Mohon tunggu...
Anshor Kombor
Anshor Kombor Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang terus belajar

Menulis menulis dan menulis hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Lebay dan Jijay Obrolkan Penangkapan Novel

3 Mei 2015   21:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua pemuda ini bersahabat sejak kecil tahun 1990-an, hingga keduanya beristri dan punya anak sekarang. Mereka adalah Legi Baihaki dan Jiro Jailani dari kampung yang sama dan sempat berpisah lama, saat keduanya mengadu nasib di kota perantauan yang berbeda. Akhirnya mereka bertemu dan bersama lagi, setelah kebetulan sama-sama memutuskan untuk merawat orangtua masing-masing yang kian sepuh, sambil membuka usaha kecil-kecilan di kampung belakangan. Warga kampung hingga dusun-dusun sebelah tahu, bahwa mereka sahabat yang tak terpisahkan.

Jurus mereka untuk membikin persahabatan awet, di antaranya memakai julukan dari singkatan nama mereka. Legi Baihaki yang lahir hari Selasa Legi, menggunakan sebutan akrab ”Lebai”, sedangkan Jiro Jailani karib dipanggil ”Jijai” selama ini. Agar terasa lebih keren, mereka lantas memodifikasi penulisannya menjadi ”Lebay” dan ”Jijay” kata mereka agar terasa bergaya Bollywood seperti nama Vijay, Ajay dan lain-lain beberapa waktu kemudian.

* * * * *

Lebay cemberut melulu sejak merebak kehebohan berita penangkapan Novel Baswedan dua hari lalu. Ia sebel dan kesel, hingga menumpahkan perasaannya selama bincang-bincang santai dengan Jijay sepulang dari sawah. Wajahnya masih terlihat kusut, saat menemui Jijay di warung-warungan yang dipakai untuk menjaga tumbuhan padi yang mulai berbiji, supaya tidak dihabiskan gerombolan burung emprit sore kemarin.

”Kamu masih sewot dengan kegaduhan itu tho, Bay?” tanya Jijay setelah melihat kedatangan sahabatnya tersebut.
”Ya iyalah, Jay. Bagaimana aku ndak gregetan, panggilanku disebut-sebut oleh Kabar-eskrim, lalu ramai di media sosial” jawab Lebay yang menghempaskan tubuhnya di lincak mungil. Tempat duduk yang dipakai untuk menunggui padi-padi dari serbuan burung-burung pemakan biji itu.

”Kabareskrim, jangan dipenggal ngomongnya” celetuk Jijay.
”Itu maksudnya” jawab lebay.
Halah, kan sudah kubilang, itu bukan namamu. Bukan pula Jijay sapaanku. Tapi, itu omongan yang sering dipakai para anak-anak gaul sekarang keleees...” sahut Jijay dengan menunjukkan jemari ala rock and roll ke muka Lebay.
”Tapi tetap saja, Jay” balas Lebay.
Lho kalau disebut-sebut begitu, nick name kita juga ikut ngetren tho, Bay” goda Jijay.

”Apa hebatnya kalau julukanku dan kamu terkenal dalam masalah begitu, Jay?”

”Hehehe...” Jijay hanya bisa nyengir.

”Lagi pula siapa yang Lebay sebenarnya. KPK, Presiden atau Kabareskrim itu sendiri. Secara begini...” tukas Lebay mulai semangat. Semangat keselnya, maksudnya, sambil membenarkan posisi duduknya.
”Bagaimana, bagaimana, sobatku? Kalau dari media sih, KPK yang dibilang lebay. Lalu, beritanya menuliskan, Presiden juga dikatakan lebay” jawab Jijay yang ikut berlagak siap menyimak pernyataan sahabatnya itu sembari manggut-manggut.

”Secara begini, Jay. Kalau diplesbek sedikit...” ujar Lebay.
”Wuih, gayamu, Bay. Pakai istilah flashback segala” potong Jijay menggoda. Lebay jadi nyengir.
”Kalau diplesbek, Jay, dalam kisruh yang terbaru ini, KPK yang dianggap lebih dulu memulai, kan cuma sekali aksi. Pas saat BG ditetapkan sebagai tersangka. Tapi, gimana balasannya pulisi?” terang Lebay.

Eits, bentar bentar, kalau yang kamu maksud soal penangkapan Om Novel, jangan dikait-kaitkan dengan perkara itu, sob. Ini beda, tentang penegakan hukum” tutur Jijay.

”Aduh, susah Jay, bila kericuhan baru ini tidak berkaitan dengan persoalan tersebut. Itu hanya cara berkilah klasik. Sekarang begini, kalau memang ini urusan penegakan hukum, lah mengapa pas BG ditetapkan tersangka sebelumnya, para politisi termasuk anggota dewan yang kata Opa JE Sahetapy, mulut mereka bau itu, mengatakan politislah, begonolah. Kenapa mereka justru terkesan menyerang KPK dan bukan memberi kesempatan lembaga antirasuah untuk mengusutnya lebih jauh? Kenapa coba?” selidik Lebay.
”Hmmm...” gumam Jijay lalu memilih diam karena apa yang dikatakan sahabatnya itu ada benarnya.

”Nah, anggap saja itu serangan KPK, walau bukan mustahil siapa tahu memang urusan penegakan hukum. Pulisi lantas kesannya membalas balik secara bertubi-tubi. Tak lama berselang, Ketua KPK, Om Abraham Samad, ditetapkan sebagai tersangka. Lalu, wakilnya, Om Bambang Widjojanto. Keduanya lantas dinonaktifkan Presiden, Paklek Jokowi. Setelah itu, sejumlah penyidik yang diperkarakan karena masalah kepemilikan senjata kadaluwarsa atau apa gitu. Dan selentingan informasi bahwa kasus Novel akan diangkat lagi dan ternyata memang benar dipersoalkan lagi berdalih agar cepat selesai kini” ujar Lebay.
”Terus...?”
”Gimana dengan tindak lanjut rekomendasi Ombudsman? Ketika HAM bicara sedikit mengenai temuan soal penangkapan Om BW saja, pulisi langsung melancarkan somasi”

”Hmmm...” Jijay masih diam, mencari celah untuk menggoda sahabatnya itu yang mulai berapi-api.

”Keributan mulai reda, ketika AS dan BW nonaktif, serta BG ndak jadi Kapolri, masyarakat adem. Jika mau dilihat sebagai ajang kalah-menang, bukankah anggap saja pulisi yang sudah menang telak, tho? Hitung pula kemenangan praperadilannya, pelepasan kasus BG dari KPK, untuk kemudian dilimpahkan pada Kejagung dan balik lagi ke pulisi sekarang wis” papar Lebay yang melihat gelagat Jijay hendak menanyakan soal praperadilan dan lain-lain.
”Hmmm terus...”

”Namun, di tengah kondisi yang mulai normal, apa yang terjadi? Pulisi lalu woro-woro akan mengadakan gelar perkara kasus BG, hingga mau mendatangkan beberapa pihak luar agar kesannya transparan. Dilanjut isu berkas perkaranya ternyata cuma dokumen fotokopilah, abal-aballah. Entah siapa yang melakukannya juga tidak diusut. Padahal, foto-foto dari dokumen yang tersebar itu bertulis rahasia lho. Nah, kalau begitu siapa yang lebay?” tanya Lebay pada Jijay yang diam melulu.
”Hmmm...”

”Baru saja KPK dapat tangkapan anyar, sesuai amanah yang diemban serta harapan masyarakat, kader PDI yang terjaring OTT di Bali itu, yang katanya juga ada oknum pulisi diduga terlibat. Lalu, Om BW mau ditahan pas seru-serunya KAA dan batal penahannya karena dianggap kooperatif. Dilanjut Om As juga mau dipenjara di Polda Sulselbar, tapi kemudian juga batal. Eh, giliran Om Novel ditangkap Jumat dini hari kemarin”.
Lho memang kehebohan soal penangkapan Om Novel itu, ada kaitannya dengan OTT KPK di Bali itu, tho?” tanya Jijay.
”Aku ndak bilang begitu lho yo, Jay. Media juga sempat meralat bahwa Om Novel tidak sedang melidik kasus tersebut. Aku cuma mengatakan rangkaian peristiwa yang kita baca dan tonton dari media. Kita sebagai rakyat kecil kan memang hanya bisa membaca dari rentetan kejadiannya, lalu dibikin sumpek melulu sejauh ini” balas Lebay merasa menemukan celah untuk menggoda balik Jijay.

”Hmmm... Betul juga katamu, Bay?”

”Dan apa kamu tahu, apa di balik mencuatnya isu berkas kasus BG dari KPK yang katanya ternyata cuma dokumen fotokopian, Jay?” tanya Lebay mulai melancarkan godaannya.
Ndak, aku ndak tahu, memang ada apa sebenarnya, Bay?” balas Jijay dengan bertanya balik.
”Jangan bilang-bilang ke siapapun dulu yo, aku dapat informasi A1 tentang hal itu. Tapi, kita akan mengobrolkannya lain waktu saja. Sudah mau maghrib sekarang” jawab Lebay sambil berbisik pada Jijay yang tampaknya masuk perangkap godaannya.
Halah katakan saja sekarang. Atau jangan-jangan kamu cuma mengada-ada ntar seperti omongan kriminalisasi lho?
Eits, jangan salah. Aku benar-benar dapat bocorannya, A1 ini lho. Lagi pula, apa aku pernah berbohong padamu selama ini?” tukas Lebay semakin menjerat Jijay dengan godaannya.

”Ah, dasar kamu, Bay”

”Yang penting begini, Jay. Harapan kita sebagai hanya rakyat kecil ini, sudahlah sudahi saja. Jangan ada lagi keriuhan di antara penegak hukum. Kita jelas butuh KPK. Kita juga butuh Pulisi hari ini dan seterusnya. Jika kisruh melulu, ntar para koruptor dan mafia yang terkekeh-kekeh dan terus menyengsarakan rakyat. Dan kasihan para pulisi di bawah yang menangkap begal, maling, mengatur lalu-lintas dan sebagainya yang bukan tidak mungkin ikut kena imbasnya” seloroh Lebay berlagak menenangkan sahabatnya yang sedang penasaran.
”Tak kalah penting juga, kamu dan aku terima nasib saja, ketika Lebay dan Jijay disebut-sebut seiring penangkapan Om Novel yang menghebohkan kini yo. Jadi, kita siap-siap saja akan jadi pusat perhatian, terutama ketika berjumpa dengan orang-orang kampung dan dusun-dusun tetangga yang mengenal kita, pas kita ke pasar besok yo, Bay?” balas Jijay.

”Hahahahaha...” mereka berdua tertawa, kemudian melangkah pulang. Azan maghrib pun berkumandang dari corong suara surau.

* Sekadar catatan kaki tentang suara-suara rakyat kecil yang dibikin sumpek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun