Ada berapa banyak orang bebal yang terlibat judol? Saya tidak punya data pasti. Yang jelas banyak, sampai bisa membuat resesi. Sampai membuat daya beli turun drastis.Â
Penjelasannya begini, anak muda atau siapapun, jaman dulu, kalau punya duit lebih, duit 'nganggur' , semisal ada 200-300 ribu, mereka akan jajan. Nongkrong, ngopi atau intinya membelanjakan uangnya. Dengan begitu tukang dagang laku daganganya. Dari situ dia bisa kulakan bahan-bahan di pasar. Â
Dipasar duit itu dibelanjakan lagi ke penyalur bahan. Dari penyalur bahan duitnya dibelanjakan ke petani dan lain-lain. Roda ekonomi jalan.Â
Nah, sekarang mereka pada sepi jualannya. Orang kalau punya duit dikit bukannya buat jajan, makan. Tapi malah untuk deposit di server judi online. Â
Kalau ekonomi kacau, ramai-ramai nyalain pemerintah nggak bener. Lha??
Yang bikin kacau rakyat sendiri. Udah gitu ada oknum-oknum yang turut 'menjaga' agar bisnis itu ( judol), tetap ada. Terakhir ada beberapa oknum Komdigi tertangkap karena mereka turut mengatur keberadaan situs Judol. Mereka bisa mengatur agar situs tidak diblokir, tentunya dengan sejumlah imbalan uang. Biasa itu. Hal yang berbau duit pasti bisa jalan lancar disini. Â
Lalu siapa yang bisa memulihkan keadaan ini? Siapa yang bisa menekan atau membuat Judi online ini sepi. Ya kita sendiri. Dengan cara tidak ikutan dalam kebodohan itu. Bukankah mereka buka situs di negeri ini memang karena ada 'segmen' market. Mereka buka disini karena ada peluang. Mereka buka disini karena mereka tahu masih banyak orang di negeri ini yang dibuai mimpi.Â
Klop, kan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H