Mungkin ini bagi orang jawa adalah kebanggan tersendiri. Bahwa bahasanya begitu terkenal, sehingga bule macam Dave pun bangga menggunakan bahasa Jawa. Karena mungkin banyak orang Jawa jaman now, malah sok british. Bahasanya seringkali diselipi istilah-istilah asing. Bukannya apa, nurut kita-kita orang Indo ini, segala sesuatu yang berbau luar negeri(asing), punya nilai lebih. Termasuk soal berbahasa.
Tatkala satu bahasa daerah (Jawa) dituturkan seorang yang bukan dari tanah Jawa ( Dave berasal dari Melbourne, Australia), maka kita punya semacam anggapan bahwa bahasa Jawa ini bukan main-main. Bahwa bahasa Jawa ini punya gengsi tersendiri. Sehingga seorang Bule pun bangga menuturkannya.
Apalagi kalau dilihat kesehariannya, Dave ini Jawa banget. Orang Jawa bilang, 'nJawani'. Maka tak salah kalau Dave dengan cepat meraih tenar lewat media berbagi video Youtube.
Hal yang kurang lebihnya sama dilakukan seorang Andrianto. Sebagai orang Jawa, dia bangga banget bisa meraih American Dream. Mimpi-mimpi Amerika seperti kebanyakan penduduk dunia lainnya. Andri yang pada tiap videonya menyampaikan kesehariannya dengan rendah hati yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat pedesaan Jawa pada umumnya, seolah mewakili impian masyarakat pedesaan Jawa pada umumnya.
Walau penghasilan sudah Rp 50juta lebih ( penghasilan Andri USD 4ribu), tetap berpembawaan sederhana. Tinggal di rumah tinggal yang disediakan oleh bos-nya, ke restoran tempatnya bekerja 'Cuma' mengendarai Chevrolet Sonic( Di Indonesia Chevrolet Aveo), serta gaya berbusananya yang kasual, cara bicaranya yang lugas, membuat orang selalu ingin mengikuti kesehariannya lewat situs berbagai Video Youtube.
Dari kedua contoh diatas, ada satu garis besar yang bisa ditarik untuk menyimpulkan kenapa video kedua orang itu banyak di tonton.
Pertama, kedua orang itu mewakili satu keinginan orang Indonesia pada umumnya, yaitu kebanggaan terhadap satu etnis tertentu, dalam hal ini Jawa. Dave walau bule, karena dari kecil dididik di lingkungan Jawa, maka jadilah Dave yang 'nJawani'.
Kedua, walau Andrianto sudah tinggal dan bekerja di Amerika, tetap tidak lupa asal-usulnya sebagai pemuda desa, tidak pongah, tidak berubah jadi sok Hip Hop misalnya. Tetap saja Andri hadir sebagai pemuda Jawa yang bekerja keras demi impiannya. Demi lembaran-lembaran Dolar yang kelak dipakai modal usaha ditanah air
Hal-hal itulah yang disukai masyarakat. Mereka berdua berhasil menterjemahkan keinginan masyarakat dengan cara mereka.
Mereka berdua mengerti, apa yang disukai masyarakat. Yaitu keluguan, apa adanya. Dan mereka berhasil membidik segmen penonton yang tepat.
Secara marketing, mereka 'sukses'. Mereka berhasil mengajak penonton untuk 'ikut masuk' dalam kehidupan pribadi.