Mohon tunggu...
NaharUddin
NaharUddin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru, Penulis beberapa artikel di koran lokal NTB. Memiliki karya solo buku ber ISBN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kearifan Lokal Masyarakat Sasak yang Hilang: Bau Pare dan Buyu

24 April 2024   18:29 Diperbarui: 24 April 2024   18:34 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Istilah buyu' dekat dengan moral ekonomi petani. James Scoot menyebutnya dengan ekonomi subsistensi. Bagi masyarakat Sasak, miral ekonomi petani yang subsistensi  menghantarkan kita  pada pemahaman tentang kosakata buyu'. Masyarakat Sasak pedesaan sangat familiar dengan kosakata buyu'.  Kosakata ini mengandung kearifan lokal yang berhubungan dengan hidup hemat penuh perhitungan.

Lalu apakah buyu' dan mengapa orang tua, petani dan masyarakat pedesaan Sasak memiliknya?.  Dari mana buyu' diperoleh?. Apa Kegunaannya?

. Bau pare adalah ritual memetik beberapa tangkai padi. Ritual ini dilakukan di jalan masuk air di sawah. Kegiatannya dilakukan pada waktu pagi. Memetik beberapa tangkai, membakar api dengan masakan seadanya dan makan pagi di sawah adalah bagian dari ritual bau pare. Ritual bau pare inilah yang melahirkan buyu' yang merupakan beberapa tangkai padi.

Beberapa hari setelah bau pare dilanjutkan dengan kegiatan yang disebut dengan mata' yaitu panen padi. Padi yang di panen biasanya di tumpuk seperti gunung yang di kenal dengan tongkep. Tongkepan melahirkan suhu tinggi yang mempercepat pengeringan tangkai padi. Tinggi rendah tongkepan tergantung luas lahan yang dimiliki.

Selang beberapa hari setelah di tongkep seperti gunung, ikatan yang dikenal dengan kenjau kemudian di bongkar dan dijejerkan dengan buah padi berada di bawah. Beberapa hari kemudian setelah itu dilanjutkan dengan mengikat padi dengan mengumpulkan empat atau lima kenjau menjadi rerekan dan dua rerekan menjadi cekelan. Pada saat nali', buyuk'lah yang pertama di ikat sebanyak dua pasang yang dilambang sebagai suami istri.

Hidup gotong royong menjadi nuansa kegiatan mengikat padi yang dikenal dengan nali'. Dimasanya nali' padi tidak mengenal tenaga upahan. Kebersamaan menjadi nuansanya. Malam hari adalah waktu kegiatan yang biasanya cukup dengan makan makanan yang biasa di sebut dengan nama rengkambang yaitu nasi ketan di beri air gula merah.

Selesai kegiatan nali' dilanjutkan dengan kegiatan menyimpan padi pada tempat yang dikenal dengan alang dengan bentuk melengkung beatap daun rumbia dan sambi berbentuk segi empat. Dari dua tempat penyimpanan padi itu alang yang kemudian populer dengan sebutan lumbung.

Lalu dimanakah buyu' diletakkan di dalam lumbung?. Buyu' adalah penanda. Penanda persediaan pangan bagi petani.  Lumbung yang tinggi tidak dapat memberikan kepastian tentang persediaan pangan untuk masa akan datang. Buyu' akan ditaruh pada posisi pertengahan di dalam lumbung dengan maksud sebagai penanda keberadaan persedian pangan. Di masa kemudian persedian pangan dalam lumbung akan diturunkan dengan menggunakan tangga yang di kenal dengan ngoloh.Pada saat petani menemukan buyu', maka itulah penanda ketersedian pangan telah mulai menipis.

 Ingatan berapa daud sisa persedian pangan muncul. Daud adalah dua puluh cekelan. Peran buyu' sebagai kearifan lokal hidup hemat terlahir. Ketika buyu' telah ditemukan maka pola konsumsi mulai di hemat karena buyu' mengabarkan bahwa persedian pangan hanya cukup sampai waktu tertentu. Kegiatan akan dikurangi, pola kunsumsi akan di ubah. Karena bagi petani keamanan persedian pangan adalah hal penting. Savety first dengan persediaan pangan yang cukup adalah hal penting.

Demikian kearifan lokal yang terlahir dari buyu' bagi masyarakat pedesaan dengan moral ekonomi petani yaitu moral ekonomi yang di kenal dengan ekonomi subsistensi seperti yang dikatakan James C Scoot dalam LPbuku Moral Ekonomi Petani.

Bagi masyarakat pedesaan ketersedian pangan yang cukup adalah hal penting. Untuk menjamin ketersediannya sampai panen berikutnya maka buyu' memerankan fungsi penting. Fungsi tentang hidup hemat. Buyu'  adalah penanda penanda untuk berhati-hati dalam pola konsumsi. Itulah moral ekonomi petani yang telah mulai tergeser. Hari ini tradisi bau pare telah hilang disebagian besar petani pedesaan Sasak..Faktor utama penyebabnya.adalah hadirnya padi varietas IR.

  Ditengah perkembangan zaman, mungkinkah kosakata buyu' dapat diterapkan dalam konteks berbeda. Misalnya dalam hal politik atau kehidupan lainnya. Sang calon yang bunyu karena keturunan dari elit politik..Atau akan selalu hadir pemimpin pemimpin politik yang berkuasa diluar trah elit.Entahlah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun