Mohon tunggu...
Husni Mubarok Addakhil
Husni Mubarok Addakhil Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulis adalah pekerjaan keabadian

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Narasi Agama di Pilkada, Kata-kata atau Kerja Nyata

9 September 2020   16:11 Diperbarui: 9 September 2020   16:18 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Husni Mubarok (Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung / Ketua PC IPNU Kabupaten Tasikmalaya)

Narasi agama pada perhelatan pilkada seakan sudah menjadi sebuah jualan yang sangat laku diburu para calon pemilih sehingga semua kandidat menyiapkan visi misi yang berbau agama hingga aktifitas yang melambangkan ketaatan beragama.

Tasikmalaya sebagai daerah dengan mayoritas muslim dan dinobatkan sebagai kota santri telah lama mendeklarasikan diri sebagai daerah religius islami, namun dalam perjalanannya apakah Tasikmalaya sudah religius islami?

Sebagaimana kita ketahui Kabupaten Tasikmalaya pada 9 Desember 2020 menjadi bagian dari 270 daerah yang melaksanakan pilkada serentak dengan formasi 261 Kabupaten/kota dan 9 Provinsi. Dalam penyelenggaraan pilkada serentak jumlah ini menjadi jumlah yang paling banyak.

Abraham Lincoln presiden Amerika Srikat ke-16 mengatakan Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat sendiri telah melaksanakan proses demokrasi tersebut dengan memberikan hak pilihnya pada 17 April 2019 dan menghasilkan sebuah formasi DPRD Kabupaten Tasikmalaya dan kita sebagai masyarakat telah menyaksikan kerja keras semua partai politik untuk memberikan pilihat terbaik untuk seluruh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya dengan semboyan "atas nama rakyat" dan semoga suguhan pilihan ini adalah yang terbaik.

Proses penyuguhan pilihan parpol yang mewakili rakyat ini telah rampung dengan berakhirnya pendaftaran Calon Bupati dan Wakil Bupati Tasikmalaya ke KPU dengan menyuguhkan tiga pasangan calon dengan background politisi, santri, pengusaha dan birokrat ditambah satu calon dari perseorangan yang membuat formasi Cabup Cawabup Tasikmalaya menjadi empat pasangan.

Setelah empat pasangan ini mendaftar ke KPU warga Tasikmalaya tentu berharap besar dan menunggu apa saja yang akan dilakukan dan narasi apa saja yang akan disuguhkan bagi Tasikmalaya? 

Tentu narasi yang akan disuguhkan sangat mudah ditebak dan yang paling laku adalah narasi agama karena Kabupaten dengan jumlah 39 Kecamatan dan 351 Desa ini merupakan daerah dengan historis keagaam yang kuat, namun apakah narasi ini hanya sebatas kata ataukah sebagai landasan perjuangan suci yang betul betul dilaksanakan?

Narasi Agama Hanya Simbol

Julukan kota santri sangat erat kaitannya dengan Kabupaten Tasikmalaya dimana ratusan pesantren tersebar luas di seluruh Kecamatan dan dengan kemasyhuran ilmunya santri dari berbagai penjuru negeri berbondong-bondong datang untuk belajar agama di Tasikmalaya.

Tokoh tokoh pesantren Tasikmalaya pun telah mencatatkan namanya dalam sejarah republik ini salah satunya Pahlawan Nasional KH. Zainal Musthafa Sukamanah sebagai wujud perlawanan pada penjajahan Jepang, KH. Ahmad Sabandi Cilenga yang menjadi maha guru kyai di Tasikmalaya yang telah melahirkan nama besar sang pahlawan nasional KH. Zainal Musthafa, KH. Ruhiat Cipasung dan banyak lagi kyai lainnya. Kita juga mengenal Pesantren besar seperti Cintawana, Miftahul Huda, Haurkuning dan masih banyak lagi.

Kiprah lembaga pendidikan pesantren di Tasikmalaya sangat sukses menyebarkan agama islam dengan sebaran alumninya di berbagai daerah dan bidang yang menjadikan masyarakat Tasikmalaya dikenal sebagai masyarakat religius sehingga banyak cerita perantau asal Tasikmalaya yang dipercaya menjadi Imam masjid, memimpin doa, memimpin tahlilan dan ritual keagamaan lainnya dengan hanya pertimbangan daerah yaitu asal Tasikmalaya.

Situasi ini menjadi peluang besar untuk memunculkan narasi agama dalam setiap pemilu baik legislatif maupun eksekutifnya, namun yang terjadi narasi ini tidak dieksekusi dengan baik dan berakhir pada baliho maupun simbol simbol.

Salah satu contoh yang terjadi adalah tugu lam alif dengan indah berdiri di depan kantor bupati kebanggaan warga Tasikmalaya, tugu ini memiliki arti La ilaha illalloh, La maujuda Illalloh dan Laa Ma'buda Illalloh, Laa Mathluba Illalloh. sebuah kalimat yang sangat luar biasa jika memang ini menjadi sebuah penghayatan dan dilaksanakan secara seksama oleh seluruh jajaran pemerintah dan rakyatnya

Tugu yang menjadi symbol dengan huruf Lam Alif () ini secara harfiyah memiliki arti Tidak secara bersamaan simbol ini tiidak mampu mengatakan tidak terhadap korupsi berjamaah yang dilakukan oleh pemerintahnya sendiri dan tidak mampu berbicara banyak terhadap praktik-praktik kotor lainnya.

Selain itu juga beberapa program keagamaan yang digawangi hanya berakhir pada baliho-baliho dan selogan tanpa terasa secara langsung oleh masyarakat sampai ke pelososok pedesaan yang sangat luas, saya merasa ketakutan simbol-simbol dan narasi agama ini hanya sebatas kata-kata yang tak berujung pada aksi nyata.

Tasikmalaya Harus Fokuskan Sektor Garapan

Kabupaten Banyuwangi dari ujung timur pulau jawa bertransformasi menjadi Kabupaten yang maju dan mampu mengukir berbagai prestasi dan menaikan pendapatan perkapita hingga 99 persen, menurunkan kemiskinan sampai 9 persen.

Kabupaten Banyuwangi ini hanya sebagai contoh Kabupaten kecil kemudian berubah menjadi luar biasa karena visi besar pemimpinnya serta memfokuskan garapannya pada suatu sektor dan sadar akan potensi yang dimilikinya serta mengambil tindakan tindakan tepat.

Ketika berbicara Tasikmalaya rasanya kita belum merasakan dan belum mempunyai sebuah prestasi yang layak dibanggakan serta sektor apa yang menjadi dobrakan baru untuk maju bahkan ketika menyaksikan pelosok tasik kita dipaksa untuk mengheningkan cipta.

Pedesaan Tasikmalaya pun dihuni anak-anak dan perempuan dengan menyisakan sedikit kaum laki-laki, kegiatan kepemudaan di desa ramai hanya ketika masa libur atau lebaran hal ini terjadi karena di Tasikmalaya sangat minim pekerjaan dan memaksa warganya hijrah ke kota besar.

Untuk sebagian daerah mungkin saya menyarankan warga Tasikmalaya untuk tidak menjual telur karena dijamin merugi sebab jalanan yang dilalui tidak stabil dan sangat jauh dari kata layak.

Beberapa uraian ini hanya sedikit dari segudang permasalahan yang terjadi di tanah kelahiran yang sama sama kita cintai ini belum kita berbicara pendidikan, ketimpangan, toleransi dan sebagainya.

Tasikmalaya hari ini membutuhkan sebuah kerja nyata apapun narasi yang dibangun baik itu narasi agama, ekonomi, reformasi birokrasi, infrastruktur dan sebagainya harus segera dilakukan dengan lompatan besar.

Setelah melihat background dan track record seluruh pasangan calon, saya berbahagia dan mempunyai harapan besar kepada semuanya untuk membangun narasi yang mampu membawa warganya optimis dan tidak memecah belah rakyat yang dari sebelum pilkada hidup rukun bergandengan.

Pada dasarnya putra terbaik Tasikmalaya ini mempunyai niat mulia yang harus kita apresiasi dengan menjadi rakyat yang dewasa dalam memilih serta penuhi hak kita dengan datang ke TPS pada tanggal 9 Desember 2020 untuk memilih pemimpin Tasikmalaya sehingga yang menjadi selogan KPU rempug, jukung, sauyunan bisa terlaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun