Setelah itu, mungkin kita akan pulang bukan membawa foto-foto indah dan gantungan kunci, tapi hal yang lebih berharga. Sensasi memotret punggung gadis-gadis berbikini atau merasakan suasana di kafe tertentu sekadar hal kecil untuk memuaskan remaja tanggung dalam diri kita. Melalui wisata empati, kita mungkin akan merasakan pengalaman yang lebih hebat dibanding menaklukkan puncak gunung bersalju.
Akhirnya, pertanyaan kita bukan lagi “Ke negara atau ke pantai mana saya akan pergi selanjutnya?” namun “Sepatu siapa yang akan saya kenakan selanjutnya?”
*
Catatan: Tulisan di atas pernah dimuat di rubrik Literasi, Koran Tempo Makassar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H