Pastikan obrolan terarah: Meskipun santai, tetap ada tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus mengarah pada konsep utama yang sedang dipelajari. Contohnya, saat mengobrol tentang "adab bakakawanan", saya sering menanyakan contoh-contoh nyata yang mereka temui di lingkungan sekitar.
Berikan ruang bagi siswa untuk berefleksi: Ketika siswa merespon, biarkan mereka menjelaskan lebih lanjut. Ini tidak hanya membantu menggali lebih dalam, tetapi juga memberi mereka waktu untuk berpikir ulang tentang jawaban mereka. Sering kali, siswa menemukan jawabannya sendiri saat diberi kesempatan untuk refleksi.
Jangan lupa mencatat: Meskipun obrolan ini informal, penting untuk mencatat temuan penting tentang pemahaman siswa. Ini bisa membantu kita dalam merencanakan pembelajaran selanjutnya atau menyesuaikan metode yang lebih tepat.
Salah satu momen berharga dari asesmen ngobrol ini adalah ketika seorang siswa yang biasanya pendiam tiba-tiba berbicara panjang lebar tentang topik yang kami bahas di kelas. Dalam percakapan santai setelah kelas selesai, dia berbicara tentang bagaimana adat Banjar memengaruhi cara keluarganya merayakan perayaan tradisional. Tanpa saya duga, dia menguasai konsep yang bahkan tidak dia sebutkan dalam tes tertulis. Ini mengingatkan saya bahwa asesmen formatif tidak selalu harus dalam bentuk ujian atau kuis; percakapan sederhana bisa menjadi alat yang kuat untuk menggali pemahaman lebih dalam.
Jadi, lain kali saat kamu bingung mencari cara menilai pemahaman siswa tanpa membuat mereka merasa tertekan, cobalah pendekatan ini. Ngobrol santai bisa menjadi metode asesmen yang ringan, namun sangat kaya informasi. Ingat, pembelajaran yang efektif tidak hanya terjadi saat siswa mengerjakan tes, tetapi juga saat mereka merasa didengar dan dilibatkan dalam proses belajar itu sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H