Mohon tunggu...
Husnul Fitri
Husnul Fitri Mohon Tunggu... Guru - kepala sekolah di SDN TamparAmpar

seorang pendidik denga hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Haru Biru Mengunjungi Guru

15 September 2022   11:30 Diperbarui: 15 September 2022   11:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu sesuai kesepakatan , kami ber enam, saya, kak Hj Nung, kak Hj atik, kak Ida, mbk Ning dan kak Haji Jamil berjanji akan mengunjungi beberapa Guru kami saat kami masih bersekolah di bangku SPGN MATARAM. 

Perjalanan dimulai dari rumah Kak Ida di Monjok. Souvenir yang kami bawakan berupa peralatan ibadah, rencana kami akan mengunjungi 3 orang Guru yaitu Bapak Haji Sanusi, Bapak Haji Suminggaj, dan Bapak Haji Yusuf. 

Dari kediaman Kak Ida mobil bergerak bakda Jumat menuju Lombok Timur. Aku yang berdomisili di lombok Tengah menunggu rombongan di sekitar Daerah Kopang tepatnya disamping masjid Kopang. Ditemani suami aku menunggu sambil  Ngopi disebuah retail pembelanjaan. 

Saat sedang asyik ngobrol tiba-tiba suami melambaikan tangan kearah seseorang, 

"Pak lurah menang.. Selamat ya,, sungguh saya sangat bahagia melihat saudar" Begitu sapa suami pada temannya

"Alhamdulillah dapat saya berjumpa dengan si gagah yang setia ini " Jawab temannya yang bernama iyot. 

Setelah kami bertiga bersalaman, suami terlibat obrolan seru dengan temannya tersebut. Saat sedang asyik ngobrol gawaiku berbunyi, rupanya kak Hajah Nung menanyakan titik penjemputan. Aku jelaskan keberadaanku. Dan tak beberapa lama kemudian mobil yang dikendarai rombongan tibalah ditempatku menunggu. 

Aku berpamitan pada suami dan temannya, suami berpesan untuk hati-hati dijalan. Kamipun melanjutkan perjalanan kearah Lombok Timur. 

Sekitar 55  menit  rombongan kamipun sampai dialamat Bapak Haji Sanusi, namun beliau sedang berada di Masjid. Setelah kami menunggu beberapa saat sambil melihat-lihat tanaman duren yang tumbuh subur dihalaman rumahnha datanglah  Bapak Guru kami tersebut dengan tatapan heran, sambil tersenyum beliau bertanya

 " Siapakah tamu saya yang cantik-cantik dan satu gagah ini "  Sapa khas ramah beliau masih seperti 32 tahun yang lalu. Kami lalu memperkenalkan diri satu-persatu, tidak ada yang beliau ingat satupun diantara kami, kamipun maklum akan hal itu. Yang jelas kami murid-muridnya tidak akan lupa  bagaimana Guru kami. Obrolan mengalir mengingat kembali memory ketika masih bersekolah di SPGN MATARAM. 

 Sekitar satu jam mengobrol kamipun pamit hendak melanjutkan perjalanan menuju kediaman Bapak Haji Suminggah, oleh Bapak Haji Sanusi kami diberi petunjuk arah jalan menuju alamat yang kami tuju yaitu ke Kediaman Bapak Haji Suminggah. Saat kami berpamitan, bersalaman mencium tangannya aku melihat mata bapak guru kami itu berkaca-kaca. Hal itu membuat kami ikut terharu sampai-sampai aku menitikkan air mata. 

Perjalanan kami lanjutkan ke arah Aik mel menuju ke kediaman Bapak Guru Haji Suminggah. Persis didepan kantor camat lama aik mel. Sampailah kami. Rupanya yg kmai tuju tidak berada dirumah, yang ada hanya putrinya saja seorang dokter gigi yang sedang  praktek. 

Kami menunggu bu dokter menyelesaikan pekerjaannya lalu setelah kami disilhkan duduk kami mengutarakan ihwal kedatangan kami. Sang dokter pun menjelaskan akan keberadaan orangvtua mereka. Akhirnya kami hanya bisa menitipkan souvenir yang kami bawa  untuk Bapak Guru kmai. Sebagai dokumemtasi kamipun berfoto bersama putri guru kami tersebut. Kami pamit untuk melanjutkan perjalanan. 

Perjalana kami lanjutkan menuju kediaman bapak Guru Haji Yusuf namun sebelumnya kami mampir disalah satu masjid pinggir jalan untuk menunaikan sholat ashar setelah itu barulah kami lanjutkan perjalanan. Menurut perunjuk yang diberikan kepada kami alamat bapak Haji Yusuf berada di perumahan depan SMA SELONG. 

kamipun sampai di depan SMA tersebut dan mencari perumahan yang dimaksud. Aku berinisiatif menelpon Bapak Guru, dan langsung nyambung. Bapak Guru Haji Yusuf memberi petinjuk jalannmenuji kediamannya, mempersilahkan kami datang. Tidak dulit mencari alamatnya yang nerada di ujung gang yang kami masuki, ternyata beliau menunggu kami di depan ruumah. Kami segera turun dari kendaraan, bersalaman dan dipersilahkan masuk. 

Kami disalahkan karena datang tiba-tiba sehingga tidak ada persiapan penyambutan kata beliau, kedatangan kami memang tiba-tiba dan tanpa izin terlebih dahulu. Itu kami lakukan sipaya kesamnya tidak merepotkam. 

Setelah bercengkrama beberapa saat kamipun pamit karena sudah terdengar sholawat pertanda akan datang waktu azan magrib. Bapak Guru mengantar kami sampai di gang luar. Beliau tidak masuk rumahnya sampai mobil kami menghilangvditikungan. 

Dan satu hal yang sempat aku lihat saat reflek menoleh sebelum kendaraan kami belok arah adalah aku lihat Bapak Guru kami itu menyeka sudut   matanya. Hatiku berdesir, kasih sayang seorang guru masih tersimpan dihati beliau. 

Rombongan kami sholat magrib di masjid terdekat. Didalam masjid aku tertegun mengingat hal yang aku lihat tadi. Kedua Guruku menangis saat kami berlalu. 

Sungguh hati seorang Guru adalah seindah pualam yang semakin lama semakin bercahaya. 

Semoga Guru-Guru kami selalu diberi kesehatan keafiyatan dan berbahagia sampai akhir hayatnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun