Mohon tunggu...
M Aan Mansyur
M Aan Mansyur Mohon Tunggu... -

Penyuka tomat. Sehari-hari bekerja sebagai relawan di Komunitas Ininnawa, di Makassar. Tulisan-tulisannya yang lain bisa dibaca di blog pribadinya: www.hurufkecil.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Efek Rumah Kaca, Badiou, dan Bahasa Cinta

14 Februari 2014   09:31 Diperbarui: 24 Januari 2017   10:55 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trio Pop Minimalis, Efek Rumah Kaca | KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Dalam buku itu, Badiou memaparkan sejumlah perihal menarik mengenai cinta—salah satu persoalan paling licin dari kehidupan manusia yang menurutnya sering dihindari, sekaligus disalahtafsirkan, oleh para filsuf dan pemikir dunia. Badiou ingin menyelamatkan cinta dari musuh-musuhnya, salah satunya situs-situs kencan online—yang dalam kasus Efek Rumah Kaca adalah industri musik.

Berangkat dari buku-buku terdahulunya, terutama Being and Event, Badiou memberi uraian yang lebih masuk akal mengenai cinta. Dia mengkritik pandangan para filsuf Yunani hingga posmodern yang melulu melihat cinta dari sudut pandang hasrat dan moralitas.

Cinta bukan kontrak antara dua orang yang mencintai diri sendiri melalui orang lain. “Cinta adalah bangunan yang memaksa dua individu untuk melampaui narsisme,” kata Badiou.

Cinta, bagi Badiou, adalah pikiran—seperti kata penyair Portugal, Fernando Pessoa: Love is a thought.

Mula-mula Badiou menunjukkan analisis dari struktur arena cinta dan transformasinya menjadi prosedur kebenaran. Setelah itu, Badiou memaparkan hubungan antara cinta dan prosedur kebenaran lainnya, yakni politik dan seni.

Saya tidak akan menceritakan lebih jauh uraian Badiou mengenai cinta di catatan ini. Anda bisa membacanya sendiri melalui buku tipis yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 2012 menjadi In Praise of Love—mengikuti versi Inggris judul film sutradara yang sering dikaitkan dengan gerakan La Nouvelle Vaguetersebut.

Tapi, sebelum menutup bagian ini, saya ingin mengutip satu pandangan Badiou yang sangat menarik perihal cinta. Badiou mengatakan bahwa cinta bisa kita sebut sebagai komunisme mungil.

“[T]he real subject of a love is the becoming of the couple and not the mere satisfaction of the individuals that are its component parts. Yet another possible definition of love: minimal communism!”

(Pada bagian ini, Anda boleh berpikir mengenai beberapa kelompok tertentu yang ketakutan pada komunisme di Indonesia dan akhir-akhir ini kerap menyerang diskusi buku Tan Malaka di berbagai kota. Anda juga boleh tersenyum.)

*

TENTU saja, ada beberapa kritikan atas pikiran-pikiran Badiou dalam In Praise of Love. Bagi saya sendiri, meskipun Badiou juga membahas kaitan cinta dengan seni—dan menjadikan sejumlah karya sastra sebagai contoh—, tapi dia luput melihat satu soalan: bahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun