Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa Obat Anak-anak yang Mengandung Zat Bersifat Toksik Bisa Lolos ke Pasaran?

20 Oktober 2022   22:23 Diperbarui: 20 Oktober 2022   23:10 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Kompas.com

Setelah peristiwa gugurnya ratusan sporter aremania dalam peristiwa Kanjuruhan beberapa waktu yang lalu, kini muncul kembali berita yang lebih menyayatkan hati, yaitu lebih ratusan anak di Indonesia berpotensi mengalami gagal ginjal. 

Akibatnya, menurut lebih ratusan anak Indonesia meninggal dunia karena ditengarai mengkonsumsi obat dalam bentuk sirup yang umumnya obat penurunan panas anak-anak. 

Salah satu zat yang disebut penyebab  berpotensi gagal ginjal dalam obat anak-anak tersebut adalah senyawa kimia Etilen Glikol.

Meskipun bukan ahli, sedikitnya saya pernah mempelajari tentang etilen glikol. Etilen Glikol adalah senyawa kimia dengan rumul molekulnya CHO. Etilen glikol merupakan nama trivial dari 1,2-etanadiol, yang merupakan senyawa golongan alkohol termasuk senyawa dwi gugus fungsi OH pada atom C nomor 1 dan 2 bila Digambar struktur kimianya. 

Sifat fisik dari cairan agak kental dengan bau yang menyenangkan dan rasa manis yang fungsinya sebagai pelarut, dan merupakan cairan tidak berwarna. Zat ini termasuk dalam kategori pelarut organik.

Namun disini kita tidak membahas secara detail tentang salah satu zat yang dianggap bersifat racun yang ditambahkan dalam obat penurun panas pada anak.

Tetapi kenapa obat dengan kandungan Etilen Glikol bisa beredar luas. Sebab, beberapa sumber menyebutkan  kasus gagal ginjal akut pada anak-anak sudah pernah terjadi pada tahun 1937 di Amerika Serikat. Kasus tersebut hampir sama disebabkan obat sirup sulfanilamide yang mengandung pelarut etilen glikol. 

Kemudian disebutkan juga pernah terjadi di Haiti pada 1998. Bahkan disebutkan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI melarang peredaran obat dengan pelarut Etilen Glikol.

Pertanyaan sekarang, kenapa obat kemudian obat yang ditengarai mengandung Etilen Glikol itu bisa beredar luas di Indonesia.Sebab, secara logika, obat yang dianggap penyebab gagal ginjal akut pada anak sepertinya memang sudah beredar bukan hanya sekarang saja.

Bila demikian adanya, bisa jadi penyebab beredar dan digunakan bebas obat-obat semacam itu oleh masyarakat karena: Pertama, mungkin obat-obat yang beredar tersebut tanpa dilakukan pemeriksaan lagi melalui BPOM. 

Bisa jadi, BPOM mengeluarkan izin dalam jangka waktu tertentu. Bila dalam waktu tertentu tersebut masih berlaku maka tidak ada pemeriksaan lagi. 

Sehingga kode sudah ada pemeriksaan BPOM masih tercantum pada obat tersebut. Bila seperti ini yang terjadi maka sangat disayangkan. Semestinya setiap saat produk tetap secara kontinyu sebelum diedar diujikan dulu oleh BPOM sebagai Lembaga yang memiliki otoritas tersebut. Apalagi menyangkut obat anak-anak.

Bila kemudian, memang setiap saat diproduksi ada dilakukan pemeriksaan oleh BPOM dan ternyata dalam obat anak yang beredar masih mengandung zat berpotensi toksik yang sudah dilarang justru oleh BPOM sendiri. 

Maka dapat dinyatakan ada kelalaian yang perlu pertanggungjawaban. Meskipun kemudian, BPOM sendiri yang menyatakan untuk menarik semua obat seperti yang diberitakan oleh semua media saat ini. Arti ada something wrong disini.

Kedua, bisa jadi tanpa sepengetahuan BPOM perusahaan farmasi yang memperoduk sejumlah obat anak yang bermasalah itu meningkat kjonsentrasi pelartut yang berbahaya itu untuk memudahkan larutan zat-zat obat. Sebab, ada informasi bahwa pengunaan etil glikol dalam konsentrasi rendah tidak berbahaya. 

Meskipun sebenarnya sedikit saja tidak boleh digunakan bila sifat sebuah pelarut atau zat tambahan berpotensi toiksit atau membahayakan atau mmeberi efek samping yang fatal bagi penggunanya apalagi untuk anak-anak yang secara metabolisme tubuh masih lemah.

Ketiga, tidak mengunakan zat-zat yang sudah dinytakan dalam kategori berbahaya namun ketika digunakan berpotensi bereaksi menghasilkan zat beracun. Kemungkinan semacam ini mungkin bisa saja terjadi karena sebuah reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk konsentrasi zat yang digunakan.

Bila kemudian memang ada sesuatu yang salah dalam produksi obat anak-anak memang perlu kita sesalkan. Apalagi ini menyangkut nyawa anak-anak yang notabenenya adalah generasi muda bangsa.

Sesungguhnya sebelum ada penelitian yang akurat kita tidak tahu apa yang sedang terjadi di negeri yang kita cintai ini (**dj).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun