Mohon tunggu...
Husam El Haq
Husam El Haq Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Manusia yang haus belajar dan mengeksplor banyak hal :))

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Komoditas Langka: Disiplin di Era Distraksi Sosial Media, Gimana Caranya?

19 Juli 2023   22:31 Diperbarui: 21 Juli 2023   23:44 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disiplin. Sebuah kata yang terdengar cukup simple dan lumayan banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Disiplin dalam ruang lingkup formal dipahami sebagai suatu sikap yang menaati peraturan. Lain halnya dalam kehidupan sehari-hari, disiplin lebih cenderung tertuju pada hal-hal yang masyarakat umum anggap baik. 

Pada faktanya, kata disiplin memiliki makna yang lebih mendalam daripada yang kita bayangkan. Kenapa bisa? Well, mungkin karena kenyataanya orang-orang di masa kini cukup struggle untuk disiplin. Hal ini ditandai dengan maraknya video serta ulasan mengenai bagaimana cara disiplin serta bagaimana cara untuk konsisten. Mungkin anda menanyakan hal yang sama, lalu, mengapa mengetahui cara disiplin menjadi sebuah tren? Pertanyaan yang bagus.

Berdasarkan kondisi zaman yang kita hidupi ini, asumsi penulis terarah pada dugaan tersangka utama, yakni sosial media. Yap, sosial media di abad ke-21 ini terbukti telah meng-establish-kan dirinya sebagai salah satu 'kebutuhan' kita. Kebutuhan entertainment, edukasi, informasi, dan masih banyak yang lainya. 

Dengan segala manfaatnya sosial media seperti banyak hal lainya, tentu memberikan down side atau efek buruk pada kehidupan manusia. Sebagai contoh yang menarik dan membingungkan ialah, sosial media sebagai tempat yang meningkatkan kesadaran serta memuat informasi mengenai mental health, akan tetapi, disisi lain juga meningkatkan angka mental illness, orang-orang mulai melakukan diagnosis mandiri tanpa ahli, mereka juga dibuat overthinking dengan kelebihan informasi baik yang bersifat pribadi hingga publik.

Meskipun efek negatifnya begitu banyak, sosial media kembali lagi menyeimbangkan kedudukanya dengan meningginya kesadaran atas kedisiplinan. Keren memang. Kesadaran terhadap kedisiplinan yang kini menjadi tren di masyarakat merupakan kesadaran atas sisi kedisiplinan yang baik. Memangnya ada disiplin yang buruk atau negatif? Bisa dibilang iya. Disiplin yang kita sebut-sebut dapat disimpulkan identik pada hal-hal yang bersifat baik, positif, good, akan tetapi, disiplin dalam hal yang buruk pun banyak dilaksanakan oleh punggawa-punggawa kehidupan. 

Contohnya, orang yang disiplin dalam melakukan hal-hal buruk menurut kacamata sosial seperti, disiplin mabuk, judi, membegal, maling, merundung, hingga korupsi, hehe. Ya hal tersebut mampu dikategorikan sebagai lawan dari disiplin yang positif. Mengapa demikian? Well, mereka yang melakukan hal demikian, cenderung memiliki sikap yang gigih, konsisten, dan sudah menjadi kebiasaan, dan dapat dikategorikan cukup memenuhi syarat untuk dipanggil disiplin. Oleh karena itu, bisa dikatakan disiplin memang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita.

Kedisiplinan akan hal yang positif ini menjadi suatu tren karena banyaknya orang yang susah untuk melakukannya, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Pertanyaan selanjutnya mengapa susah untuk dilakukan, sehingga orang-orang mulai mencari asupan konten mengenai hal ini. 

Berdasarkan observasi serta kesimpulan yang bisa dikatakan subjektif dan objektif, penulis merasa hal yang menjadi titik berat disini adalah perubahan yang memerlukan pengorbanan. Pengorbanan atas apa? Atas hal-hal yang menjadi kebiasaan, yang sudah menjadi rutinitas kehidupan, dopamin singkat dan instan, kenangan dan cerita indah, hingga ketakutan atas ketidaktahuan 'fear of the unknown'. Itu lah yang menurut penulis menjadi poin-poin penting dalam sulitnya orang-orang disiplin ke-arah yang lebih baik.

Uniknya belajar atau berusaha untuk disiplin dalam hal yang kita inginkan yang cenderung merupakan hal yang positif, nyatanya bisa dicapai lewat langkah-langkah yang bisa dibilang cukup mudah. Melalui alat 'kebutuhan' kita kembali, yap, sosial media, penulis menemukan video yang mengulas bagaimana cara agar bisa disiplin. 

Videonya berdurasi singkat sekitar kurang lebih lima menit, dengan langkah yang sedikit, penyampaian yang jelas serta analogi yang menarik, video tersebut cukup bisa dicerna dengan mudah. Ada tiga poin inti dari video tersebut yang pertama ialah alasan yang kuat. Alasan yang kuat atau 'strong why' merupakan alasan yang berada di baris atas, tidak salah karena sudah barang tentu kebanyakan orang yang disiplin memiliki alasan atau tujuan yang kuat, baik itu rasa kehilangan, rasa ingin merubah keadaan hingga banyak yang lainya.

Kedua adalah singularity atau lebih mudah dipahami dengan 'step by step'. Apa yang dimaksud dengan step by step dalam poin ini? Jawabanya adalah ketika kita hendak melakukan perubahan---dalam konteks ini disiplin---kita tidak perlu langsung merubah atau merombak semuanya dalam sekali kesempatan. Akan tetapi, lakukan lah goals-mu secara perlahan step by step, one by one. Ketika satu aktivitas telah menjadi bagian dari kebiasaan atau habit maka, ada baiknya kalian baru menambah aktivitas lain yang hendak kalian capai.

Poin terakhir, poin yang cukup menarik adalah pencegahan atau persiapan. Pencegahan ini diperlukan ketika kita mulai lengah atau tergoda untuk melakukan bad habit yang kita coba tinggalkan. Buatlah persiapan dengan menggunakan hukum if-then atau dalam Bahasa Indonesia 'jika-maka'. Contohnya adalah misalkan kalian ingin berhenti kecanduan alkohol, jika kalian tahu kalau malam minggu itu pasti diajak minum-minum, maka kalian harus bentuk pencegahan dengan mempersiapkan rencana lain, entah itu diganti dengan kegiatan atau aktivitas lain sebagai bentuk penggati bad habit tersebut

Satu hal terakhir, penulis teringat satu kalimat atau nasihat yang lumayan menyentuh, yang intinya adalah ketika kita ingin melakukan perubahan, eksplor, melakukan suatu hal yang baru, ketakutan atas ketidaktahuan pasti akan selalu menghantui kita, dan itu normal, akan tetapi, pada kenyataanya kita akan selalu bisa untuk kembali ke tempat asal mula kita berada, pada tempat aman kita, titik aman kita, our safe zone, atau our little box dan mengurungkan untuk melakukan semua hal baru itu. Terdengar sedikit keras bagi kita, ya memang benar, tapi nasihat itu lebih benar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun