Mohon tunggu...
SITI HUMAYROH
SITI HUMAYROH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya suka membaca, menggambar, melukis, dan bermain bulu tangkis.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tugas Narasi (Siti Humayroh BPI 1 A)

14 Oktober 2022   07:18 Diperbarui: 15 Oktober 2022   20:55 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

            “Tapi ayah, kakak tidak pengen kuliah disini. Kakak mau kejar prodi impian kakak, ayah.”

            “Lho, itu Universitas bagus kak. Kamu harus ambil itu. Sayang lho, kan sudah lolos juga. Pokoknya ayah mau kamu kuliah disana Kak!”

            “Ayah, aku daftar di UIN hanya supaya aku ada plan kedua. Aku mau kejar prodi impianku ayah.”

            “Astagfirullahalazim, terserah kamu lah kak, ayah maunya kamu kuliah di UIN.”

            23 Juni 2022, hari dimana aku tertolak yang kedua kalinya. Aku masih mendaftar di Universitas dan prodi yang sama di seleksi ini, ternyata memang bukan jalanku. Memang bukan rezekiku. Aku hanya bisa menangis, pasrah terhadap keadaan yang terjadi. Aku tidak tau harus melakukan apa.

            “Bagaimana? Lolos tidak kak?” ucap ayahku ketika melihat aku menangis.

            “Tidak ayah. Kakak tidak lolos lagi.”

            “Yasudah,  ambil saja UINnya. Kemarin kan sudah ayah transfer biaya pendaftaran ulangnya. Ayah justru senang kamu kuliah di UIN.”

            Memang benar, pendaftaran ulangku di UIN sudah ayah urus. Aku hanya tinggal menunggu waktu kuliah saja. Menunggu kapan aku harus berangkat.

            “Ikhlas ya kak, jalani saja dulu. Barangkali itu memang yang terbaik kak. Ingat bahwa boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik buat kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetahui kak, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Ucap bundaku. Beliau menasihatiku. Apa yang bundaku bilang itu memang benar.

            Aku ikhlas, aku bahkan tidak mengikuti seleksi mandiri di Universitas impianku. Alasannya adalah aku tidak di izinkan oleh ayahku. Ayahku menyarankan agar aku melanjutkan pendidikanku di UIN, di prodi yang sebetulnya aku juga tidak paham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun