Dalam konteks olahraga, bila semuanya yang terlibat memahami dan mendalami nilai sportivitas dan fair play. Mungkin penyelesaian masalah kerusuhan seperti yang terjadi di Kanjuruhan tidak begitu rumit.Â
Semuanya bersifat sportif dan fair play dengan mengakui bersalah dan bertanggungjawab. Sehingga tidak perlu ada tim-tim khusus yang bentuk untuk membongkar siapa-siapa saja yang bertanggungjawab.
Akan tetapi, berangkat dari Tragedi Kanjuruhan, sepertinya hampir semua yang terlibat dalam perhelatan yang akhir menimbulkan kerusuhan itu belum mendalami filosofi sportivitas dan fair play yang dimaksud.Â
Faktanya untuk membuktikan siapa yang bertanggungjawab masih harus dibentuk tim pencari fakta atau tim-tim khusus lainnya. Sudah memasuki minggu kedua belum begitu jelas siapa yang mau bertanggungjawab. Bahkan masih ada tarik menarik dan berusaha membela diri.Â
Semestinya bila nilai-nilai sportivitas dan fair play dijunjung tinggi oleh semua insan olahraga termasuk federasi, penyelenggara liga, panitia dan penonton termasuk pemain peristiwa itu tidak pernah terjadi.Â
Bilapun terjadi juga para pihak terus mengakui dan bertanggungjawab tanpa harus disangkakan oleh pihak kepolisian.Â
Memang semboyan sportivitas dan fair play begitu mudah didengungkan kepada atlit yang bertanding. Tetapi susah bagi mereka yang mendengungkannya meskipun mengaku sebagai insan olahraga (**dj)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H