Jadilah musim 2009 ada satu tim yang hengkang, yaitu Honda. Dan masuk satu Tim baru, peralihan dari Honda yang ganti nama menjadi Brawn GP. Tim baru, masalah baru.
Masalah pertama yang langsung menghadang di depan mata adalah supplier mesin. Kalau sebelumnya Honda secara khusus melakukan riset dan produksi mesin sendiri, kini setelah mundur dari F1, mereka tidak lagi memproduksi mesin untuk balapan.
Tak sulit buat orang kayak Brawn untuk mendapat supplier, beberapa perusahaan ( Tim Pabrikan) langsung menawarkan diri. Brawn pun memilih Mercedes Benz sebagai partner.
Jadilah tahun itu mereka membangun mobil dengan kode sasis BGP 001. dan satu hal penting adalah, bahwa tim itu hanya berjalan dengan satu sponsor, yaitu Virgin aviation yang dimiliki Sir Richarf Bronson! Semua operasional ditanggung dari duit Brawn dan satu sponsor.
Dengan dana yang sangat minim, mereka tak bisa berharap banyak dari seri kejuaraan tahun itu. Misi awal adalah bertahan, dan berharap ada pembeli yang akan membeli Tim.Â
Tapi jiwa Brawn nggak segitu lembeknya untuk sekedar menyerah pada keadaan dan nunggu keberuntungan. Sebagai seorang engineer yang telah mencetak sang legenda macam Schumy, Brawn tidak mau asal-asalan, walau dengan dana pas-pasan.
Lalu Brawn membuat inovasi desain mobil dengan double diffuser. Luar biasa, pada sesi tes catatan waktu Jenson Button jauh melebihi ekspektasi. Bahkan race director pun sempat curiga pada hasil tes. Mereka melakukan investigasi, cari kesalahan. Nihil. No mistake! BGP 001 adalah mobil yang normal dan tak menyalahi aturan.Â
Mereka lalu curiga kalau-kalau Button memotong Chicane ( Tikungan S). Lagi-lagi tak terbukti.
Tim Red Bull dan Ferrari pun melayangkan surat ke FIA, untuk cari tahu apakah BGP 001 melanggar regulasi atau tidak. Hasilnya, FIA memutuskan bahwa BGP 001 tidak melakukan pelanggaran aturan desain yang di tetapkan FIA sebagai penyelenggara balapan.
Singkat kata, Race day yang di gelar di Albert Park Melbourne pun tiba.