Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Google-isasi

7 Oktober 2018   23:12 Diperbarui: 8 Oktober 2018   00:08 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Google dalam bentuk font beda ( Sumber: cdn.technologyreview.com)

Ini kejadian beberapa minggu lalu.

Seorang anak tetangga usia SMP lagi nongkrong di taman komplek tempat kami tinggal. Saat itu pukul 19.30. Saya tahu, keesokan harinya dia akan mengikuti UTS ( Ujian Tengah Semester). Tapi kok dia tampak santai dengan Smartphonenya.

Karena merasa kenal dengan orang tuanya, dan saya peduli dengan anak jni, saya pun melontarkan teguran. Sebut saja namanya Andika (bukan nama sebenarnya), " Andika, bukannya besok UTS?" Saya duduk disampingnya dan mencoba mengintip Smartphonenya. Karena penasaran.
" Iya, Om. Terus kenapa?" Nah, dia nyolot nih.
" Kok gak belajar?" Saya mengernyitkan dahi. Mumpung belum seberapa keriput:D
" Lha, kan ada Google, " Tukasnya tanpa memandang saya.

Saya hanya menghela nafas. Prihatin. Tampaknya anak ini terlalu mengandalkan Google dalam (hampir) setiap masalahnya. Termasuk tantangan dia menghadapi ujian tengah semester esok hari.

Saya membandingkan dengan apa yang saya alami semasa SMP ketika menjelang ujian. Banyak pihak, terutama guru dan orang tua, mengingatkan kami, " Belajar sungguh-sungguh, dan doa. "

Hampir semua orang tua dan guru memberi anjuran seperti itu. Ada dua hal yang bisa kita petik dari pesan itu.

Pertama, belajar adalah bentuk usaha kita sebagai siswa, agar transformasi disiplin ilmu dari guru ke murid berhasil.

Kedua, mengandalkan Tuhan untuk setiap hasil yang kita capai. Filisofinya begini, kalau udah belajar tapi masih dapat hasil yang kurang maksimal, toh itulah kehendak Tuhan terhadap capaian dari serangkaian usaha yang kita jalani.

Baiklah, itu mungkin model pembelajaran antara tahun tahun 1980-1990, jaman dimana saya menjalani masa-masa pembelajaran dari sekolah dasar sampai SMA. Jaman itu peradaban belum secanggih sekarang. Belum semodern saat ini.
Sampai pada satu titik kita menghadapi perubahan besar-besaran dibidang teknologi Informasi, dan perlahan tapi pasti peradaban pun berubah.

Filosofi mengandalkan Tuhan pun lambat laun mulai tertanggalkan dan keberadaan Tuhan juga setengahnya tergantikan oleh eksistensi Google yang mereka sebut ' mesin pencari serba tahu'.

Benarkah demikian?
Setengahnya benar, setengahnya nggak benar. Benar karena banyak hal bisa kita cari di Google. Salah karena, tidak semua bisa kita cari di Google.

Kalau kita menyadari dan tahu cara kerja Search engine maka paradigma kita terhadap kemampuan search engine (diwakili oleh Google), nggak segitunya.

Ingat, Google hanya pengumpul data situs web yang sebelumnya sudah didaftar di dalam database pencarian yang kita maksud.

Contohnya gini, saya bikin situs web berisi promosi satu produk kosmetik, maka saya berharap situs saya banyak dikunjungi Netizen. Salah satu caranya adalah mendaftarkan ke dalam daftar pencarian mesin pencari semacam Google.

Apa tujuannya?
Supaya calon pembeli lebih banyak tahu tentang produk kita.
Bagaimana supaya calon pembeli gampang mencari produk kita? Ya dengan pencarian di Google.

Bagaimana caranya supaya situs web kita dalam pencarian Google? Dengan memasukkan keyword-keyword populer sesuai dengan kategori produk kita sewaktu kuta submite situs web kita.

Contohnya, waktu mendaftar kita masukan kata kunci 'produk pemutih kulit', Sun block, dan lotion. Maka ketika Netizen memasukkan ketiga kata kunci itu, situs web kita akan punya peluang untuk muncul pada hasil pencarian Google.

Seberapa besar peluang muncul? Tergantung popularitas produk kita sesuai hasil penghitungan mesin pencari Google ( Google Analystic).

Lalu apakah semua hasil yang kita cari di Google benar? Apa informasi yang disampaikan valid?

Nah, ini dia masalahnya!
Google tidak cukup pintar dalam memilih dan memilah situs web yang valid atau invalid. Selanjutnya itu diluar tanggung jawab Google sebagai pihak penyedia Search Engine Directory.

Sampai disini Anda sebagai pengguna mesin pencari yang diharuskan memilah dan memilih kabar yang Anda dapatkan secara instant tersebut.

Apa hal ini berlaku pada semua informasi?
Iya, pada semua informasi. Untuk itulah Anda mesti mencari penyedia Informasi yang terpercaya dan bisa dipertanggungjawabkan validitas informasinya.

Jangan asal informasi dari Google Anda telan mentah-mentah, seolah kabar itu benar kalau Anda tak ingin terjerumus dalam Informasi yang sesat.

Pilihlah situs web yang menggunakan domain resmi. Hindari membaca informasi dari blog-blog yang nggak jelas. Karena dari sinilah sumber segala Hoax yang akhir-akhir ini banyak menyesatkan Netizen.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, saya mohon Anda cukup bijak menyikapi suguhan kabar dari dunia maya. Percayalah, tidak semua masalah bisa diselesaikan oleh Google. Masalah jodoh misalnya...

Gubrakkk!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun