Di tengah gempuran sanksi dari Barat, khususnya sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Rusia karena invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina, India justru memanfaatkan momentum ini untuk menggantikan posisi Uni Eropa dengan cara meningkatkan pembelian minyak mentah dari Rusia.
Yang menjadikan Rusia sebagai pengimpor minyak terbanyak kedua ke India di bawah Iraq, menggeser posisi Arab Saudi. Sebagai buktinya pada tahun 2021, India hanya membeli minyak Rusia sebanyak 33.000 barel, lalu pada April sebanyak 277.000, dan puncaknya pada Mei sebanyak 819.000 barel per hari. Hal ini dipilih India dikarenakan pemberlakuan harga diskon terhadap minyak Rusia, tentunya India tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Walaupun adanya pemberlakuan sanksi terhadap Rusia oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, hal tersebut tidak membatasi India dalam melakukan kerjasama ekonomi dengan negara Beruang Merah tersebut.
Ada setidaknya beberapa alasan India untuk membeli minyak secara masif dari Rusia, diantaranya adalah alasan komersial, dan juga India tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, yaitu menghentikan kerjasama ekonomi dalam hal ini Iran yang sudah terlebih dahulu terkena sanksi ekonomi dari Barat. Yang dimana China sebagai salah satu saingan regional utama India tetap melakukan kerjasama dengan Iran dengan menaikkan jumlah permintaan minyak tetapi tidak terkena sanksi sama sekali. Maka dari itu India tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, India menyikapinya dengan pernyataan kepala eksekutif konsultan Qamar Energy  Robin Mills "If China buys, why don't we buys too?", India tidak mau lagi diposisi yang sama ketika China dengan bebas membeli minyak dari Iran, sedangkan India menghentikan kerjasamanya.
Lalu kebutuhan akan terkait perekonomian juga merupakan hal yang melatarbelakangi sikap India tersebut. Narendra Modi selaku Perdana Menteri India saat ini, mengutarakan jika kebutuhan akan kepentingan domestik merupakan hal yang paling utama dalam penentuan tindakan India tersebut. Ia juga mengatakan jika Rusia sejauh ini sudah menjadi partner yang lebih baik dan menguntungkan dibanding Amerika Serikat dalam hal kerjasama energi. Industri penyulingan minyak India sudah membeli minyak dari Rusia dengan harga yang lebih murah walau diskon yang didapatkan semakin berkurang.
Hardeep Singh Puri selaku menteri energi India menunjuk OPEC sebagai dalang dari penyebab hal ini karena tindakan OPEC yang menahan minyak dari pasar dunia, dan menyatakan jika harga yang tinggi tidak hanya saja berdampak buruk para produsen, namun juga konsumen. "We must look after our own interests", kata Puri Juni lalu.
Sedangkan dalam kerjasama ekonomi antara India dan Amerika Serikat, India diketahui telah secara signifikan memangkas impor minyak yang berasal dari Amerika Serikat, bahkan mencapai 50% atau sekitar 1 juta metrik ton minyak, bersamaan dengan masuknya minyak dari Rusia  yang dijual dengan harga yang lebih murah. Perbandingan jumlah impor minyak India dari kedua negara tersebut juga mengalami perubahan yang signifikan. Dimana pada tahun 2021 impor minyak Rusia ke India hanya mencapai 2,2% saja, sedangkan impor minyak dari Amerika Serikat mencapai 9.2%. Lalu pada tahun 2022 impor minyak Rusia ke India naik drastis hingga 12,9% dari total impor minyak India, sedangkan impor minyak Amerika Serikat ke India turun hingga 5.4% saja.
Mengenai hal tersebut serta hubungan India dan Rusia yang semakin erat, pembicara Deplu Amerika Serikat Ned Price mengkonfirmasi jika kedua negara tersebut sejatinyan memang memiliki hubungan historis satu sama lain, dan hal tersebut merupakan PR bagi Negara Paman Sam tersebut untuk merubahnya.
Faktanya India telah sejak lama menganggap Rusia sebagai partner baiknya, hubungan dekat itu terjalin ditengah bergejolaknya Perang Dingin antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat. Di mana Uni Soviet memasok hingga 60% dari total keseluruhan alutsista India dari tahun 1955 sampai 1991. Berbeda dengan Amerika Serikat yang enggan menjalin kerjasama dengan India karena khawatir hubungannya dengan Pakistan memburuk. Â Dikarenakan kedekatan kedua negara tersebut, sampai akhir 2022 India masih enggan untuk memberikan respon terkait invasi Rusia ke Ukraina.
India juga berani untuk mengimpor minyak berskala besar dari Rusia bertujuan untuk mengendalikan inflasi di negaranya, karena India merupakan importir dan konsumen minyak mentah ketiga paling besar di dunia. Banyak dari menteri pemerintah India berulang kali menegaskan jika India sangat perlu untuk menjaga dan memperhatikan energi yang berasal dari Rusia guna menjaga inflasi.
Sejumlah negara di Asia juga mulai memutar haluan untuk beralih membeli minyak Rusia untuk mendapatkan potongan harga yang lebih murah dibanding harga minyak global yang sedang tinggi-tingginya.
Hal ini terjadi dikarenakan Uni Eropa, Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat berusaha untuk menghukum Rusia dengan tidak membeli energi dari Rusia atas invasinya ke Ukraina. Dalam hal ini India dan China merupakan importir utama dan terbesar minyak Rusia, bahkan kedua negara tersebut memenuhi kebutuhan energinya hingga 50% dari Rusia.
Minyak yang di impor dari Rusia ke India tersebut kemudian diangkut dengan supertanker kelima atau VLCC (pengangkut minyak mentah berukuran sangat besar) yang diperkirakan tiba pada 22 Desember serta 23 Januari lalu. VLCC mampu membawa lebih dari 2 juta barel minyak dalam satu kali pengiriman.
Pengiriman yang membutuhkan waktu lebih lama, diskon yang sangat besar ($15-$20/barel), serta biaya angkut yang mencapai rekor yang tinggi memotong keuntungan yang didapatkan oleh Rusia. Namun dengan digunakannya supertanker untuk rute Asia kini mampu memangkas biaya pengiriman yang dibutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H