رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أَحَدُ هُمَا أَوكِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga”. (HR. Muslim No. 2551 dan HR. Ahmad 2: 254, 346).
Hakim (2019) menguraikan bahwa pemenuhan nafkah keluarga merupakan kewajiban dan sebaliknya ia berdoa jika meninggalkan kewajibannya tersebut, selain itu nafkah ini juga bernilai sedekah di sisi Allah Rabbul Alamin bahkan merupakan sebaik-baik harta yang diinfakkan seorang kepala keluarga, sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa sesuatu apa pun yang engkau berikan sebagai makanan kepada dirimu, maka itu merupakan sedekah.
Demikian pula yang Engkau berikan sebagai makanan kepada anakmu, istrimu, bahkan kepada budakmu, itu semua merupakan sedekah (HR. Ahmad no. 17179), atau dalam redaksi yang lain disebutkan bahwa dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah (perang), dinar yang engkau infaqkan untuk membebaskan seorang budak, dinar yang Engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau infaqkan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah infaq yang engkau berikan kepada keluargamu (HR. Muslim no. 995).
Maka dari itu, seorang muslim persoalan apapun yang tengah menimpanya hendaknya dikembalikan kepada ajaran syariat ini yang luhur lagi paripurna, tidak lagi membeo’ kepada apa yang datang dari barat melainkan apa yang haq datang dari Allah dan Rasul-Nya.
Di sini penulis bukan menguraikan bahwa yang datang dari pemikiran barat semuanya buruk, namun jika kita ikut latah terhadap pemikiran kapitalis dengan menganggap bahwa semua perbuatan harus dihargai dari sisi materi, salah satu di antaranya beratnya memikul beban sebagai seorang generasi sandwich, maka ia bertentangan dengan nilai kemanusiaan, dan keadilan dalam Islam, ada falah yang tidak hanya kita peroleh di dunia semata melainkan lebih dari itu falah di akhirat sebagai tempat abadi, tujuan hidup seorang muslim.
Seseorang boleh saja melakukan usaha di luar pekerjaan intinya untuk menambah penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan orang-orang yang berada dalam tanggungannya seperti berwirausaha, akan tetapi dengan menanggung orang tua dianggap sebagai beban nan berat bukan diniatkan untuk mengharapkan wajah Allah Azza Wa Jalla semata akan melahirkan keletihan demi keletihan yang tidak berkesudahan, padahal menanggung kehidupan orang tua terlebih lagi telah lemah di usia yang telah sepuh adalah salah satu dari asset terbesar yang akan kita bawa sebagai bekal di kehidupan keabadian kelak. Islam meyakini bahwa kehidupan hari ini adalah hari beramal sebanyak-banyaknya sebagai bekal untuk beristirahat dari hiruk pikuk dunia di negeri akhirat kelak.
Bukankah Allah Jalla Wa 'Ala telah menjamin bahwa harta yang kita keluarkan hakikatnya tidaklah berkurang secara jumlah semata akan tetapi lebih dari itu harta itu bertambah dari segi jumlah dan berkah. Tidaklah orang yang memberi itu akan jatuh dalam lubang kemiskinan, meskipun ia tidak kaya raya dari segi materi namun keberkahan hidup terlihat dari karir yang cemerlang, usaha yang berkembang, rumah tangga yang harmonis, anak-anak yang shalih-shalihah, kesehatan, kesejahteraan, dan keamanan semua didapatkan karena kebaikan yang ia berikan pada orang tuanya dan doa yang dipanjatkan orang tua dan keluarganya kepada dirinya.
Semestinya ia bangga mampu menghidup dirinya sendiri beserta anak istri dan kedua orangtuanya di usia terbilang muda dan produktif, di mana jarang orang meraih pencapaian hidup seperti itu, bahkan ia disebut mampu memberi manfaat kepada orang banyak, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daraquthni), karena memberi manfaat merupakan kepribadian yang harus dimiliki seorang muslim dan sesungguhnya manfaat itu kembali kepada dirinya sendiri. Maka seyogyanya istilah generasi sandwich tidak digunakan kaum muslimin melainkan Generasi Anfuahum Linnas (Generasi Bermanfat bagi Manusia lainnya).
Sukabumi, 01 Muharram 1442 H/ 20 Agustus 2020 M
Referensi: