Mohon tunggu...
Husen Uchen
Husen Uchen Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa uin satu Tulungagung

kepribadian saya mudah bergaul dengan siapa saja, hobi membaca, suka sekali dengan psikologi, filsafat dan feminisme

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial dan Dampak Negatif terhadap Kesehatan Psikologis dan Mental

27 Juni 2024   15:55 Diperbarui: 27 Juni 2024   16:08 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam beberapa dekade terakhir, media sosial telah menjadi bagian integral
dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan
TikTok telah merevolusi cara kita berkomunikasi, berbagi informasi, dan
membangun komunitas. Sementara banyak manfaat yang ditawarkan oleh media
sosial, seperti konektivitas global dan kemudahan akses informasi, semakin banyak
penelitian menunjukkan bahwa media sosial juga membawa dampak negatif yang
signifikan terhadap kesehatan psikologis dan mental penggunanya. Fenomena
seperti kecemasan, depresi, rendahnya harga diri, dan ketergantungan pada media
sosial menjadi semakin umum. Artikel ini akan membahas berbagai dampak negatif
media sosial terhadap kesehatan mental dan psikologis, serta mengeksplorasi solusi
yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini.

Perbandingan Sosial dan Harga Diri

Salah satu dampak paling menonjol dari media sosial adalah kecenderungan
untuk membandingkan diri dengan orang lain. Platform media sosial
memungkinkan pengguna untuk melihat kehidupan orang lain secara terus-menerus,
seringkali melalui lensa yang dipoles dan disempurnakan. Foto-foto yang diedit,
cerita sukses, dan gaya hidup mewah yang dipamerkan dapat membuat individu
merasa kurang puas dengan kehidupan mereka sendiri. Studi menunjukkan bahwa
semakin sering seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain di media
sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami gejala depresi dan
kecemasan.

Fenomena ini dikenal sebagai "perbandingan sosial" dan telah dikaitkan dengan rendahnya harga diri. Ketika seseorang melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial, mereka cenderung merasa bahwa hidup mereka sendiri kurang memuaskan. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak berharga,ketidakpuasan, dan pada akhirnya, gangguan kesehatan mental. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal *Computers in Human Behavior* menemukan bahwa penggunaan media sosial yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan gejala depresi, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

kecemasan dan Tekanan untuk Selalu Terhubung

media sosial juga sering kali memicu kecemasan karena tekanan untuk selalu terhubung dan responsif. Notifikasi yang terus-menerus, kebutuhan untuk membalas pesan dengan cepat, dan ketakutan akan ketinggalan informasi atau peristiwa penting (fear of missing out atau FOMO) dapat menyebabkan stres yang berkelanjutan. Pengguna merasa perlu untuk selalu memeriksa perangkat mereka, yang mengganggu tidur, mengurangi produktivitas, dan mengganggu keseimbangan antara kehidupan pribadi dan digital.

FOMO adalah salah satu aspek kecemasan yang paling umum terkait dengan media sosial. Ini mengacu pada perasaan cemas yang muncul ketika seseorang merasa bahwa mereka mungkin melewatkan pengalaman berharga yang sedang dialami orang lain. FOMO dapat menyebabkan individu terus-menerus memeriksa media sosial mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak ketinggalan apa pun, yang pada gilirannya meningkatkan kecemasan dan stres. Penelitian menunjukkan bahwa FOMO dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk, penurunan kepuasan hidup, dan peningkatan gejala depresi dan kecemasan.

Cyberbullying dan Pelecehan Online

Cyberbullying adalah dampak negatif lain yang sangat meresahkan dari media sosial. Anonimitas yang ditawarkan oleh media sosial sering digunakan untuk menargetkan individu dengan komentar negatif, ancaman, dan pelecehan.

korban cyberbullying dapat mengalami trauma psikologis yang parah, termasuk depresi, kecemasan, dan dalam kasus ekstrem, keinginan untuk bunuh diri. Anakanak dan remaja sangat rentan terhadap bentuk bullying ini, yang dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan mental mereka.

Cyberbullying tidak hanya terjadi dalam bentuk komentar negatif atau ancaman langsung, tetapi juga dapat melibatkan penyebaran rumor palsu, pembocoran informasi pribadi, dan pengecualian sosial. Efek dari cyberbullying bisa sangat merusak karena korban sering merasa bahwa mereka tidak memiliki tempat untuk melarikan diri dari pelecehan tersebut, mengingat sifat permanen dan menyebar luas dari konten yang diposting di media sosial.

Ketergantungan pada Media Sosial

Ketergantungan pada media sosial juga menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan. Banyak orang merasa sulit untuk melepaskan diri dari perangkat mereka, menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk menggulir feed, menonton video, dan memposting konten. Ketergantungan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, mengurangi waktu untuk interaksi sosial tatap muka, dan mengisolasi individu dari dunia nyata. Penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan pada media sosial dapat menyebabkan penurunan kesehatan mental secara keseluruhan, termasuk peningkatan perasaan kesepian dan isolasi.

Fenomena ini dikenal sebagai "kecanduan media sosial," dan memiliki gejala yang mirip dengan kecanduan lainnya, seperti penarikan diri, kehilangan kontrol, dan penggunaan kompulsif. Individu yang kecanduan media sosial mungkin merasa gelisah atau tidak nyaman ketika mereka tidak dapat mengakses platform media sosial, dan mereka mungkin mengabaikan tanggung jawab atau kegiatan lain demi menghabiskan waktu di media sosial.

Dampak pada Anak dan Remaja

Anak-anak dan remaja adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif media sosial. Mereka berada pada tahap perkembangan di mana harga diri dan identitas mereka masih terbentuk, dan mereka cenderung lebih mudah terpengaruh oleh perbandingan sosial dan cyberbullying. Selain itu, anak-anak dan remaja sering kali kurang memiliki keterampilan koping yang diperlukan untuk mengatasi stres dan kecemasan yang disebabkan oleh media sosial.

Studi menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan di kalangan remaja dikaitkan dengan peningkatan tingkat depresi dan kecemasan.

remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial juga cenderung melaporkan tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah dan masalah dengan tidur.

Penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat mengganggu prestasi akademik dan aktivitas fisik, yang keduanya penting untuk kesehatan mental dan fisik yang baik.

Solusi dan Strategi Mengatasi Dampak Negatif

Untuk mengatasi dampak negatif media sosial terhadap kesehatan psikologis dan mental, beberapa langkah dapat diambil. Pertama, diperlukan edukasi mengenai penggunaan media sosial yang sehat. Pengguna perlu diajari tentang risiko yang terkait dengan perbandingan sosial, FOMO, dan cyberbullying, serta bagaimana cara mengelola waktu mereka di media sosial dengan bijaksana.

Pertama, Kampanye kesadaran dan program pendidikan di sekolah dapat membantu anakanak dan remaja mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan media sosial secara bertanggung jawab.

Kedua, transparansi dari pihak platform media sosial dan kebijakan yang lebih ketat untuk mengatasi cyberbullying sangat penting. Platform media sosial harus mengimplementasikan alat dan fitur yang memungkinkan pengguna melaporkan dan memblokir pelaku cyberbullying dengan mudah. Selain itu, mereka harus bekerja sama dengan penegak hukum dan organisasi kesehatan mental untuk memberikan dukungan kepada korban cyberbullying.

Ketiga, penting untuk mempromosikan keseimbangan antara dunia digital dan nyata. Pengguna media sosial harus didorong untuk mengambil istirahat secara teratur dari perangkat mereka dan terlibat dalam aktivitas di dunia nyata, seperti olahraga, membaca, dan interaksi sosial tatap muka. Membatasi waktu layar dan menetapkan batasan untuk penggunaan media sosial dapat membantu mengurangi dampak negatif pada kesehatan mental.

Keempat, pemerintah dan organisasi kesehatan mental perlu menyediakan lebih banyak sumber daya untuk penelitian dan intervensi yang dirancang untuk mengatasi dampak negatif media sosial. Ini termasuk program dukungan untuk individu yang mengalami depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya yang terkait dengan penggunaan media sosial. Intervensi berbasis teknologi, seperti aplikasi kesehatan mental dan terapi online, juga dapat menjadi alat yang efektif untuk membantu individu mengelola stres dan kecemasan yang disebabkan oleh media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun