Setelah peristiwa gugurnya ratusan sporter aremania dalam peristiwa Kanjuruhan beberapa waktu yang lalu, kini muncul kembali berita yang lebih menyayatkan hati, yaitu lebih ratusan anak di Indonesia berpotensi mengalami gagal ginjal.Â
Akibatnya, menurut lebih ratusan anak Indonesia meninggal dunia karena ditengarai mengkonsumsi obat dalam bentuk sirup yang umumnya obat penurunan panas anak-anak.Â
Salah satu zat yang disebut penyebab  berpotensi gagal ginjal dalam obat anak-anak tersebut adalah senyawa kimia Etilen Glikol.
Meskipun bukan ahli, sedikitnya saya pernah mempelajari tentang etilen glikol. Etilen Glikol adalah senyawa kimia dengan rumul molekulnya CHO. Etilen glikol merupakan nama trivial dari 1,2-etanadiol, yang merupakan senyawa golongan alkohol termasuk senyawa dwi gugus fungsi OH pada atom C nomor 1 dan 2 bila Digambar struktur kimianya.Â
Sifat fisik dari cairan agak kental dengan bau yang menyenangkan dan rasa manis yang fungsinya sebagai pelarut, dan merupakan cairan tidak berwarna. Zat ini termasuk dalam kategori pelarut organik.
Namun disini kita tidak membahas secara detail tentang salah satu zat yang dianggap bersifat racun yang ditambahkan dalam obat penurun panas pada anak.
Tetapi kenapa obat dengan kandungan Etilen Glikol bisa beredar luas. Sebab, beberapa sumber menyebutkan  kasus gagal ginjal akut pada anak-anak sudah pernah terjadi pada tahun 1937 di Amerika Serikat. Kasus tersebut hampir sama disebabkan obat sirup sulfanilamide yang mengandung pelarut etilen glikol.Â
Kemudian disebutkan juga pernah terjadi di Haiti pada 1998. Bahkan disebutkan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI melarang peredaran obat dengan pelarut Etilen Glikol.
Pertanyaan sekarang, kenapa obat kemudian obat yang ditengarai mengandung Etilen Glikol itu bisa beredar luas di Indonesia.Sebab, secara logika, obat yang dianggap penyebab gagal ginjal akut pada anak sepertinya memang sudah beredar bukan hanya sekarang saja.
Bila demikian adanya, bisa jadi penyebab beredar dan digunakan bebas obat-obat semacam itu oleh masyarakat karena: Pertama, mungkin obat-obat yang beredar tersebut tanpa dilakukan pemeriksaan lagi melalui BPOM.Â