Mohon tunggu...
Husni Fahruddin
Husni Fahruddin Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat, politisi dan jurnalis

Koordinator Youth Institute, BORNEO (Barisan Oposisi Rakyat Nasional dan Elaborasi Organisasi), FORMAS (Forum Organisasi Masyarakat), Laskar Kebangkitan Kutai (LKK), Advokat & legal Auditor

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Akankah Presisi 01 Membuat Lembaga Survei Tidak Porak Poranda?

22 Maret 2019   13:35 Diperbarui: 22 Maret 2019   14:20 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada saat mengambil keputusan, dua hal ini harus selalu diperhitungkan, karena begitu pentingnya akurasi dan presisi dalam sebuah strategi pemenangan dalam kontestasi politik.

Patut di ingat, Jokowi telah berkampanye sejak 2014, sebaliknya Prabowo "baru kembali" melakukan kampanye saat tahapan Pilpres 2019 dimulai, artinya sudah hampir 5 tahun, Jokowi secara masive berkampanye. Walaupun, di WAG-WAG pendukung Prabowo (saya juga heran kenapa di invite karena saat itu saya belum ikut politik praktis) sejak 2014 sampai sekarang masih selalu membicarakan sentimen Jokowi.

Adakah yang baru pada rivalitas Jokowi dan Prabowo? Tidak, ini hanya sebuah pengulangan pertarungan mereka berdua di 2014 yang lalu. Lantas, mengapa kubu oposisi tetap memilih Prabowo menjadi capres, harapan apa yang membuat pengulangan sejarah pencapresan ini terjadi?

Tepat sekali, harapan kemenangan bagi oposisi. Prabowo merupakan satu-satunya tokoh yang dapat mempresisi elektabilitas Jokowi, namun agar kekalahan 2014 tidak terulang kembali maka diperlukan strategi extraordinary mengacu kepada Pilkada DKI Jakarta.

Munculnya fenomena baru, setelah orde baru munculnya kaum reformis dan kini kekuatan ormas-ormas tampak mengharu-birukan perpolitikan di tanah air. Politik identitas dengan labelisasi Islam dengan sutradara tokoh-tokoh ormas ke-Islam-an, berafiliasi mendukung kubu 02. Inilah the real rival bagi Jokowi.

Menghadapi strategi politik identitas, dengan segala macam stigmatisasi negatif kepada Jokowi, dan agar tidak bias dalam meng-antispasi-nya maka tidak ada cara lain yakni mem-presisi setiap strategi yang diterapkan kubu oposisi.

Akurasi dari setiap anak panah yang dilesakkan oleh kubu 02 menuju target dari titik pusat lingkaran terlemah 01, disisi lain, bagi petahana, tidak membutuhkan lagi titik sasar untuk di tancapkan sebuah anak panah seperti yang dilakukan penantangnya, namun lebih mementingkan kemana anak panah oposisi diarahkan agar dijadikan target bagi anak panah 01. Presisi tidak perlu ketepatan tujuan tapi kepastian keadaan.

Berdasarkan hasil lembaga survei yang masih saya yakini kebenarannya, maka saat ini kubu petahan seharusnya cukup hanya dengan mempertahankan kemenangan tersebut dengan cara mempresisi setiap strategi pemenangan kubu 02.

Presisi yang sudah dilakukan kubu TKN sudah sangat tampak dan berhasil dibeberapa kasus, inilah yang membuat turun naiknya angka persentase elektabilitas kedua kubu begitu kecil. Ketatnya angka ini menguntungkan bagi 01 sebab elektabilitasnya telah melampaui 02.

Edisi teranyar, ketika Romahurmuziy terkena OTT KPK, di presisi oleh TKN dengan fakta, KPK juga telah menangkap Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Wakil Ketua DPR RI dari PAN Taufik Kurniawan dan politikus Gerindra Mohammad Taufik yang saat menjadi ketua KPU DKI Jakarta terjerat kasus korupsi, termasuk kasus Ramyadjie Priambodo sebagai tersangka pembobolan mesin ATM. Banyak sekali contoh kasus untuk membuktikan bahwa posisi 01 saat ini bertahan dari gempuran kubu 02 dengan menggunakan strategi presisi dari setiap akurasi serangan.

TKN 01 melakukan akurasi program kartu "sakti" agar dapat langsung menyentuh hati masyarakat, Ma'ruf Amin dalam debat mengeluarkan tiga kartu, yang sedikit membius penonton, namun dengan perencanaan yang matang untuk mengantisipasinya, Sandiaga melakukan presisi dengan mengeluarkan sebuah kartu yakni e-KTP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun