Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Renungan Ramadan: Korona Membuat Manusia Tak Berdaya

28 April 2020   14:31 Diperbarui: 28 April 2020   14:36 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Hari Jumat yang lalu  Tanggal 23 April 2020 M, bertepatan dengan 1 Ramadhan 1441 H. Artinya, pada hari itu seluruh muslim dunia sudah memulai pelaksanaan salah satu ibadah wajib yaitu puasa pada bulan Ramadhan.

Kebiasaan muslim dalam menyambut bulan Ramadhan selalu diliputi rasa gembira dan senang. Karena bulan Ramadan memiliki kelebihan-kelebihan termasuk pengampuanan dari dosa-dosa yang ada.   

Berdasarkan pantauan suasana penyambutan bulan Ramadan di Aceh, yang selalu disambut dengan rasa gembira dan senang yang terakumulasi dalam tradisi Meugang, yaitu tradisi  menyabut bulan puasa  dengan makan masakan daging di setiap rumah. 

Meskipun meugang di Aceh tetap berlangsung tapi tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terpantau dari lapak penjualan daging dimana animo masyarakat menurun drastis.

Saya yakin, diseluruh duniapun menyambut bulan yang mulia bagi umat muslim tidak seperti biasa.  Perbedaan suasana tersebut tentu saja karena dunia sedang dilanda pademi global yaitu wabah virus covid-19  yang mematikan. 

Sehingga saat menjelang puasa, kebanyakan muslim masih diliputi rasa was-was bahkan masih banyak orang yang harus berada dalam karantina. 

Ada lagi yang harus mengikuti protokol pencegahan karona seperti physical atau social distancing dan bahkan ada himbauan tak boleh mudik ke kampung halaman. 

Termasuk ada ketentuan tidak boleh berkumpul shalat tarawih pada malam-malam Ramadhan di Mesjid. Hal ini, menjadi pukulan tersendiri bagi semua muslim apakah dia selama ini ta'at atau biasa-biasa saja dalam beribadah.

Semua itu terjadi karena ada makhluk Allah yang teramat sangat kecil tak bisa dilihat dengan mata telanjang, yang dikenal dengan nama Korona. Makhluk kecil ini membuat manusia resah dan dibuatnya tak berdaya.

Bukan hanya negara-negara miskin yang tak berdaya tetapi negara super power seperti Amerika Serikat dibuatnya tak mampu berbuat apa-apa.

Apalagi sampai saat ini para ahli di berbagai belahan dunia belum mampu menemukan obat menghentikan penyebaran  virus Covid-19. Sehingga, setiap hari jumlah orang yang meninggal terus meningkat.

Sebagai orang yang beriman apa yang terjadi saat ini dengan wabah virus covid-19, harus menjadi pembelajaran dan bahan renungan.

Kenapa tidak, hanya dengan makhluk halus tak seorangpun berkutik dan kuasa melawannya, baik dia raja, pemimpin, orang kaya, hebat, semua harus sembunyi di rumah-rumah mereka untuk menghindari virus ini.

Mengutip sebuah tulisan di media sosial tentang muhasabah,  menyatakan bahwa manusia itu lemah, namun senantiasa congkak dan sombong, senantiasa membangkang, menolak aturan Allah, memperturutkan hawa nafsu, senantiasa membuat kerusakan, dan durhaka terhadap Allah. 

Lihatlah betapa kerusakan telah merajalela di muka bumi,  kecurangan dan penipuan menjadi perilaku, seks bebas, perdagangan manusia, pembantaian dan pembunuhan, penjajahan gaya baru, riba dan zina disistemkan, manusia merasa bangga jika bisa menjauhi tuhannya. 

Begitu rusaknya dunia saat ini hingga alampun marah, gunung Merapi siap meletus, asteroid siap menghantam, gempa bumi terjadi dimana-mana. Termasuk wabah virus Covid-19.

INTROPEKSI DIRI

Wabah korona yang sedang berlangsung dalam bulan puasa tahun ini  semestinya   menjadi momen muhasabah diri. Kenapa hanya dengan virus covid-19 yang sangat kecil, manusia tidak bisa berbuat apa-apa dan nyaris tak berdaya terutama untuk memperoleh obat penangkalnya. 

Tentu, ada pesan yang lebih besar dari itu. Manusia tidak boleh berperilaku sombong, congkat dan angkuh. Bagi orang-orang beriman apapun yang terjadi saat ini tak lebih dari sebuah cobaan yang membuat  semakin bertaqwa kepada Allah dan bukan sebaliknya. 

Manusia harus berperilaku adil di dunia ini. Bukan hanya dengan sesama manusia tetapi juga dengan berbagai makhluk yang ada didunia termasuk alam sekitar. 

Makanya, Ramadhan tahun ini, haruslah menjadi titik tolak perubahan diri khususnya muslim di dunia. Kembali ke jalan ilahi, dengan bertaubat dan sadar bahwa manusia tak berarti apa-apa. Semuanya ada yang maha mengendali semuanya. 

Semoga Ramadhan tahun ini, manusia kembali kepada fitrahnya sebagai khalifah dalam konteks mengatur keseimbangan alam. Sehingga alam dengan isinya tak merubah diri menjadi makhluk yang ganas dan menghancurkan seperti yang kita rasakan saat ini. Wallahu Ta'ala "Alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun