Sebelumnya saya tulis disini, artikel ini sudah saya tulis di facebook, tapi dengan versi yang saya sesuaikan. Â Karena aturan menulis untuk akun yang sudah di monetisasi sangat ketat disana ( facebook).
Termasuk tulisan tentang judol atau apapun yang terkait, pasti langsung dibatasi dan tidak bisa dibaca oleh pembaca di Indonesia, kecuali menggunakan VPN.Â
Jadi terkait judol. Judol buka lah judi. Judi hanya akan jadi istilah saja, karena pola yang dipakai adalah pola judi. Judol ( slot dan lain-lain) adalah bentuk scam semata.
Kenapa saya bilang begitu? Karena namanya judi, pasti ada yang namanya teori probabilitas. Probability. Ada peluang menang, ada peluang kalah. Begitulah teori kemungkinan. Namanya kemungkinan. Mungkin bisa menang, mungkin bisa kalah.Â
Tapi kalau judol, para 'pemain' dipastikan tidak bisa menang. Win rate udah diatur oleh mereka ( para bandar). Mereka yang tentukan kapan kalian bisa menang, kapan kalah. Kalau tidak salah, win rate sekitar 5-10 persen, saya tidak tahu secara langsung, karena saya tidak pernah sekalipun ikut main. Selebihnya para pemain akan 'dikerjain' oleh bandar.Â
Dan uang kemenangan itu lari ke luar negeri. Di negeri itu sendiri, dimana server mereka berada, konon Kamboja, tidak boleh ada investor lokal investasi. Â
Jadi investor di negeri itu kebanyakan orang-orang China atau ( yang menyedihkan), bangsa kalian sendiri alias orang Indo yang hendak mencuci uang. Â
Para operator dan pekerja rata-rata orang Indo juga.Â
Celakanya, banyak orang-orang sini tergila-gila slot. Entah karena ketidaktahuan, entah karena pengin menari bersama keberuntungan yang tak kunjung datang, tapi faktanya mereka terlena sampai habis-habisan!
Kalau udah habis duitnya, pinjam pinjaman online yang bunganya selangit! Dan kembali lagi ke persoalan awal, bunga pendapatan dari kalian itu juga lari ke luar negeri, karena kebanyakan investor pinjaman online ini orang luar negeri juga.
Ada berapa banyak orang bebal yang terlibat judol? Saya tidak punya data pasti. Yang jelas banyak, sampai bisa membuat resesi. Sampai membuat daya beli turun drastis.Â
Penjelasannya begini, anak muda atau siapapun, jaman dulu, kalau punya duit lebih, duit 'nganggur' , semisal ada 200-300 ribu, mereka akan jajan. Nongkrong, ngopi atau intinya membelanjakan uangnya. Dengan begitu tukang dagang laku daganganya. Dari situ dia bisa kulakan bahan-bahan di pasar. Â
Dipasar duit itu dibelanjakan lagi ke penyalur bahan. Dari penyalur bahan duitnya dibelanjakan ke petani dan lain-lain. Roda ekonomi jalan.Â
Nah, sekarang mereka pada sepi jualannya. Orang kalau punya duit dikit bukannya buat jajan, makan. Tapi malah untuk deposit di server judi online. Â
Kalau ekonomi kacau, ramai-ramai nyalain pemerintah nggak bener. Lha??
Yang bikin kacau rakyat sendiri. Udah gitu ada oknum-oknum yang turut 'menjaga' agar bisnis itu ( judol), tetap ada. Terakhir ada beberapa oknum Komdigi tertangkap karena mereka turut mengatur keberadaan situs Judol. Mereka bisa mengatur agar situs tidak diblokir, tentunya dengan sejumlah imbalan uang. Biasa itu. Hal yang berbau duit pasti bisa jalan lancar disini. Â
Lalu siapa yang bisa memulihkan keadaan ini? Siapa yang bisa menekan atau membuat Judi online ini sepi. Ya kita sendiri. Dengan cara tidak ikutan dalam kebodohan itu. Bukankah mereka buka situs di negeri ini memang karena ada 'segmen' market. Mereka buka disini karena ada peluang. Mereka buka disini karena mereka tahu masih banyak orang di negeri ini yang dibuai mimpi.Â
Klop, kan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H