Mohon tunggu...
Husna Nadin Mayla Zulfa
Husna Nadin Mayla Zulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - if u can't do what u love, love what u do

Life is Unstoppable Learning

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Standar Kecantikan Penyebab Overthinking Berkepanjangan

22 Maret 2021   14:02 Diperbarui: 23 Maret 2021   00:33 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh salah satu brand perawatan dan kecantikan di Indonesia, yaitu Dove yang  berjudul Indonesia Beauty Confidence Report 2017 menunjukkan hasil bahwa 84% perempuan di Indonesia mengaku tidak mengetahui bahwa dirinya cantik. dan 72% percaya bahwa untuk mencapai kesuksesan agar dapat dikatakan cantik harus memiliki standar tertentu.

Dari hasil riset tersebut dapat dikatakan bahwa masih banyak orang terutama sosok perempuan yang memikirkan validasi atas kecantikan dirinya berdasarkan standar kecantikan, terutama standar kecantikan yang dibuat oleh media, sosial, bahkan dunia.

Perlu kita ketahui dan sadari bahwa sebenarnya pengertian dari kecantikan ialah kondisi ketika kita merasa cantik dan dari perasaan itu dapat menciptakan perasaan bahagia. 

Dalam hal ini, hormon oksitosin dalam tubuh kita akan meningkat dan terproduksi. Oksitosin inilah yang merupakan hormon yang terproduksi jika kita memancarkan kondisi rileks, senang, dan bahagia.

Selain itu, oksitosin ini kerap disebut sebagai hormon cinta karena berkaitan erat dengan perasaan cinta, kasih sayang, dan emosi yang baik termasuk terhadap diri kita sendiri.

Sebenarnya yang perlu kita lakukan adalah berusaha menerima bahwa diri kita sudah cantik apa adanya.

Akan tetapi, pada kenyatannya untuk melakukan hal tersebut dan memiliki prinsip yang sedemikian tidaklah mudah. Kita hidup bersosial dan dibersamai dengan interaksi dengan banyak orang dan proses itu selalu terjadi secara dinamis. Terlebih kita juga hidup dekat dengan media terutama media sosial.

Banyak orang lain yang kita lihat dan temui hingga akhirnya kita membandingkan hidup kita sendiri dengan orang lain, entah dari segi apapun termasuk fisik.

Penampilan public figure atau orang-orang yang menjadi sorotan di media sosial yang secara tidak langsung membuat banyak orang mengomentari kecantikannya hingga akhirnya memvalidasi bahwa cantik itu harus seperti yang mereka lihat di media sosial dan akhirnya dari sinilah salah satu faktor terbentuknya standar kecantikan.

Sebagai contoh bahwa cantik itu harus berkulit putih dan glowing, memiliki tubuh yang langsing, proporsional dan ideal, bentuk hidung yang mancung, dagu yang lancip, bertubuh tinggi, tidak memiliki dark spot dan jerawat pada wajah.

Selain itu, sebagian besar produk-produk kecantikan dalam mempromosikan produknya selalu menggunakan model cantik bertubuh putih dengan badan ideal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun