Mohon tunggu...
Yusri Arzaqi
Yusri Arzaqi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan Cerpen

Halo! Saya adalah seorang penulis cerpen yang terpesona oleh dunia fantasi, horor, dan misteri. Setiap cerita yang saya tulis menjadi sebuah jendela ke dalam imajinasi gelap yang penuh dengan keajaiban dan ketakutan. Dengan setiap kalimat, saya menciptakan dunia-dunia baru yang memikat pembaca untuk menjelajahi alam gaib, merasakan ketegangan yang mencekam, dan memecahkan misteri yang menggoda. Saya percaya bahwa dalam kegelapan dan keajaiban itulah kisah-kisah paling memikat terbentuk, dan saya bersemangat untuk terus berbagi cerita-cerita yang dapat menggetarkan jiwa dan membawa pembaca pada perjalanan yang tak terlupakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjanjian dengan Penjaga Hutan Ajaib

21 Juli 2024   21:29 Diperbarui: 22 Juli 2024   19:48 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibunya, meski khawatir, tidak bisa menahan semangat putrinya. "Jaga dirimu baik-baik, Aria. Hutan ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Banyak hal yang belum diketahui di sana."

Aria mengangguk dan memberi pelukan terakhir pada ibunya. Dia berjalan menuju tepi hutan dengan langkah penuh keyakinan, meski sedikit gugup. Hutan Ajaib tampak sangat berbeda dari dekat. Pohon-pohon besar menjulang tinggi, dan dahan-dahannya membentuk kanopi yang hampir sepenuhnya menutupi langit. Suara burung dan serangga saling bersahutan, menciptakan simfoni alami yang membuat Aria merasa seolah-olah dia telah memasuki dunia lain.

Langkah pertama Aria ke dalam hutan diwarnai oleh rasa kagum dan rasa hormat. Setiap langkahnya terasa seperti memasuki babak baru dari sebuah dongeng. Pohon-pohon di sekitar tampak sangat kuno dan agung, seolah mereka menyimpan ribuan tahun sejarah di dalamnya. Di sepanjang jalannya, Aria melihat bunga-bunga aneh dengan warna-warna cerah dan aroma yang memikat.

Setelah beberapa jam berjalan, Aria sampai di sebuah area terbuka yang tampaknya sangat berbeda dari sisa hutan. Di tengah-tengah padang rumput yang hijau dan subur, terdapat sebuah menara batu tua yang terlihat sangat kuno. Menara itu tertutup oleh lumut dan tanaman merambat, dan tampak seperti sudah lama ditinggalkan.

Aria berdiri di sana, terpesona oleh keindahan dan misteri menara tersebut. Dia merasa ada sesuatu yang menarik di dalam menara itu, sesuatu yang mungkin berhubungan dengan apa yang terjadi pada hutan. Dia mulai mendekati menara dengan hati-hati, setiap langkahnya diiringi oleh desiran angin lembut yang seolah mengundangnya.

Ketika Aria mendekati menara, tiba-tiba langit mulai berubah. Awan gelap berkumpul di atasnya, dan angin bertiup lebih kencang. Aria merasa ada perubahan yang aneh di sekitar tempat itu. Dari kegelapan hutan, muncul sosok misterius yang berpakaian jubah hitam dengan tudung menutupi wajahnya. Sosok itu melangkah dengan anggun dan penuh kewibawaan, dan Aria merasakan sebuah aura kekuatan yang sangat kuat dari kehadirannya.

"Selamat datang, Aria," suara sosok itu bergema di udara. Suaranya terdengar seperti gabungan dari berbagai suara alami---angin, air, dan hutan.

Aria berhenti sejenak, terkejut mendengar namanya disebut. "Siapa Anda? Bagaimana Anda tahu nama saya?"

Sosok itu mengangkat tudungnya, memperlihatkan wajahnya yang tampak agung dan bijaksana. "Aku adalah Penjaga Hutan Ajaib. Aku telah menunggu kedatanganmu."

Aria merasa terkejut dan sedikit takut, tetapi rasa penasaran lebih besar. "Apa yang terjadi pada hutan ini? Mengapa kekuatannya memudar?"

Penjaga Hutan menghela napas panjang, dan matanya yang dalam tampak penuh keprihatinan. "Hutan ini berada dalam bahaya besar. Ada sebuah kutukan kuno yang mulai meresap ke dalam kekuatan magis hutan, membuatnya melemah. Tanpa bantuan, hutan ini mungkin akan kehilangan semua kekuatannya dan menjadi kosong."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun