Mohon tunggu...
Husnul Khatimah
Husnul Khatimah Mohon Tunggu... Guru - inclusive enthusiast

pegiat dan praktisi pendidikan inklusif dan penanganan anak spesial

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ngobrol sebagai Asesmen Formatif, Cara Santai tapi Efektif Menggali Pemahaman Siswa

21 Oktober 2024   04:54 Diperbarui: 21 Oktober 2024   05:00 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalaman berharga beliau tentang asesmen telah menguatkan banyak guru lainnya, berdampak! Sumber : WIT 2024

Selama bertahun-tahun mengajar, saya selalu mencari cara untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah diajarkan. Salah satu metode yang sering diabaikan, namun sebenarnya sangat efektif, adalah "ngobrol". Ya, terdengar sederhana, bukan? Ngobrol santai dengan siswa bisa menjadi alat asesmen formatif yang sangat berharga.

Saya pertama kali menyadari potensi besar dari ngobrol santai ini secara tidak sengaja. Suatu hari setelah selesai mengajar tentang adat Banjar, saya duduk di meja guru sambil mengobrol dengan beberapa siswa yang masih belum beranjak pulang. 

Topiknya tidak terlalu berat---hanya tentang kehidupan sehari-hari mereka dan sedikit soal pelajaran. Tapi, dalam percakapan itu, saya mendengar salah satu siswa menyebutkan sesuatu yang mengisyaratkan bahwa dia benar-benar memahami esensi dari materi yang saya ajarkan. Saat itulah saya berpikir, mengapa tidak menjadikan sesi "ngobrol" ini sebagai bagian dari asesmen?

Tak disangka, ternya memang benar adanya bahwa ngobrol bisa menjadi cara efektif untuk mengukur pemahaman siswa secara lebih alami dan tanpa tekanan. Ini persis seperti yang diceritakan oleh Bapak Rizky Satria dalam sesi "Asesmen yang Berpihak pada Murid" bahwa mereka sering kali merasa lebih nyaman berbicara dalam percakapan informal daripada saat diminta menjawab pertanyaan formal di depan kelas. 

Tanpa ragu lagi saya mulai menerapkan teknik ini dengan lebih sengaja di kelas saya. 

Misalnya, saat kami membahas adat bakakawanan (etika pergaulan dalam masyarakat Banjar), saya sering memulai diskusi ringan tentang pengalaman pribadi mereka dalam berinteraksi dengan teman dan keluarga. Lewat obrolan ini, saya bisa melihat bagaimana mereka mengaitkan konsep yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Teknik ngobrol ini juga memungkinkan saya untuk mendalami pemahaman siswa tanpa membuat mereka merasa diuji. Misalnya, ketika salah satu siswa saya tampak kurang terlibat dalam pembelajaran, saya mengajaknya berbicara secara pribadi. 

Saya menggunakan pendekatan yang santai, bertanya tentang minatnya di luar sekolah, lalu secara perlahan mengarahkan percakapan ke topik yang sedang dibahas di kelas. 

Dalam proses itu, saya bisa melihat di mana letak kesulitannya dan memberikan penjelasan tambahan yang lebih personal. Hasilnya? Siswa tersebut jadi lebih termotivasi dan terlibat setelah merasa didengar dan dipahami.

Tentu, ngobrol sebagai asesmen formatif bukan berarti tanpa struktur. Ada beberapa tips yang bisa diterapkan agar metode ini lebih efektif:

  1. Pastikan obrolan terarah: Meskipun santai, tetap ada tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus mengarah pada konsep utama yang sedang dipelajari. Contohnya, saat mengobrol tentang "adab bakakawanan", saya sering menanyakan contoh-contoh nyata yang mereka temui di lingkungan sekitar.

  2. Berikan ruang bagi siswa untuk berefleksi: Ketika siswa merespon, biarkan mereka menjelaskan lebih lanjut. Ini tidak hanya membantu menggali lebih dalam, tetapi juga memberi mereka waktu untuk berpikir ulang tentang jawaban mereka. Sering kali, siswa menemukan jawabannya sendiri saat diberi kesempatan untuk refleksi.

  3. Jangan lupa mencatat: Meskipun obrolan ini informal, penting untuk mencatat temuan penting tentang pemahaman siswa. Ini bisa membantu kita dalam merencanakan pembelajaran selanjutnya atau menyesuaikan metode yang lebih tepat.

Salah satu momen berharga dari asesmen ngobrol ini adalah ketika seorang siswa yang biasanya pendiam tiba-tiba berbicara panjang lebar tentang topik yang kami bahas di kelas. Dalam percakapan santai setelah kelas selesai, dia berbicara tentang bagaimana adat Banjar memengaruhi cara keluarganya merayakan perayaan tradisional. Tanpa saya duga, dia menguasai konsep yang bahkan tidak dia sebutkan dalam tes tertulis. Ini mengingatkan saya bahwa asesmen formatif tidak selalu harus dalam bentuk ujian atau kuis; percakapan sederhana bisa menjadi alat yang kuat untuk menggali pemahaman lebih dalam.

Ketika ngobrol bisa menjadi asesmen, jika rutin dan tercatat maka akan bermanfaat menjadi jurnal pemahaman siswa, sumber: wajada.net
Ketika ngobrol bisa menjadi asesmen, jika rutin dan tercatat maka akan bermanfaat menjadi jurnal pemahaman siswa, sumber: wajada.net

Jadi, lain kali saat kamu bingung mencari cara menilai pemahaman siswa tanpa membuat mereka merasa tertekan, cobalah pendekatan ini. Ngobrol santai bisa menjadi metode asesmen yang ringan, namun sangat kaya informasi. Ingat, pembelajaran yang efektif tidak hanya terjadi saat siswa mengerjakan tes, tetapi juga saat mereka merasa didengar dan dilibatkan dalam proses belajar itu sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun