Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Antara Kamu, Mantanku, dan Iphone

17 Agustus 2019   18:17 Diperbarui: 17 Agustus 2019   20:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak cerita 'seram' yang sering dimunculkan manusia Indonesia menyangkut hari senin. Yang katanya hari ribet lah, hari horor lah, hari menyebalkan lah.

Tapi bukan hanya manusia Indonesia yang benci hari senin. Buktinya, ada istilah 'i hate monday', lha itu kan bahasa inggris. Berarti di luaran sana, di luar negeri yang bukan warisan kumpeni ini, juga banyak benci hari senin dong? Ya nggak!?

Tak terkecuali Alan. Salah satu manusia Indonesia yang juga harus melewati hari senin pagi ini. Mana ada kuliah pagi, siangnya sepulang kuliah harus mampir ke kantor sebuah media online tempat langganan dia ngirim tulisan.

Tak bisa dibayangkan betapa capeknya kalau harus nyetir.

Ogah-ogahan Alan melangkah ke kamar mandi. Sebelum ke kamar mandi Alan  menguap lebar-lebar.

Byur...byur..byur.

Tak sampai lima menit Alan menyelesaikan mandinya. Kalau kelamaan takut kegantengan. Hehehehe.

Karena membayangkan tentang horor dan macet di hari Senin, Alan memutuskan naik busway. Murah, cepat, dan nyaman. Belum lagi kalau ada makhluk manis dalam bus. Kayak judul novel Lupus donggg..

Singkat kata singkat cerita, kayak syair lagu Jadul PMR, Alan udah duduk manis di Busway. Awalnya kosong.

Tapi halte demi halte dilewati, penumpang akhirnya penuh. Dan Alan mesti mengalah pada beberapa penumpang yang sudah lanjut usia, memberikan tempat duduknya pada yang lebih berhak.

Pas mau berdiri, pandangan matanya tertumbuk pada benda yang tergeletak di dekat kakinya. Sebuah Iphone X. Wuihhh...

Alan mengambil gadget mahal itu, " Mbak, handphone-nya jatuh. "

Alan mengangsurkan iPhone itu pada seorang cewek berambut sebahu, dengan aroma CK semerbak wangi nan segar, sangat cocok kalau dia memiliki benda yang jadi idaman sebagaian besar pecinta gadget itu.

" Ah, lu becandanya bisa aja," Si mbak itu mengibaskan tangan di depan wajah cantiknya sambil tersipu.

" Lho, ini bukan punya situ?"

" Iya mas, saya tau itu handphone mahal, tapi jangan gitu cara pamernya!"

Serius, jantung Alan berdegub kencang.

" Maaf pak, ini handphone bapak?" Alan menunjukkan pada bapak yang duduk di bangku samping tempatnya berdiri. Walau agak ragu. Karena dari penampilannya kurang meyakinkan.

Bapak itu cuma menggeleng sambil tersenyum.

Sampai turun di Halte depan kampus pun, tak ada yang mengakui. Alan melangkah santai. Dalam hati, tak ada niat sedikitpun niat memiliki benda itu.

Buat apa?

Kalau pun mau, toh Alan bisa beli. Tapi Alan menilai terlalu mahal membelanjakan duit 22juta hanya untuk sebuah handphone yang fungsinya sama dengan handphone lain seharga sepersepuluhnya.

Tapi mesti dibalikkan kemana?

Tadi Alan berniat kasih ke Satpam di Halte Busway. Tapi takutnya malah gak sampai pada yang berhak. Kasihan yang kehilangan kan.

Bruukk!

Langkah Alan terhenti karena  nabrak seseorang. Seorang cewek. Manis juga. Kayak cewek yang ditemui di Busway tadi. Tapi yang ini lebih manis.

Karena, terus terang, Alan udah naksir cewek ini sejak SMP. Walau tak kunjung berani mengutarakan perasaannya.

Namanya Atiek, berambut sebahu, kulitnya kuning, tampangnya lembut keibuan dengan pandangan mata nan teduh. Duhh... Betul-betul membuat Alan tak berdaya.

O ya, Atiek  emang teman sejak SMP. Nggak tau kenapa, kok Alan bisa ketemu lagi di kampus biru ini. Moga-moga jodoh. Begitu harap Alan yang selalu di Semoga kan.

Adegan tubrukan tak sengaja tadi tidak membuat buku-buku yang dibawa Atiek jatuh berserakan, lalu mereka berdua merunduk dan memungut bareng, selanjutnya saling pandang kayak adegan di banyak film dan sinetron. Tidak ada adegan itu!

Karena Tatik tidak bawa banyak diktat kayak jaman ORBA, Orde Bubar, yang mengharuskan mahasiswa membawa banyak buku dan diktat untuk bahan kuliah, sehingga bisa dipakai bahan untuk mempertemukan dua insan di skenario sinema.

Sekarang cukup bawa Tablet dan atau laptop, karena mata kuliah banyak yang diberikan dalam bentuk file digital.

Yang ada Tatik terperangah karena baru saja 'kontak fisik' dengan sosok yang tingginya beberapa puluh sentimeter diatasnya.

" Duh, mentang-mentang hape baru, sampai gak lihat jalanan," Tanpa merasa berdosa Atiek ngeledek Alan.

" Eh, bukaaann... Ini bukan punya saya. Boleh nemu, mau dibalikin sama yang punya, tapi gak tau mesti di balikin kemana. Nemu di Busway."

" Wah, rezeki anak soleh tuh bro..." Tatik langsung percaya. Karena tidak ada tanda-tanda becanda dari nada suara Alan.

" Ya gak bisa gitu. Gue mesti balikin sama yang punyanya. Mana tahu dia lagi kebingungan."

Alan melangkah pergi diiringi pandangan mata Atiek yang keheranan. Jaman yang serba kapitalis ini masih ada orang kayak gitu.

Atiek pun melangkah ke kantin sambil sebelumnya menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Sepulang kampus, Alan menuju kantor media online. Lalu cepat-cepat pulang ke kos setelah urusan selesai. Dia masih penasaran dengan Iphone yang ditemukannya.

Mau diapain kira-kira. Kalau dibalikin, ya dibalikkan kemana?

Kalau dipakai mesti unlock akun iCloudnya dan iTunes-nya.

Tiba-tiba Alan punya ide cemerlang. Kenapa gak di Twit di Twitter aja! Dan dia yakin, pasti akan sampai ke si empunya iphone tanpa perlu takut ada orang ngaku-ngaku, karena screen Lock iphone yang ditemukan pakai Finger print. Semoga...

Sejam pertama, Twit Alan cuma ditanggapi beberapa belas Netizen. Lalu ada dua yang retwit. Lumayan.

Selanjutnya menyebar hingga pada tiga jam bertama udah ada sekitar dua ribu lebih tanggapan serta komentar dan sekian ratus komentar.

Macam-macam komentarnya. Bahkan ada yang mau bayarin sepuluh juta. Alan tak bergeming. Pokoknya iphone itu harus sampai pada pemiliknya, titik!!!

Sampai ada DM dari akun annonymous bahwa dia lah pemilik iphone itu.

Alan pun membalas, " Ya udah, kalau emang loe pemiliknya, kita ketemuan aja. Gua mau di blok M, MOS Cafe ya. Biar lebih safe. Kalau loe mau, gua minta traktir paket burger aja. Kalau loe gak mau, bayar masing-masing." Balas Alan.

Tapi, "Udah, tenang aja. Ada dua juta buat loe!" Balas pemilik akun itu. Alan tak berharap duit itu. Tapi kalau emang tulus dikasih, ya kenapa tidak?

Kan itu rezeki halal. Tidak nyolong, tidak nodong, tidak pula nipu.

Akhirnya keesokan harinya pas jam makan siang Alan udah nongkrong di Little Tokyo. Julukan kawasan Melawai dimana Cafe franchise asal Jepang itu berada.

Alan terlebih dulu memesan secangkir kopi hitam sembari nunggu.

" Loe pakai baju apa?" Itu bunyi DM yang baru masuk sesaat setelah Alan meneguk tegukan pertamanya.

" Pakai baju kotak-kotak warna Silver, celana jeans, pakai topi warna merah ada tulisan Jancuk Story," Balas Alan.

Tetiba perempuan yang duduk di kursi depannya, yang sedari tadi duduk membelakanginya serta luput dari perhatiannya berbalik dan mengambil tempat di depan Alan.

Jujur, Alan sama sekali tidak melihat perempuan muda ini saat masuk. Karena perhatiannya tertuju pada setiap DM yang masuk. Selaksah pikiran berkecamuk dalam otaknya.

Sekarang Alan malah tercekat. Kaget. Seraut wajah Indo kebule-bulean tersenyum manis (dimanis-maniskan), sedikit centil.

"Hai, mas..." Begitu sosok yang pernah mengisi hari-harinya itu suka menyebut dirinya.

" Karen..?"

" Iya, itu iphone saya mas. Kamu masih kayak yang dulu ya," Ungkap Karen sambil melihat-lihat menu makanan.

" Yakin cuma minta Paket Burger? Gak mau dua juta-nya?" Lanjutnya.

Ih... Kalau mau kasih ya kasih aja dua juta ya, ngapain mesti bargaining lagi! Rutuk Alan dalam hati. Hanya dalam hati. Takut Karen mendengar, gengsi dong!

" Awalnya sih cuma paket burger, tapi kalau kamu ikhlas, dikasih juga nggak papa!" Akhirnya terlontar juga kalimat itu setelah Alan mengumpulkan segenap keberanian.

Tadi sempat terlintas di otaknya, bahwa duit emang ada anaknya, duit beranak. Atau ada bunganya, namanya duit berbunga, kalau kita simpan di bank.

Tapi duit kan tidak ada teman, saudara, bapak, ibu, atau mantan.

Iya, apalagi mantan! Mana kenal...

Karen tersenyum lagi, " Iya, nggak papa mas. Itu kan reward buat ketulusanmu. Dan saya juga tetap traktir kamu paket burger kesukaanmu kok," Karen panggil Waitress.

" Wait... Wait. Untuk burgernya batal aja nggak papa. Saya ada jadwal," Cegah Alan.

Karen menghela nafas. Lalu menyodorkan amplop coklat.

Alan menyambar amplop itu tanpa sungkan-sungkan.

" Maaf, saya buru-buru ya.."

Alan pergi meninggalkan Karen yang cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala tak mengerti. Mungkin ini sisi lain hidup Alan yang berubah. Tapi sudahlah...

Diluar Cafe, Alan membuka amplop berisi lembaran warna merah sebanyak...

Hah? Lima puluh lembar!?

" Cieh... Yang barusan dapat rezeki," Suara itu mengagetkan Alan.

"Eh, Atiek..."

Atiek cuma tersenyum, " Udah ketemu yang punya iphone ya?"

" Udah, barusan ketemuan. Dan saya dikasih imbalan. Yuk, aku traktir makan!" Alan menarik tangan Atiek ke Cafe.

Mereka duduk di sudut. Karen masih disana. Memandang mereka berdua dengan senyum simpul.

"Tik, kamu mau nggak jadi pacarku?" Tembak Alan tiba-tiba. Sesaat Atiek gelagapan.

Selanjutnya Atiek cuma mengangguk dan tersenyum manis. Lebih manis dari senyum Karen beberapa puluh menit yang lalu.

Entah mimpi apa Alan semalam. Hari ini dapat kebahagiaan ganda.

Pertama dapat duit lima juta dari mantan, kedua cewek yang sedari dulu diidamkan kini jadi kekasihnya.

Ah... Seandainya tidak ada iphone di dunia ini, tentu tidak ada kisah semanis ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun