Setiap kali Bonjovi konser Di Jakarta, selalu ada cerita unik. Selalu ada semacam story to tell. Selalu membawa kegembiraan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, meskipun harus diungkapkan.
" Bonjovi tuhhh...hhmmmm, something banget ya mas..too hard to tell, pokoknya membekas banget, kayak kita makan es krim premium, manisnya bahkan sampai tenggorokan walau udah abis.." Ujar seorang kenalan beropini tentang Bonjovi sehabis nonton konser.
Masih inget dengan jelas dua puluh tahun lalu 4 anak muda asal New jersey ini mengguncang eks sirkuit Ancol.
Kami tak peduli dengan semprotan water canon yang akhirnya membuat badan kami gatal-gatal. Sungguh kami tak peduli.
Bonjovi tuh, something banget...
Mereka ogah menciptakan lagu bertema politik," music is music, music is about love.." Begitu ujar Jon, sang front man ketika mbak Maharani Djodi mencoba memancing-mancing kenapa tidak mencipta musik bertema politik, taruhlah, kayak lagu-lagu mas Virgiawan Listianto.
11 September 2015 mereka menggebrak seluruh kota dengan penampilan keduanya setelah warga Indonesia menanti selama 20tahun!
Dan ABG ABG cewek yang dulu pingsan gara-gara hanya kepingin meraih tangan Jon untuk sekedar bersalaman, kini telah menjadi, maaf, emak-emak...
Konser kedua ini seperti konser 'penebus' dosa buat para 'emak-emak' yang dulu pingsan, sehingga terpaksa 'passed' untuk mendengar hit-hit Bonjovi.
Karena itulah malam tanggal 11 September  2015 mereka-mereka ini dengan 'alim' duduk di tribune, duduk di festival, duduk manis di VVIP. Pada anteng, menyimak satu persatu lagu-lagu manis Bonjovi. Ada sih yang norak, dari awal kamera ponsel pintar-nya diarahkan ke panggung mulu, disyuting gitu.
Yahhh...capek dehhhh!
Sayang, pada konser kali itu mereka datang tanpa Richie Sambora, gitaris sekaligus backing vocal yang juga merupakan orang paling berpengaruh dalam Band ( Bonjovi) setelah John Francis Bongiovi, jr.
Sejarah
Bonjovi dibentuk pada 1983 di Sayreville, New Jersey oleh 5 pemuda, yaitu John Francis Bongiovi ( Vokal), Tico Torres ( Drumer), Richie Sambora ( Gitaris, backing vocal), David Bryan ( Keyboard), serta Alec John Such ( Bassist).Â
 Kenapa dinamakan Bonjovi? "
Dengan enteng Jon menjawab, " Karena nama Rolling Stone sudah dipakai Mick Jagger." Begitu pernyataan Jon pada Maharani Djodi dalam satu wawancara Eksklusif.
Tentu saja itu Cuma kelakar.
Nama Bonjovi diambil dari nama belakang sang front man, Bongiovi ( Italia), yang kalau dilafalkan dalam bahasa Inggris berarti Bonjovi.Â
Album pertama  dirilis pada tahun 1983 ( Runaway)merupakan album single, hanya berisi dua lagu, yaitu pada side A, Runaway, dan side B, Love Lies, sukses dipasaran dengan berhasil menembus Top 40 tangga lagu di Amerika. Waktu itu album dibuat dalam format kaset pita.
Pertama kali Runaway di putar di WAPP-FM (sekarang WKTU-FM) dan langsung menggebrak blantika musik rock Amerika. (Sumber: wikipedia)
Pada tahun 1984-1985 mereka meluncurkan dua album sekaligus. Bonjovi dan 7800 Degree Fahrenheit.
Ibarat Restauran, album pertama dan kedua ini adalah Grand Opening setelah sebelumnya album Runaway sebagai 'soft opening'.
Tahun 1986 mereka merilis " Slippery when wet" yang juga sukses dipasaran dengan hasil jualan album mencapai 20juta kopi di seluruh dunia.
Dua tahun berselang mereka kembali mengguncang dengan merilis album yang diberi tajuk " New Jersey". Ditahun itu sampai setahun setelahnya mereka mengadakan tour dunia
Beberapa tahun vakum, Â Jon merilis Album solo yang dijadikan soundtrack Film Young Gun II yang bekerja sama dengan Elton John, serta Richie Sambora yang juga merilis Solo albumnya yang berjudul Stranger in this town, Band idola para wanita ini diterpa isu bubar.
Buru-buru mereka merilis album 'bantahan' isu tersebut dengan merilis album berjudul Keep the faith. Tak tanggung-tanggung, Â cover album bergambar kelima tangan mereka yang disatukan.
Kompilasi album terbaik mereka rilis pada tahun 1994 diberi nama Crossroad, yang sekaligus menjadi tema tour dunia ditahun yang sama.Â
Sayangnya, pada tahun itu pula Alec John such hengkang. Tak jelas, apa hengkang atau dipecat. Tak jelas juga alasannya. Ada yang bilang karena ketergantungan obat terlarang.
Selentingan kabar lain menyebut single Bad Medicine pada album Keep The Faith ditujukan buat Alec.Â
Sampai saat ini saya masih belum tahu kebenarannya.
Tapi pada wawancara dengan Maharani Djodi ( Ini sumber yang saya percaya, karena saya nonton langsung interview itu ditelevisi), Tico Torres mengatakan bahwa Alec membuka bisnis motor. Karena hobby Alec emang bermotor. Tico juga menyebut bahwa Alec adalah biker hebat.
Selanjutnya posisi Alec digantikan oleh Hugh McDonald sebagai anggota tak resmi.Â
Amat disayangkan, pada konser pertama mereka di Jakarta (6 Mei 1995) tanpa Alec. Karena bagaimana pun, kurang afdol Bonjovi tanpa Alec. Tapi nurut saya sih pengaruh Alec gak begitu dominan. Intinya gak seberapa pengaruh.
O ya, dalam satu band, pasti ada sosok paling menonjol, ada pula yang 'paling tidak menonjol', alias anak bawang.
Hugh? Bukan!
Hugh bukan anggota resmi lho.
David Bryan. Yap! David..
Permainan keyboard David jelek? Nggak juga.
Pada single ' Lie to me' permainan Keyboard David begitu mendayu-dayu mengiringi permainan gitar Ricjie Sambora dan gebukan drum Tico.
Artinya emang David kurang dapat perhatian dari penggemar. Jadi yang saya maksud sosok David kurang punya nilai jual.
Setelah kelar Tour keliling dunia 'Cross Road', mereka kembali menggebrak dengan album 'These days'. Beberapa video klip dalam album dibuat dengan setting background tempat di Thailand. Salah satunya ' This ain't the love song'.
Pada tahun 1997 Jon kembali merilis Destination Anywhere yang menghasilkan hit populer berjudul Midnight In Chelsea.
Selepasnya itu, seolah saya udah males lagi denger lagu-lagu Bonjovi. Saya sudah kayak orang ilang feeling. Buat saya, sehabis itu Bonjovi sudah kehilangan karakternya sebagai Band yang beraliran Rock.
Walau pada tahun 2000an mereka meluncurkan 'Crush' yang salah satunya berisi single " It's my life", saya bergeming. Kurang suka lagu-lagu baru mereka.
Pada tahun 2005 mereka meluncurkan " Have a nice day". Lalu " Lost in a highway" pada 2007. Semua luput dari perhatian saya.
Sampai pada 11 September 2015, tiga tahun lalu, mereka datang konser lagi, dan...
Tanpa Rinchie Sambora!
Oh My God!
Belum lagi mereka sudah tidak se-energik dahulu. Maklum udah pada 'berusia'. Tapi buat saya bukan itu masalahnya. Semua band bakal mengalami hal kayak gitu.
Tapi tanpa kehadiran Richie Sambora, buat saya bukan lagi konser Bonjovi namanya. Melainkan konser solo Jon Bonjovi.
Bagaimanapun kehadiran Richie membawa warna tersendiri dalam Bonjovi. Lagu-lagu hits macam Bed Of roses tak akan seindah itu tanpa kehadiran backing vokal dan sayatan gitar khas Richie.
Kenapa Richie hengkang?
Alasannya karena pengin fokus ke keluarga. Pengin istirahat sejenak dari Band. Dan hengkangnya Richie bukan harga mati. Artinya satu saat Richie akan kembali ...
So, kita tunggu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H