Mohon tunggu...
Husnah Fikria
Husnah Fikria Mohon Tunggu... Guru - GURU SMK

Guru biasa yang ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Modul 1.4 Guru Penggerak

27 Oktober 2022   23:01 Diperbarui: 27 Oktober 2022   23:07 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada kegiatan guru penggerak modul 1 terdiri atas empat bagian yaitu

  • Modul 1.1  Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara
  • Modul 1.2 Nilai Dan Peran Guru Penggerak
  • Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
  • Modul 1.4 Budaya Positif

Keempat hal tersebut saling terkait dimulai dari pemikiran KHD yang mengatakan bahwa  sebagai seorang pendidik kita menuntun segala kodrat anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia ataupun sebagai anggota masyarakat. 

Dan hal ini berkaitan dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu 1.Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia; 2. Berkebinekaan global; 3. Gotong royong; 4. Mandiri; 5. Bernalar Kritis; 6. Kreatif dan untuk mewujudkan hal tersebut guru memiliki nilai dan peran yaitu

Nilai

  • Berpihak pada murid
  • Mandiri
  • Reflektif
  • Kolaboratif
  • Inovatif

Peran

  • Menjadi pemimpin pembelajaran
  • Menjadi coach bagi guru lain
  • Pendorong kolaborasi
  • Mewujudkan kepemimpinan murid
  • Penggerak komunitas praktisi

Dalam menuntun menuju siswa yang bahagia guru juga harus memiliki visi yang dimulai dengan pendekatan inquiry apresiatif dan melahirkan prakarsa perubahan dipandu kerangka BAGJA.

Setelah pemikiran KHD dipahami, dilanjutkan dengan nilai dan peran guru penggerak, di tentukan visi lalu diterapkan untuk mencapai budaya yang positif

Membangun budaya positif di sekolah guru harus menyadari motivasi perilaku manusia, kenapa seseorang berbuat sesuatu, keyakinan apa yang ada pada diri seseorang dan menyadari bahwa seseorang bisa saja berbuat kesalahan namun kesalahan tersebut masih bisa diperbaiki. 

Dan untuk hal ini saya memulai dengan menciptakan pemikiran positif di kalangan kelas, mengadakan inquiry apresiatif bukan dengan memberikan imbalan ataupun hukuman namun apresiasi saat hal positif terjadi juga diperlukan.

Setelah membangun pemikiran positif dikelas, saya melanjutkan dengan pembuatan keyakinan kelas serta menyepakati konsekuensi apabila keyakinan ini dilanggar.

Dan pada saat mempelajari modul disiplin positif saya menjadi tertegun karena banyak hal yang telah dilaukan ternyata adalah sebuah kesalahan misalnya dalam penegakan disiplin ternyata posisi penghukum adalah posisi terendah, dan masih ada empat posisi lagi diatasnya diantara 5 posisi kontrol guru yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, sebagai teman, pemantau dan sebagai manajer.

Penghukum dan pembuat rasa bersalah lebih cendrung berefek negatif sedangkan yang lainnya lebih kearah positif. Tentu, apabila kita bersikap pada posisi negatif ada hal-hal yang harus yang harus diperbaiki menuju arah positif.

Memang sebelum mempelajari modul disiplin positif saya secara tidak sadar pernah melakukan semuanya namun sekarang menjadi lebih terarah, mencoba memberikan konsekuensi bukan hukuman, memberikan apresiasi bukan hadiah, memandu siswa menyelesaikan masalahnya dengan menerapkan segitiga restitusi.

Sebelumnya, pada tahap segitiga restitusi saya menstabilkan identitas namun, saya belum menanyakan keyakinan, saya sering memberi solusi namun kemudian saya tau sebaiknya siswa diarahkan untuk mencari solusinya sesuai dengan keyakinan yang telah disepakati.

Pemikiran yang positif, lingkungan pembelajaran yang berpihak atau menghamba kepada murid ternyata mampu mengubah motivasi siswa, dan terasa bahwa siswa bahagia saat berada di kelasnya. Pemikiran Kihajar dewantara, disiplin positif memberikan efek yang cukup signifikan khususnya diri saya sendiri sebagai seorang guru.

Dan yang menjadi pertanyaan saya apakah segitiga restitusi ini masih berlaku untuk siswa dengan pelanggaran berat narkoba atau alkohol misalnya. Apakah kita masih harus mengvalidasi tindakan yang salahnya?

Dengan pertanyaan tersebut saya mengusulkan untuk ke depan materi ditambah dengan teori-teori psikologi dan hasil penelitan tentang tindakan yang diambil saat siswa melakukan pelanggaran berat.

Modul disiplin positif memang memberikan pengalaman yang baru, dari awal membaca materi ada rasa kaget, merasa bersalah, mencoba memperbaiki dan melihat hasilnya dan  berbagai perasaan yang campur aduk di dalamnya, meskipun sebelumnya saya pernah menstabilkan identitas ternyata belum lengkap hal ini saya sekarang saya lanjutkan dengan menanyakan keyakinan serta menuntun sang siswa.

Pengalaman masa lalu tentang belum lengkapnya penerapan segitiga restitusi kedepan harus diperbaiki dan harus selalu mengingat tentang pembelajaran yang berpihak pada murid. Apalagi pada saat berdisikusi dengan teman ternyata didapatkan kesimpulan saat segitiga restitusi dilaksanakan ada perubahan positif yang terjadi. Bagi guru, ini benar-benar sesuatu yang menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun