Mohon tunggu...
Healthy

Dyslexia: We Are 'Outside The Box' Thinkers

25 Desember 2016   12:25 Diperbarui: 25 Desember 2016   13:08 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(2) Kekeliruan mengenal kata. Anak dengan disleksia sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata yang mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak.

(3) Kekeliruan pemahaman. Gejala kekeliruan memahami bacaan tampak pada banyaknya kekeliruan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak mampu mengemukakan urutan cerita yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema utama dari suatu cerita.

(4) Gejala-gejala serbaneka. Gejala serbaneka tampak seperti membaca kata demi kata, membaca dengan penuh ketegangan dan nada tinggi, dan membaca dengan penekanan yang tidak tepat.

Penyebab dan Patogenesis

Pathogenesis disleksia terletak pada struktur dan fungsi otak, pada umumnya pada belahan otak (hemisfer kiri), sebagian pada belahanan otak kanan, korpus kalosum dan adanya gangguan dalam fungsi antara belahan otak (interhemisferik). Penyebab gangguan fungsi belahan otak kiri dikaitkan dengan gangguan perkembangan morfologis atau kerusakan otak karena oksigen pada saat atau segera lahir (iskemia atau asfiksia perinatal) (Geswin yang dikutip oleh Njiokiktjien, 1989). Serta beberapa peneliti mengaitkan dengan factor keturunan dan hormone seks pada laki-laki (Njiokkiktjien, 1989).

Klasifikasi Disleksia

  • Disleksia dan Gangguan Visual. Gangguan fungsi otak bagian belakang dapat menimbulkan gangguan dalam persepsi visual (pengenalan visual tidak optimal, membuat kesalahan dalam membaca dan mengeja visual) dan deficit dalam memori visual. Adanya rotasi dalam bentuk huruf-huruf atau angka yang hampir mirip bentuknya, bayangan cermin (b-d, p-q, 5-2, 3-E) atau huruf dan angka terbalik seperti m-w, n-u, 6-9. Hal ini terlihat nyata pada tulisannya. Gangguan dalam urutan dapat berupa urutan huruf dalam kata sebagian atau seluruhnya seperti bapak-bakpa, ibu-ubi atau terbaliknya suku kata seperti mata-tama. Anak dengan gangguan memori ringan dapat mengulang huruf (gembira-gembbira) atau suku kata seperti baru-baruru, angina-angingin. Kelainan ini jarang, hanya didapat pada 5% kasus disleksia (Gobin, 1980 yang dikutip Njiokotjien, 1986).
  • Disleksia dan Gangguan Bahasa. Beberapa penulis menyebutkan prevalensi yang cukup besar yaitu 50-80%. 50% dari jenis ini mengalami keterlambatan berbicara pada masa balita atau prasekolah (Njikokiktjien, 1986). Legein dan Bouma (1987) menyebutkan kelainan ini didapatkan pada sekitar 4% dari semua anak laki-laki dan 1% pada anak perempuan. Gejala berupa kesulitan dalam diskriminasi atau persepsi auditoris (disleksia disfonemis) seperti p-t, b-g, t-d, t-k, kesulitan mengeja secara auditoris, kesulitan menyebut atau menemukan kata atau kalimat, urutan auditoris yang kacau (sekolah-sekolha). Hal ini berdampak pada membuat karangan.
  • Disleksia dengan Diskoneksi Visual-Auditoris. Ada gangguan dalam koneksi visual-auditoris (grafem-fonem), sehingga anak membaca lambat. Dalam hal ini bahasa verbal dan persepsi visualnya baik. Apa yang dilihat tidak dapat dinyatakan dalam bunyi bahasa.

Bakker, et al., (1987) membagi disleksia dalam 2 tipologi, yaitu L-Type (linguistic) dan P-Type Dyslexia (perceptive). Pada L-type Dyslexia anak membaca relative cepat namun dengan membuat kesalahan seperti penghilangan, penambahan atau penggantian huruf. Pada P-type dyslexia anak cenderung membaca lambat dan membuat kesalahan seperti fragmentasi (membaca terputus-putus) dan mengulang-ulang (repetisi). Jarang terdapat hanya satu jenis disleksia yang murni, kebanyakan gabungan dari berbagai jenis disleksia, di mana terdapat gangguan dalam masalah bicara, bahasa, membaca dan bahasa tulisan.

Abdurrahman, Mulyono. (2012). Anak berkesulitan belajar: Teori, diagnosis, dan remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2006). Psikologi abnormal (9th ed.) (Noermalasari Fajar, Penerjemah). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sidiarto, L. D. (2007). Perkembangan otak dan kesulitan belajar pada anak. Jakarta: Universitas Indonesia

Lulu Assagaf. (2010). Disleksia (dyslexia). Bersumber dari https://luluasegaf.wordpress.com/2010/12/23/disleksia-dyslexia/.19 Oktober 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun