Pendidikan bersistem Focus on subject adalah pendidikan yang memberikan pemahaman baru, bukan dalam hal cara mengajar, melainkan dalam hal apa yang dipelajari. Sistem pembelajaran focus on subject pertama-tama mengarahkan siswa untuk memilih bidang studinya yang akan ia tekuni sejak kecil (fokus pada subject yang dipilih). Memilih tidaklah berarti memberikan kebebasan sepenuhnya kepada siswa, tetapi lebih ke arah memilih sesuai dengan bakat dan minatnya. Memang sistem pendidikan sekarang menganjurkan untuk menekuni semua mata pelajaran hingga kelas XI di mana siswa akan memilih ketertarikannya entah pada pelajaran IPA, IPS atau Bahasa. Namun, hal itu toh tidak membuat siswa yang dahulunya berada di program IPA akan memilih bidang yang sejenis ketika berada di perguruan tinggi. Bahkan banyak teman saya yang dahulunya memilih program IPS atau Bahasa, lebih terarah untuk bekerja di bidang kesehatan yang notabene adalah ruang lingkup bidang IPA.Â
Pendidikan berlandaskan Focus on subject adalah bentuk pendidikan yang lebih membentuk karakter seseorang sesuai dengan bidang minatnya. Di dalamnya siswa hanya akan diberi pelajaran yang hanya berkaitan dengan pilihannya. Jumlah mata pelajaran pun akan dikurangi sehingga siswa difokuskan untuk belajar sedikit tetapi mendalam. Pada akhirnya akan terlahir siswa-siswa yang ahli pada bidang masing-masing. Kita tidak mungkin memaksakan semua pengetahuan ke dalam daya berpikir anak dan berharap kelak suatu saat ia akan bertindak eklektis. Itu terlambat! Jika demikian, ini seperti mengharapkan seorang anak menjadi pemain sepakbola profesional, tetapi sebelum sampai ke sana ia harus berlatih seluruh jenis olahraga yang ada. Sungguh ironis!
Untuk itu, pengelolaan pendidikan harus dilakukan secara transparan dan akuntabel, dimana proses pendidikan perlu melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai bentuk pengawasan sehingga siswa diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap bidang yang menjadi pilihannya. Maka di kemudian hari, bukan hanya ada tiga jurusan (IPA, IPS dan Bahasa) yang didapat ketika berada di sekolah menengah, melainkan puluhan jurusan yang memungkinkan terciptanya ratusan jurusan lain yang sudah ditemukan di sekolah dasar.
Tentu saja, profesi guru kembali kepada hakikatnya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar yang hanya mempersiapkan siswa untuk lulus ujian. Sehingga pendidikan di tanah air tidak lagi menjadi ajang transfer ilmu yang menjadikan murid adalah hasil photo copy sang guru. Peserta didik harus mampu mentransformasi ilmu pengetahuan sehingga tujuan akhir pendidikan untuk mencetak generasi yang mampu menjawab tantangan zaman. Dengan demikian, belajar bukanlah sebuah proses instant yang langsung bisa diukur hanya dengan angka-angka, tapi menciptakan kecintaan belajar jangka panjang yang dampaknya bahkan sampai nanti ketika siswa sudah dewasa. Pengetahuan mereka akan membangun peradaban karena bersifat aplikatif, kreatif dan inisiatif. Selain itu proses belajar di dalam sistem ini mendidik siswa belajar tentang konsekuensi dari tanggung jawab dan haknya.
Dasar dari sistem ini tentulah berada di tangan pengambil kebijakan khususnya menteri pendidikan yang tersalur dalam diri para pejabat di tingkat dinas baik propinsi maupun kabupaten sampai pada para pelaksana di lapangan yakni para guru. Perubahan sistem dan tenaga kependidikan yang memadai merupakan ujung tombak usaha perwujudan tujuan pendidikan focus on subject. Memang untuk mewujudkan sistem pendidikan seperti ini, kita butuh partisipasi dan dukungan dari pemerintah agar sistem ini berlaku umum di seantero Nusantara. Namun, tujuan jangka panjang tersebut akan mendapat tempatnya apabila kita mulai mengembangkan dan mempromosikan sistem ini sedari awal mulai dari sekarang.
Â
Manifestasi Teknologi InformasiÂ
Kemajuan teknologi dan informasi adalah buah globalisasi. Kita tidak bisa menghalangi masuknya kebudayaan dari luar melalui media baik elektronik maupun cetak. Namun, hal ini tidak hanya sekedar memikirkan bagaimana sebuah bangsa membangun konsolidasi internal secara edukatif, tetapi persoalan yang tidak kalah penting adalah menekuk globalisasi agar tidak menjadi mesin penindas dan penghisap yang menghancurkan. Soros dalam On Globalization (2002) memandang bahwa menekuk globalisasi berbeda dengan mengeliminasi globalisasi. Menekuk globalisasi tidak berarti tidak ikut masuk dalam ruang lingkup dunia kontemporer, tetapi turut mengambil bagian di dalamnya dan memberi cara kerja baru yang signifikan dalam perkembangan pendidikan.
Lalu, bagaimana kiprah generasi muda dalam membangun pendidikan di Indonesia? Generasi ini lahir dan bertumbuh dalam satu dunia, suatu masa yang cepat berubah akibat buah globalisasi. Globalisasi merupakan satu era baru yang harus dihadapi tanpa tawar menawar: era yang memaparkan realitas baru yang menggelora dalam seluruh strata kehidupan manusia entah itu politik, ekonomi, budaya dan aspek hidup lainnya. Ciri utama era ini adalah jejalan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir; gelombang informasi dari segala penjuru dunia; keterbukaan hubungan komunikasi; transparansi berbagai permasalahan: baik hak asasi maupun ketelanjangan analisis berpikir dan menguraikan pendapat. Maka generasi muda bermain pada konteks mereka sendiri sambil membuka kemungkinan baru terciptanya pendidikan bersistem focus on subject yang merambah ke kampung-kampung.
Salah satu cara manifestasi teknologi informasi dalam penerapan sistem focus on subject adalah sosialisasi dan undangan berpartisipasi aktif melalui jejaring sosial atau lebih dikenal dengan Internet Viral Marketing. Apalagi pengguna jejaring sosial di Indonesia sangat besar terutama di kalangan generasi muda. Sosialisasi dan undangan partisipasi melalui jejaring sosial dapat dimulai dengan:
Pertama, membuat situs pendidikan yang merangkul dan menjangkau semua elemen masyarakat. Tentu, situs ini perlu diperkenalkan secara lebih luas dan intensif. Di dalam situs ini terdapat visi dan misi pendidikan bersistem focus on subject. Di dalamnya pun terdapat link berbagai bidang yang mungkin dan para pendidiknya. Bidang pelajaran yang ada disertai dengan materi pelajaran, metode dan evaluasi terbuka terhadap bidang yang ada.