Mohon tunggu...
Husna Nadin Mayla Zulfa
Husna Nadin Mayla Zulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - if u can't do what u love, love what u do

Life is Unstoppable Learning

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perasaan Cemas dan Stres serta Persepsi yang Perlu Diatur oleh Setiap Individu

15 Maret 2021   11:53 Diperbarui: 15 Maret 2021   13:26 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cedars-sinai.org/blog/hidden-symptoms-of-stress.html

Tahu gak sih? Ketika ada anggapan atau persepsi negatif, otak harus bekerja lebih keras untuk beradaptasi dengan persepsi tersebut lantaran otak selalu berusaha menyemibangkan segala sesuatu yang ada. Jadi, jika ada yang negatif pasti berusaha dan mencoba adaptasi.

Dari situlah dapat terjadi stres bahkan sampai merusak kesehatan tubuh. Hans Selye, sosok endokrinolog dan seorang peneliti yang diberi gelar sebagai bapak peneliti stress mengatakan bahwa

"Its not streas that kill us, but it is our reaction to it"

bukan stres yang membunuh kita, tetapi reaksi kita terhadap perasaan stres itu.

Jadi masalahnya bukan di stres itu sendiri. Namun pemikiran dan anggapan kita. Sebagai contoh adalah "aduh tugas kuliah banyak banget, apa dosennya ga mikir kita juga ada tugas lain" nah dari pemikiran itulah dalam tubuh kita mengeluarkan zat dan meningkatnya adrenalin. Ketika adrenalin ini meningkat, maka tekanan darah juga ikut meningkat, karena hal ini gerak jantung juga berdebar semakin kencang, kemudian terjadi penyempitan pembuluh darah, hingga akibatnya kepala kita menjadi tegang.

Ketika proses ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka keadaan ini akan memicu meningkatnya hormon stres, yaitu kortisol. Nah kortisol ini  zat yang beroksidasi, jadi dapat merusak apapun yang ada di organ tubuh kita.

Perlu diketahui, bahwa jika kita mengalami stres yang sifatnya sementara, maka reaksi tubuh kita juga akan sementara. Begitu juga sebaliknya, jika mengalami stress yang lama, reaksi tubuh juga pasti akan lama. Bahkan jika kita terlalu lama dalam keadaan stres itu, dapat merubah adaptasi otak sampai kita tidak tahu lagi bahwa kita sedang stres, karena otak kita sudah terbiasa hidup bersama dengan stres.

Itulah mengapa sebabnya badan dan otak juga akan merespon hal hal yang tidak kita sadari sebagai bagian dari stress karena terlalu berlarut-larut dalam stres.

Stres merupakan kondisi seseorang yang mengalami tekanan dan keseimbangan hidupnya terganggu. Stres dibagikan menjadi dua macam, stres fisik dan stres psikis. Stres fisik sebagai contoh ialah lelahnya badan kita setelah olah ragaStres psikis atau kerap disebut dengan stres mental sebagai contoh merasa sangat lelah kehabisan tenaga terlalu lama memforsir otak untuk berfikir.

Jika stres ini terus meningkat hingga mencapai titik seseorang tidak mengetahui penyebab stresnya, itu berarti sudah memasuki fase cemas, jika cemas ini terjadi dalam jangka lama, akan mengakibatkan depresi. Depresi ini biasanya diawali dengan perasaan cemas biasa saja seperti khawatir terhadap hidup. Gejala awal depresi diyakini ada 2 yaitu yang pertama selalu dalam keadaan mood yang sedih, yang kedua merasa putus asa dan tidak ada harapan. Seperti selalu merasa bahwa hidup kok gini gini aja. Perlu diwaspadai jika ada seseorang yang mengucapkan seperti itu, karena bisa jadi ia mengalami gejala awal depresi. Hal ini kerap terjadi karena biasanya apa yang diucapkan merupakan refleksi atau cerminan kondisi kehidupannya.

Jadi jika diperjelas, depresi dan cemas adalah dua kondisi yang tidak berbeda jauh lantaran organ otak pun bekerja dengan cata yang sama. Oleh karena itu biasanya obat yang diberikan psikiatri jika ada pasien yang berobat pun sama, yaitu antidepresan.

Cemas sehari-hari pun dapat mempengaruhi kondisi atau kesehatan fisik. Sebagai contoh yang sederhana ketika ada orang yang tidak terbiasa melakukan public speaking,  hendak melakukan sambutan didepan umum, pasti dia merasa grogi atau nerveous. Bisa dengan gemetar, selalu ingin mengeluarkan air kecil, atau bahkan ingin buang air besar. Cemas karena nerveous inilah mengakibatkan meningkatnya saraf otonom, yakni sistem saraf yang mengatur kinerja organ-organ yang bekerja sendiri tanpa perintah. Contohnya jantung dan paru-paru.

Sebagai sosok individu yang memiliki pengalaman dan fenomena yang berbeda pada kehidupannya masing-masing, kita perlu untuk waspada terhadap perasaan cemas yang menghantui kita sehari-hari, walaupun cemas kecil sekalipun.

Karena seperti penjelasan diawal tadi bahwa otak kita memiliki kemampuan adaptasi, kita juga harus mengaturnya. Ibarat objek stres dianalogikan sebagai sebuah botol. Botol tersebut jika terisi dengan air terus-menerus pasti akan penuh bahkan hingga tidak cukup menampung. Air disini kita ibaratkan sebagai perasaan stres, cemas, khawatir. Kita perlu mengetahui cara agar botol itu tidak terus-menerus terisi air hingga penuh.

Oleh karena itu kita perlu melakukan manajemen cemas dan manajemen persepsi atau anggapan. Kita harus bisa mengatur apa yang hendak kita lakukan terhadap perasaan itu. 

Coba belajar untuk mengenali perasaan stres yang dialami, perlahan cari tahu sumber masalah stres tersebut.

Sebagai contoh kita stres dan sedang pusing, lelah, karena banyak sekali tugas dari pengajar yang diberikan kepada mahasiswa. Belum lagi kegiatan rapat organisasi baik eksternal maupun internal kampus. 

Menerima dan mengakui perasaan 

Tidak menutup kemungkinan bahwa kita juga harus menerima perasaan stres yang kita alami lelah, pusing, hingga stres akan hal itu. Akan tetapi, jangan terlalu larut merenungi kelelahan itu.

Setelah dapat menerimanya dan mengetahui, kita bisa beranggapan atau menciptakan persepsi baik

Setelah merasakan dan mengakui  mumet dan stres yang dialami, janganlah terlalu larut, coba ciptakan persepsi seperti "oke iya capek tugas kampus dan organisasi banyak, tapi ini adalah sebuah proses pembelajaran dan bukan berarti tidak bisa selesai. aku bisa melakukannya dengan rileks atau sambil mendengarkan musik, kemudian kalau capek gaada salahnya aku istirahat sejenak untuk merefresh otak"

Mencatat hal-hal apapun yang membuat kita bahagia. 

ketika kita sudah mengetahui penyebab kita stres pasti kita bisa mengatasinya. bisa dengan cara mencatat hal-hal yang membuat kita senang contohnya seperti refreshing, jalan-jalan, olahraga, berenang, mendengarkan musik, karaoke, dan lain-lain.

Tentunya reaksi terhadap contoh stres diatas akan berbeda jika dipersepsi dengan "aduhhh tugas banyak banget mana belum lagi kegiatan organisasi, capek banget sih, dosennya apa ga mikir kita juga ada tugas dari matkul lain, belum lagi kegiatan kita selain kuliah, kalo kaya gini mana bisa kelar!!"

Jadi, intinya jangan terlalu lama larut dan menerima keadaan stress, segera bangkit perlahan dan aturlah persepsi yang mendukung agar tidak berakibat fatal bagi kondisi psikis maupun fisik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun