Padahal zaman dan waktunya sudah berbeda. Kodrat zamannya sudah lain. Hal inilah mungkin yang menjadikan pembelajaran kita tidak dirindui oleh murid-murid.
Tepatlah kita sebagai guru kembali belajar. Untuk memberikan pendidikan terbaik bagi murid-murid kita yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Sesuai dengan dasar Pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan menuntun semua kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang tertinggi sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.Â
Guru hanyalah sebagai penuntun bukan penuntut murid-murid dengan segudang kompetensi yang harus dimilikinya. Tuntun saja mereka, karena mereka sudah memiliki kemampuan dasar yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta.
Ki Hajar Dewantara membahasakan ini dengan murid dilahirkan bukan seperti kertas kosong, anak dilahirkan dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar.Â
Tugas kitalah sebagai guru untuk menebalkan garis samar-samar tersebut dengan kekuatan konteks diri anak dan sosial budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Seorang anak (murid), memiliki kodrat bawaan suka bermain, bebas, merdeka. Dari sinilah hendaknya seorang guru mampu mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan yang bermakna bagi murid. Mendidik mereka sambil bermain atau mendidik melalui permainan.Â
Di samping kodrat bawaan murid tersalurkan, mereka juga mendapatkan ilmu untuk bekal kehidupannya. Dengan ini mereka akan tertarik untuk belajar. Kejenuhan akan menjauhi mereka. Yang tersisa hanyalah rasa cinta dan rindu murid terhadap pelajaran yang diberikan.
Dasar Pendidikan Ki hajar Dewantara yang tidak kalah penting adalah bahwa pendidikan menentukan budi pekerti anak. Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara gerak fikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga atau semangat.Â
Setiap manusia dibekali oleh Sang Pencipta (dalam perspektif Islam) dua sifat dasar yaitu sifat taqwa dan sifat fujur. Jika disebutkan dalam bahasa umumnya yaitu sifat positif dan sifat negatif. Dua sifat ini berjalan beriringan.Â
Pendidikanlah yang menjadikan sifat positif berkembang dengan baik. Pendidikan akan menjaga budi pekerti murid tetap baik, meskipun potensi tidak baik tetap ada dalam diri mereka.Â