Mohon tunggu...
Akhmad Husaini
Akhmad Husaini Mohon Tunggu... Administrasi - Ditakdirkan tinggal di Selatan : Desa Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Memiliki kesenangan jalan-jalan, membaca, dan menulis.

Terus menuliskan sesuatu yang terlintas, dengan pantas, tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyingkirkan Segenap Kekhawatiran

3 Oktober 2023   11:01 Diperbarui: 3 Oktober 2023   11:05 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dugal mendatangi beberapa daerah di Banua, untuk satu tujuan, ziarah ke makam para Aulia Allah. Ia sudah merencanakan itu jauh-jauh hari. Senang sungguh luar biasa. Hidup dalam kesederhanaan, tapi tetap bisa jalan-jalan kemana saja.

Dugal hidup apa adanya. Dugal selalu bersyukur atas nikmat yang diberi Allah SWT. Sudah bisa Umrah, bertemu dengan Acilnya yang bermukim di Tanah Suci. Acilnya itu, adalah adik dari Ibunya. Setelah Umrah rezeki dan langkah hidupnya kian lancar. Mimpinya keliling Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Setiap daerah yang ia datangi ziarah ke makam Aulia Allah, masjid, pesantren, wisata religi, silaturrahmi dengan Ulama / Habaib yang masih hidup. Semua tinggal menialani saja semuanya, sudah ada yang menanggungnya. Kalau di Banua, Dugal bisa naik motor bututnya.

Bisa istirahat di area makam, masjid, rumah warga. Kalaupun di penginapan juga ada yang membayarkannya. Bermodal iman dan taqwa, Insya Allah semua bisa dimudahkan urusan dan lancar rencana yang sudah disiapkan.

Dugal membawa puluhan tiwadak atau cempedak dari Balangan untuk keluarganya di Angkinang. Ini setelah ia datang ke sebuah kampung di sana. Pada hari itu ada panen tiwadak. Dugal ikut membantu panen tersebut. Kebetulan ia bermalam di tempat orang, pemilik kebun tiwadak tersebut.

Dugal diberi orang itu tiwadak yang berukuran besar dan panjang. Tiwadak itu dimasukkan ke dalam karung plastik. Semula mau dalam kardus air mineral tapi tidak muat. Kalau dinilai dengan uang bisa ratusan ribu jumlahnya. Dugal sangat berterima kasih atas kebaikan orang itu.

Dugal sempat mau menyerahkan uang, tapi ditolak. Dugal berdoa semoga kebaikan orang itu dibalas Allah SWT. Tanaman tiwadak terus berbuah banyak. Memberikan keberkahan hidup.

Setelah menerima karung plastik putih berisi tiwadak itu, Dugal pulang ke Angkinang. Jarak puluhan kilometer mesti dijalani Dugal. Ia memilih pulang usai Maghrib, agar tak malu dilihat orang membawa tiwadak dalam karung dari Balangan.

Dugal mencarter sebuah mobil plus sopirnya asal Barabai untuk kegiatan menjelajahi Banua. Sopir muda, berpengalaman ke daerah lain, mengerti komponen mobil bila ada kerusakan. Kalau ada kerusakan dapat diperbaiki dengan mudah. Tiga daerah tujuan Dugal Kotabaru selama tiga hari, Kalteng lima hari, dan Kaltim seminggu.

Tujuan Dugal mendatangi makam Ulama, masjid, pesantren, dan tempat wisata setempat bentuk syukur kepada Allah SWT. Kalau menginap tak tentu. Kadang di masjid, atau bisa pula di penginapan sederhana.

Sopir teman Dugal bernama Hendra Amlykidin. Ia berpengalaman sebagai sopir taksi Colt L 300. Pernah jadi sopir truk batubara di Kaltim. Tamatan STM di Kandangan, tinggal di Mandingin. Sudah berkeluarga, dikaruniai satu isteri dan satu anak.

Tak salah kalau memilihnya sebagai teman sopir selama kegiatan perjalanannya itu. Tidak sungkan-sungkan Dugal Dugal menyuruh. Rajin beribadah dan ramah. Selama tiga hari berada di Kaltim. Lalu saat di Kotabaru sempat shalat Jumat di Masjid Agung Husnul Khatimah. Lalu ke Pasar Kemakmuran dan Pantai Gedambaan.

Dugal terusir di Pagatan, kenapa? Setelah lewat WA Hj Fatma mungkin karena emosi menulis, "Jangan macam-macam, kalau tak ingin saya usir nanti. "

Dugal yang mudah tersinggung langsung menanggapi serius. Datang ke rumah Hj Fatma, langsung berkemas. Semua dimasukkan ke dalam tas. Lalu meninggalkan pesan kepada Thaliban. Pergi sendiri, tidak ikut rombongan.

Yang ada di rumah ibunya saja. Hj Fatma dan adik ibunya. Mereka tak tahu masalah. Yang tahu Dugal pergi, ke rumah bersalaman dengan mereka. Dugal pergi ke masjid. Lalu hubungi temannya lewat ponsel. Minta carikan penginapan sementara sampai hari Minggu.

Alhamdulillah bisa ketemu penginapan. Ada kamar yang kosong. Letaknya tak jauh dari panggung utama Aruh Sastra. Dugal istirahat di penginapan barunya itu. Sore hari Dugal mau ke Makam Datu Pagatan untuk ziarah.

Letak makamnya sekitar satu kilometer dari penginapan. Setelah itu ke dermaga Pantai Pagatan. Suasana ramai di sana. Mungkin rombongan Aruh Sastra dari daerah lain juga tengah bersantai di sana.

Sepulang dari Pagatan di Angkinang Dugal mengikuti acara Mahalarat di Langgar Al Kautsar. Selamatan dalam rangka mengawali proses bahuma tahun ini. Shalat Hajat, pembacaan Surah Yasin, dan Doa. Agar hasil bahuma bagus, dan prosesnya berlangsung lancar serta mendapat keberkahan.

Yang banyak bahuma bisa berzakat nantinya. Pengalaman tahun terdahulu, usai acara jamaah / warga Angkinang makan bersama. Menyantap hidangan yang disiapkan panitia. Ada lamang, lakatan, dan wadai lainnya. Juga nasi bungkus dengan lauk haruan masak habang. Minumnya teh manis.

Dugal mengikuti acara Mahalarat hingga akhir. Lalu dengan ikhlas membantu panitia membereskan bekas acara. Dugal berbuat kebajikan untuk orang lain. Tak berharap balasan apapun. Termasuk diberi upah. Tapi kalau diberi akan ia terima. Tidak menolak.

Mahalarat sudah jadi agenda tahunan warga di kampung Dugal tinggal. Sebagai upaya berharap hasil melimpah dalam menanam padi di sawah. Satu tujuan untuk menunjang kelancaran dalam beramal ibadah.

Tinggal di kampung, seperti Dugal, sungguh beruntung. Karena semua termudahkan oleh kondisi alam. Mau ini itu tinggal pergi dari rumah, akan didapatkan dengan mudah dan cepat. Dengan kemudahan itulah membuat orang terbuai. Memunculkan rasa yang tidak baik.

Kehadiran bulan Rabiul Awwal, atau warga di kampung Dugal menyebutnya bulan Mulud, tak disia-siakan. Kalau ada undangan peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, sebisa mungkin untuk hadir. Alhamdulillah berkat menghadiri Maulid dimudahkan segala urusan

Sudah tiga kali Dugal menghadiri Maulid di tempat yang berbeda. Pertama di Labung Anak, Kamis sore di tempat sahabatnya bernama Sari. Kedua di Masjid Besar Al Aman Angkinang malam Sabtu. Ketiga di Panyaungan, Longawang, tempat keluarganya.

Saat di Masjid Besar Al Aman Angkinang, yang jadi penceramah KH Murjani atau Guru Andang. Keinginan lamanya ingin bersalaman dengan Guru Andang dapat terlaksana. Juga bertemu dengan menantu Guru Andang, Fauzan Azima, yang dulu pernah jadi temannya di Tata Usaha madrasah.

Lalu Maulid di Panyaungan, Dugal berangkat bersama Ibu, dan keluarganya. Saat tiba di sana, Dugal menyalami tuan rumah, lalu mengambil menu yang disiapkan tuan rumah. Dugal pilih menu nasi putih dengan lauk ayam.

Dugal berdoa, momen peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang masih panjang lagi, akan ia hadiri, sepanjang ada undangan, dan pula ada waktu dan kesempatan. Upaya untuk menyemarakkan syiar Islam. Sarana silaturrahmi, mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW. Kelak di akhirat mendapat syafaat dari Beliau.

Dugal masih berada di tempat kerjanya siang itu. Suasana tenang. Ia lebih memilih berada di dalam ruangan, karena cukup segar, ada AC. Sementar di luar ruang, cuaca cukup panas sekali, mentari siang cukup terik. Hujan jarang turun sejak beberapa bulan silam. Tubuh terasa gerah. Jadi sangat tepat kalau Dugal berdiam diri di dalam ruang Tata Usaha madrasah, tempat ia bekerja sekarang.

Kekhawatiran yang berlebihan selama ini, akan diusahakan oleh Dugal untuk disingkirkan. Ia berharap segera pergi rasa khawatir itu. Dugal tak ingin lagi hari-harinya diselimuti dengan perasaan tak nyaman. Hingga dapat mengganggu aktivitas kesehariannya.

Apa  yang dilakukan Dugal saat ke tempat sahabatnya yang ada di Labung Anak beberapa waktu lalu? Ia bertandang ke rumah sahabatnya, pasangan suami isteri, Hariadi dan Halimah, yang dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Abrar.***

Angkinang Selatan, Akhir September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun