayah Provinsi Nong Bua Lamphu Dilansir Reuters. peristiwa itu terjadi di pusat penitipan anak Kamis (6/10/2022) siang hari waktu setempat. Kejadian bermula saat seorang pria memasuki tempat penitipan anak itu.
Tiba-tiba, ia menembak para staf, termasuk seorang guru yang sedang hamil. Kemudian, pelaku juga menembaki dan menikam anak-anak yang sedang tidur siang hingga tewas.
Dilansir dari Bangkok Post, penembakan massal itu menewaskan 37 korban yang mayoritas adalah anak-anak. 3 di antara korban adalan isteri dan anak pelaku serta pelaku itu sendiri. Sebanyak 22 di antara korban tewas adalah anak-anak. Sementara sisanya adalah korban dewasa. Bahkan, ada salah satu korban serangan yang masih berusia 3 tahun. Adapun 10 orang dilaporkan terluka akibat serangan ini, enam di antaranya mengalami luka serius.Â
Polisi mengidentifikasi pelaku penembakan adalah Panya Khamrab (34) yang merupakan mantan anggota kepolisian. Pangkat terakhirnya adalah letnan kolonel. Menurut The Guardian, Khamrab dipecat dari anggota kepolisian karena tersangkut kasus narkoba. Ia terbukti memiliki metamfetamin dalam penggerebekan yang dilaksanakan tahun lalu.
Dilansir dari Reuters "Dia ingin melampiaskan. Â Kami mengetahui dari ibunya bahwa pada hari kejadian dia bertengkar dengan istrinya. Dia mungkin ingin melakukan sesuatu yang buruk," kata kepala polisi setempat Chakkraphat Wichitvaidya kepada Reuters.
Rekan-rekannya di kepolisian setempat mengatakan, Panya dikenal pemarah dan kasar saat bertugas sebagai polisi. Polisi mengatakan Panya gelisah saat memasuki pusat penitipan anak pada Kamis (6/10/2022). Dia membawa pistol dan pisau besar atau golok.
Dari dua kejadian dapat disimpulkan demikian
Dasar Asasi manusia dipertanyakan saat terjadinya kejadian kanjuhuruan, serta tidak kesiapannya venue dan keamanan tidak mungkin ratusan korban menjadi korban apabila dua masalah itu diselesaikan.
Dan pentingnya untuk mengontrol emosi supaya diri tidak menjadi liar dan menjadi kewaspadaan untuk kita semua, Serta menjadi perhatian pemerintah Thailand untuk penerapan senjata ilegal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI