Mohon tunggu...
Anshor Kombor
Anshor Kombor Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang terus belajar

Menulis menulis dan menulis hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Cinta Sekonyongkoter Dul Gemeque dan Isabelle

10 September 2015   18:55 Diperbarui: 10 September 2015   20:12 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

”Jadi ndak salah, kadang aku juga merasa tampangmu memang rada ada kuntilanaknya, Is?” ledek Utari kemudian terkekeh lagi.
”Dasaaar dodol kamu, Ut. Kejadian terakhir itu yang lantas membawaku tersesat di kota antah berantah ini, tinggal bersama keluarga Om Guteh dua bulan, lalu pindah dan mengontrak bareng orang edan seperti kamu, Ut” tukasnya dengan roman manyun. Utari jadi ngakak lagi.

Eh, by the way, masih adakah rahasia lain yang belum kau ceritakan padaku, Is?” tanya gadis berparas oriental mirip Kim Nana dalam sinema City Hunter, bermaksud menggodanya.
”Apa maksudmu?” balasnya sambil melotot.

”Ya, misalnya sudah berapa Om-Om yang kau kencani selama di Surabaya ini? Hayooo...” goda Utari sambil mengarahkan ujung jari telunjuk ke arahnya.
Koplak kamu, Ut. Jujur ya, kalau ajakan macam itu sih banyak sejak masuk kuliah di sini pertama kali. Cowok mana yang tahan dengan pesona Isabelle gitu loh, Ut?”.

”Terus...?” tanya Utari pasang mimik manyun.
”Namun, tak satupun godaan macam itu yang aku ladeni, Ut. Kamu percaya atau tidak, terserah. Aku masih ingat janjiku pada adikku, bahwa aku tidak akan melakukan hal yang justru semakin menjauhkanku dari kebahagiaan itu lagi. Aku sangat menyayangi adikku dan tidak akan mengkhianatinya. Lebih-lebih setelah aku bertemu dengan Dul Gemeque, lalu aku jatuh hati. Aku benar-benar cinta sekonyongkoter padanya, Ut”.
Cieee... Aku percaya padamu kok, Is. Kau telah berubah dan bukan Isabelle yang dulu lagi”.

Obrolan malam itu lumayan menghibur perasaan Isabelle yang memang sedang dilanda ”gegana” (gelisah, galau, merana). Hikayat cintanya pada Dul ndak semulus yang dibayangkannya. Kendati cowok beda fakultas itu juga amat mencintainya, bahkan mengamini ajakannya untuk menikah. Tapi, ibu Dul menentang hubungan mereka. Maklum, ayah Dul adalah tokoh yang disegani, walau keluarganya tinggal di pelosok terpencil. Ketulusan dan kesederhanaan Dul meski kadang naif, membuatnya serasa menemukan jalan pulang.

”Entah bagaimana ibunya bisa menerimaku ya, Ut. Selain ikatan darah dengan ibu dan adikku, aku rela melepaskan segalanya demi hidup bersama Dul nanti. Mungkin ini karma atas masa-masa bejatku terdahulu ya, Ut?” suaranya melirih.
Ssst... Jangan bicara begitu, sayang. Bukankah kamu pernah mengatakan bahkan merasakan sendiri, bahwa selalu akan ada kejutan di setiap kelokan takdir yang kelam sekalipun, sebagai bukti Tuhan sejatinya ndak pernah meninggalkan kita?” hibur Utari sambil memeluk sahabat yang sudah terasa saudara itu.

”Iya sih, tapi rasanya semua telah berakhir dan aku tidak akan bisa mendapatkan cinta Dul lagi, Ut”.
”Tenang dan kuatkan dirimu. Anggap saja ini kesempatanmu untuk membuktikan pada Tuhan, bahwa kau memang bukan Isabelle yang dulu, dan tidak akan balik ke masa lalu kelam itu lagi selangkah pun”.

Malam semakin beranjak larut. Daun-daun layu di halaman kontrakan mereka berguguran, dihembus angin kemarau yang sering mendedahkan dingin menusuk kulit.

* * * * *

”Dul, apa kau sudah gila? Bagaimana bisa kau serius akan menikahi Isabelle? Apa kau belum juga menyadari, anak kuliahan asal desamu yang tukang gosip itu, sudah tahu jatidiri Isabelle lalu menyebarkannya sampai keluargamu menanggung malu?” tanya Dayat dengan suara lantang di lapangan bola sore itu.
”Masa bodoh dengan semua itu. Aku telanjur amat mencintainya dan ndak bisa meninggalkannya. Bila ndak bertemu dengannya sehari saja, rasanya membuatku sekarat, Yat!” jawabnya ikut sedikit emosional.

”Dul, pikirkan sekali lagi. Apa sih alasanmu begitu kesemsem padanya? Jangan-jangan kau berlagak mencintainya hanya karena Isabelle orang bule?”.
”Yat, apa maksudmu? Seakan kau ndak mengenalku, setelah kita bersahabat lama. Kau tahu kan, aku bukan orang yang suka mencari-cari sensasi, apalagi hanya soal macam itu. Aku ndak tahu mengapa teramat mencintai dan akan menikahinya. Haruskah ada alasan untuk semua itu? Bukankah hubunganmu dengan Utari juga awalnya ndak direstui, bahkan oleh semua keluargamu, hanya gara-gara dia pernah dinodai bapak angkatnya, Yat?”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun