Mohon tunggu...
M Aan Mansyur
M Aan Mansyur Mohon Tunggu... -

Penyuka tomat. Sehari-hari bekerja sebagai relawan di Komunitas Ininnawa, di Makassar. Tulisan-tulisannya yang lain bisa dibaca di blog pribadinya: www.hurufkecil.net

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Para Penyembah dan Penyembuh Kecepatan

23 Januari 2014   14:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEMARIN pagi, di tempat tidur, saya bertanya kepada diri sendiri, “Apakah hari ini saya harus bangun atau tidak?” Saban pagi saya menyadari diri sebagai musuh yang susah ditaklukkan. Revolusi kecil selalu terjadi di tempat tidur saya setiap hari—tanpa bantuan jam weker.

Saya tidak menyukai alat penunjuk waktu bernama jam. Waktu kecil, saya beberapa kali mendapat hadiah jam tangan dari tante dan paman saya yang bekerja sebagai penjual jam tangan. Tapi, saya tidak pernah mengenakannya, kecuali di depan mereka. Membeli jam tangan, apalagi yang mahal, seringkali tampak sebagai tindakan aneh di mata saya.

Marcel Proust (1871–1922) tinggal dan menulis novel di tempat tidurnya selama hampir satu dekade karena sakit. Tempat tidur adalah meja kerjanya. Proust dianggap sebagai salah seorang novelis terpenting abad ke-20 karena novel itu, In Search of Lost Time.

Proust menggunakan 17 halaman pertama novelnya yang berisi kurang lebih 1,25 juta kata itu hanya untuk menggambarkan seorang pria yang mencoba kembali tidur. Novel itu seperti film yang disusun dengan adegan-adegan lambat. Berbeda dengan manusia di sekitar kita yang menganggap kelambanan sebagai tindakan buang-buang waktu, Proust melakukan hal tersebut sebagai laku menikmati waktu. Dia menginginkan kita bergerak lambat, agar kita paham bahwa kompleksitas, kematangan, dan keindahan butuh waktu.

Saya nyaris sakit karena membaca In search of Lost Time. Saya membutuhkan waktu lebih tiga bulan untuk menyelesaikannya. Novel tebal dan luar biasa itu menghidupkan kembali seekor kura-kura dalam diri saya, binatang yang dibunuh oleh kehidupan yang serba cepat di sekitar saya. Selama berhari-hari, saya memikirkan banyak hal seusai membaca novel itu. Saya merasa telah menyia-nyiakan banyak waktu dalam hidup saya.

Pada abad ketujuh belas, barangkali juga di tempat tidurnya, seorang filsuf yang lahir 31 Maret 1596 menghabiskan banyak waktu merenung sebelum akhirnya berkata, “Saya berpikir maka saya ada.” Dia adalah Rene Descartes.

Pada 1650, tahun ketika Descartes meninggal, seorang filsuf lain mengatakan bahwa sebagian besar kejahatan lahir dari ketidakmampuan manusia berdiam di satu ruangan. Jika hal itu betul, maka berlama-lama menikmati acara makan atau berbaring di tempat tidur adalah laku kebajikan.

Kalimat filsuf bernama Blaise Pascal (1623-1662) itu mengingatkan saya kepada satu percakapan perihal upacara minum teh a la orang Jepang bersama mantan pacar saya. Meskipun saya termasuk orang yang tak gampang tergesa, saya tetap geregetan melihat orang Jepang yang di pikiran saya senang tergesa rela menghabiskan waktu berlama-lama hanya demi semangkuk kecil teh hijau. Belakangan saya tahu, upacara minum teh itu penuh seni dan pelajaran berharga.

Saya pernah tinggal bersama orang Jepang selama beberapa tahun dan menjadi kekasih dua orang mahasiswi jurusan sastra Jepang dari dua universitas berbeda.

4.

SEORANG mantan speedaholic, sebutan untuk orang yang kecanduan kecepatan, pada 2004 menerbitkan buku berjudul In Praise of Slow. Dia seorang wartawan bernama Carl Honoré yang khawatir tidak mampu keluar dari perangkap kecepatan. Dia merasa telah bersalah karena selalu membaca buku seri 1 menit dongeng pengantar tidur untuk anaknya. Dia selalu merasa tidak punya waktu, selalu merasa dikejar-kejar pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun