Mohon tunggu...
Husnun Nisa
Husnun Nisa Mohon Tunggu... -

Ibu dari Alif Ali, Istri dari Dede Iskandar. Sedang belajar bisnis kecil-kecilan. Senang menulis sejak dulu. Senang membeli pengalaman, tapi kalo gratis juga boleh :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Orangtua Cerdas, Anak Cerdas

22 Februari 2013   15:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:52 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa waktu yang lalu, saya ikut seminar yang diadakan oleh Dompet Dhuafa & MT Al Ghifarie IPB Bogor yang temanya Orangtua cerdas, anak cerdas. Pembicaranya Adalah Bapak Arief Dahsyat, beliau mengungkapkan, agar memiliki anak yang cerdas, ada lima kecerdasan yang harus dimiliki orang tua. Yaitu:

1. Kecerdasan Emosi

Atau cerdas memanage emosi. Kadang persoalan rumah tangga atau pekerjaan membuat kita lelah dan pusing. Dan ketika menghadapi anak yang sedang "aktif", bawaannya jadi tidak sabaran dan anak2 yang kena pelampiasan amarah..

Untuk mengatasinya, resep pertama adalah, cobalah untuk selalu merasa bahagia. Bahagia berasal dari rasa bersyukur kita. Perasaan bahagia dimulai dengan sikap tersenyum. Tersenyum dulu baru bahagia, atau bahagia dulu baru tersenyum? Pertanyaannya senada dgn : Sedekah dulu baru kaya? Atau kaya dulu baru sedekah?

Tentu jawabannya bersyukur dulu baru ditambahkan kenikmatannya, begitulah janji Allah..

Jadi, mulailah hari dengan tersenyum dan mulailah merasa bahagia..

Resep kedua, Mengeluh terhadap apa yang telah kita pilih adalah tindakan yang tidak cerdas. Jadi mari kita mulai untuk berhenti mengeluh.

Kita tahu bahwa pernikahan itu punya banyak problema, tapi kita memilih untuk menikah. Kenapa mengeluh? toh itukan pilihan kita.

Kita tahu bahwa hamil itu berat dan melahirkan itu sakit. Tapi kita ingin punya anak.

Kita tahu bahwa memiliki anak itu tanggungjawabnya besar, karena kita wajib memberinya pendidikan yang bagus dan menempanya menjadi anak sholeh,, tapi kita ingin punya anak..

Kita tahu bahwa anak memiliki rasa penasaran yang besar, untuk itulah ia selalu aktif berpetualang dan ingin tau dengan banyak bertanya, tapi kita ingin punya anak..

Kita tahu bahwa dengan punya anak, waktu kita akan banyak tersita untuk anak2 kita dan mungkin mengorbankan beberapa ego kita, tapi kita ingin punya anak..

Kita bisa memilih sebuah pilihan, tapi kita bisa memilih resiko. Itu adalah satu paket.

Maka sekali lagi, Mengeluh terhadap apa yang telah kita pilih adalah tindakan yang tidak cerdas.

2. Kecerdasan Komunikasi

Selalu, resep yang kita dapat untuk keberhasilan sebuah hubungan adalah adanya komunikasi. Begitupula hubungan kita dengan anak. Dan tentu saja komunikasipun butuh ilmu. Ilmu komunikasi.

Untuk komunikasi yang baik dengan anak adalah dengan memperbanyak kalimat positif, ketimbang negatif. Menghindari kata "jangan" dan "tidak" dan diganti dengan "hati2" atau "pelan2 ya"

Memperbanyak kata2 motivasi ketimbang kata2 hesitation. Memberi pujian ketimbang melecehkan anak. Memperbanyak mendengar, ketimbang berbicara. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan kepercayaan dirinya akan tumbuh secara positif. Dan komunikasi yang baik akan tercipta antara orangtua dan anak.

3. Kecerdasan spiritual

Orangtua, terutama ibu, diberi otoritas oleh Allah untuk memberikan ridho kepada anak2nya dan do'a2nya pun dikabul. Hal ini mendorong kita untuk selalu dekat dengan Allah. Pendekatan yang berupa ibadah mahdhoh dan ghoir mahdhoh, serta hal2 yang disukai Allah.. Karena do'a kita bisa jadi payung dimanapun anak kita berada..

Berdo'a, meminta yang terbaik untuk anak2nya, bisa dipanjatkan bahkan sejak anak ada dalam kandungan. Seorang ibu hamil dipersilahkan untuk meminta ingin seperti apakah anaknya nanti. Bila perlu, sedetil2nya diutarakan kepada Allah. Misalnya, ingin dikaruniai anak yang sholeh, pintar, sehat, baik jasmani dan rohaninya, baik parasnya, baik akhlaknya, taat kepada Allah, berbakti kepada orangtua, sayang pada sesama, jadi pemimpin di masa depannya, jadi pengusaha yang sholeh, jadi ustadz, dll

Kalau perlu, kita bisa berdo'a didepan anak2 kita agar mereka tahu bahwa kita selalu ingat mereka di dalam do'a-do'a kita.

Dan lagi, jika kita menginginkan anak yang baik rohaninya, tentu saja orangtualah yang mesti jadi role model.

4. Kecerdasan waktu.

Milikilah waktu yang berkualitas dengan anak. Presensi jauh lebih berharga daripada materi. Dan ketika ketersediaan waktu itu ada dengan anak, maka buatlah itu berkualitas. Sesibuk apapun kita, tetaplah berusaha untuk memberi perhatian dan mendengarkannya.

Banyak anak yang kurang perhatian pelariannya pada hal2 negatif, hanya untuk mencoba menarik atensi kedua orangtuanya.

Sekali lagi, bukan dengan materi, tapi dengan ketersediaan waktu yg berkualitas.

Jika tua nanti, kitapun akan membutuhkan perhatian anak2 kita yang telah beranjak dewasa dan telah sibuk dengan urusannya masing-masing. Dan bukan hanya dengan dikirimi materi bukan?

5. Kecerdasan Cinta

Apakah anak itu anugrah dari Allah? Maka sayangilah..

Apakah anak itu beban? Maka jangan punya anak..

Karena sesuatu yang berasal dari hati, sampainya akan ke hati.

Jadi kasihsayang kita kepada Anak akan memberikan energi positif kepada anak, lalu akan ia tularkan kepada teman2 dan lingkungannya, kemudian kasih sayang itu akan kembali kepada kita.

Anak yang penuh kasih sayang akan jauh dari sikap menyakiti orang lain, Ia akan terbiasa peduli dengan sesama dan insya allah tidak jadi biang rusuh.

Mengapa kasih sayang itu akan kembali kepada kita?

Pertama, itu sudah hukum Allah soal give and take. Kebaikan yang kita lakukan akan berbuah kebaikan pula.

Kedua, karena ketika anak berdo'a kepada Allah, "dan sayangilah keduanya (orangtuaku) sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku kecil," do'a itu insya allah akan pas dengan kita yang memang menyayangi mereka sedari kecil..

Berbeda jika kita selalu kasar dan membentak anak, ketika anak berdo'a, maka ketika dikabulkan, Allah akan bersikap sama dengan apa yang kita lakukan kepada anak kita.

Kesimpulannya, anak itu adalah investasi dunia dan akhirat kita. Maka ketika sikap kita cerdas dalam mendidik anak2 kita, kita akan menghasilkan anak-anak yang cerdas pula. Ketika kecerdasan anak itu kemudian bermanfaat dan maslahat bagi orang banyak, Itulah wakaf ilmu yang pahalanya akan terus mengalir meski kita telah meninggal. Insya Allah. Aamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun