Mohon tunggu...
Husin Ali
Husin Ali Mohon Tunggu... -

Lahir di Surabaya dan Besar di jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Puncak Kecintaan terhadap Nabi SAW

21 April 2011   12:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:33 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Maka jadikanlah sebagai nikmat, muliakanlah, kepada seorang hamba yang dicintai di sisi Tuhannya, manusia yang dekat (di sisiNya), yang dapat dipercaya dalam menyampaikan sesuatu dan amanah. Keterhubungan dengannya dapat merubah seorang hamba dari derajat khotib (yang mencari dan meminta) menjadi makhtub (yang dicari dan diminta), dari derajat roghib (yang menginginkan) menjadi marghub (yang diinginkan), dari derajat mutaqorrib (yang mendekatkan diri kepadaNya) menjadi mutaqorrab ilaihi (yang didekatkan diri kepadaNya)


Makna inilah yang menjadikan para sahabat radhiyallahu anhum wa ardhahum sebagai orang-orang yang paling meningkat derajatnya dalam mengambil sesuatu dari Al-Habib shallalahu alaihi wa alihi wasallam diantara para umat beliau. Mereka (para sahabat) adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah. Allah telah memilih mereka (para sahabat) untuk menjadi orang-orang penerima dari Nabi shallalahu alaihi wa alihi wasallam, untuk menjadi khazanah (tempat untuk menyimpan) apa-apa yang disampaikan oleh Al-Habib sehingga dapat dipakai sebagai bekal bagi para umat sesudahnya generasi demi generasi. Mereka (para sahabat) mengerti makna ini. Mereka tidak hanya melihat kepada Sayyidina Muhammad dikarenakan beliau membawa risalah. Sungguh beliau telah menyampaikan risalah dan mereka menerima risalah yang dibawa tersebut dan menjalaninya. Akan tetapi mereka melihat kepada beliau karena sesungguhnya beliau inilah yang sebenar-benarnya risalah.


Perbedaan orang yang berhubungan dengan Al-Habib shallalahu alaihi wa alihi wasallam karena mengingat bahwa sesungguhnya beliau membawa al-muhimmah (sesuatu yang penting) yang telah dilaksanakannya, kemudian menunaikannya dan ia sibuk dengan al-muhimmah tadi, dengan orang yang menganggap Rasulullah shallalahu alaihi wa alihi wasallam itu sendiri yang sebagai al-muhimmah, adalah bahwa orang yang kedua ini memahami ayat "ikutilah aku" dengan segenap yang ada pada diri beliau (SAW). Para sahabat menjalani atas makna ini, maka mereka mencintai beliau (SAW) dengan seluruh yang ada pada diri beliau. Dan arti mereka (para sahabat) mengikuti Rasulullah dengan seluruh yang ada pada diri beliau adalah mereka sampai pada batas ketinggian ittiba'.


DIAMBIL DARI CERAMAH HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN AL DJUFRI

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun