Mohon tunggu...
Healthy

Dyslexia: We Are 'Outside The Box' Thinkers

25 Desember 2016   12:25 Diperbarui: 25 Desember 2016   13:08 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi

Kesulitan belajar membaca dapat disebut juga dengan istilah disleksia (dyslexia). Dyslexia berasal dari kata Yunani (Greek), “dys” berarti kesulitan, “lexis” berarti kata-kata. Disleksia merupakan kesulitan belajar yang primer berkaitan dengan masalah bahasa tulisan seperti membaca, menulis, mengeja dan pada beberapa kasus kesulitan dengan angka, karena adanya kelainan neurologis yang kompleks – kelainan struktur dan fungsi otak (Abigail Marshall, 2004).

Bryan dan Bryan seperti yang dikutip oleh Mercer (1979: 200) mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindrom kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. Anak yang kesulitan belajar membaca umumnya juga kesulitan menulis karena membaca dan menulis merupakan komponen sistem komunikasi yang terintegrasi.

Disleksia disebut sebagai “The Hidden Disability” (ketidakmampuan yang tersembunyi), karena pada kasus disleksia yang ringan sering tidak dikenali, dianggap “anak lamban atau malas membaca” atau “anak ceroboh, kurang teliti dalam tulisannya, seperti ada penghilangan, penambahan atau penggantian huruf tertentu”.

Disleksia merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentan hidup (developmental disorders across the life span). Di masa dewasa masalah membaca, pemahaman dan menulis ejaan tetap dialami (Bruck, 1987). Tidak jarang anak-anak yang mengalami disleksia terutama yang ringan dianggap sebagai anak yang bodoh, malas, kurang berusaha, ceroboh, sehingga timbul rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mengalami gangguan emosional. Padahal tidak jarang penyandang disleksia mempunyai intelegensi yang tinggi seperti Nelson Rockefeller, Albert Einstein, Churchill, yang disebut Gifted Dyslexia.

Prevalensi Disleksia

Di berbagai negara prevalensi disleksia pada anak-anak bervariasi antara 5-15%, beberapa penulis melaporkan prevalensi setinggi 20-30%. Di Inggris 4% mengalami disleksia berat. Penelitian yang dilakukan secara cermat menemukan jumlah yang setara dari gangguan ini baik pada anak laki-laki maupun perempuan (APA;Shaywitz dalam Nevid, 2005). Rasio laki-laki banding perempuan berkisar 3,5-4, 0:1, tetapi penelitian hasil Dr. Shaywitz (1996) menunjukkan rasio kedua seks hampir sama. Perbedaan prevalensi dan rasio pada hasil penelitian kemungkinan karena perbedaan dalam diagnosis disleksia atau dalam pemilihan kelompok subjek.

Sebagian besar anak kesulitan belajar memiliki kesulitan dalam membaca yakni kurang lebih 80% (Lyon & Moats, 1997; Lyon, 1995b; Kirk & Elkins dalam Lerner, 2000). Di Indonesia, dari 50 juta anak sekolah diperkirakan ada 5 juta orang anak yang mengalami disleksia. Dalam proses pendidikan formal, anak disleksia banyak ditemui di sekolah dasar terutama kelas 1, 2 dan 3 (Imandala, 2009). Prevalensi anak disleksia di Indonesia adalah 1% dari populasi anak Indonesia. (Rahman dan Wiyancoko, 2008). Disleksia menetap seumur hidup, tidak dapat “disembuhkan”, namun dengan pengenalan dan intervensi, kelainan ini dapat diperbaiki.

Karakteristik

Menurut Mercer (1983: 309) ada empat kategori karakteristik disleksia, yaitu :

(1) Kebiasaan membaca. Anak kesulitan belajar membaca sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan-gerakan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga sering memperlihatkan perilaku menolak untuk membaca dengan cara menangis atau mencoba melawan guru. Pada saat membaca, mereka sering kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan atau ada baris yang terlompat sehingga tidak dibaca.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun