Mohon tunggu...
Humas UMKT
Humas UMKT Mohon Tunggu... Dosen - Humas

UMKT Merupakan Perguruan Tinggi Swasta No 1 di Kaltim-Kaltara

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seberapa Penting Menerapkan Prinsip Etik pada Tindakan Keperawatan?

7 November 2024   18:06 Diperbarui: 7 November 2024   18:13 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penulis : Vivi Ekawati Ningtyas

Samarinda - Perlu diketahui dulu nih, bahwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya.

Dalam dunia kesehatan, etika memainkan peran yang sangat penting, terutama bagi profesi keperawatan. Misalnya, perawat berhadapan langsung dengan pasien setiap hari, dan interaksi ini menuntut perilaku profesional yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika. Di sini, etika keperawatan memastikan bahwa perawat tidak hanya menjalankan tugas teknis, tetapi juga melaksanakan tanggung jawab dengan integritas, empati, dan rasa hormat terhadap pasien.


Melalui etika, seorang perawat belajar bagaimana bersikap adil, jujur, dan penuh perhatian dalam segala aspek perawatannya. Perawat memiliki berbagai peran antara lain : sebagai pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik.

Terdapat 7 prinsip etik keperawatan yaitu:
1. Otonomi (menghormati hak pasien)
2. Non  malficience (tidak merugikan pasien)
3. Beneficience (melakukan yang terbaik bagi pasien)
4. Justice (bersikap adil kepada semua pasien)
5. Veracity (jujur kepada pasien dan keluarga)
6. Fidelity (selalu  menepati janji kepada pasien dan keluarga)
7. Confidentiality (mampu menjaga rahasia pasien)

Secara umum beberapa aspek prinsip etik yang sering dilanggar secara tidak sadar oleh  beberapa perawat adalah aspek otonomi, perawat terkadang tidak meminta persetujuan sebelum  melakukan tindakan karena dianggap pasien telah pasrah kepada petugas kesehatan terhadap  kesembuhannya. 

Pada banyak kasus terlihat bahwa pelayanan yang diberikan perawat tidak sesuai  dengan kode etik keperawatan yang telah ditetapkan. Perawat ingin dikatakan profesional tetapi  dalam proses pelaksanaan masih belum sesuai dan melanggar dari kode etik yang telah ditetapkan.  


Nah, salah satu contoh kasusnya adalah dalam penyampaian informed consent. Hal ini penting dilakukan karena setiap pasien berhak mengetahui risiko dan manfaat dari tindakan medis yang akan dijalaninya. 

Misalnya dalam hal ini memasang  infus dianggap biasa dan merupakan prosedur tetap bagi pasien untuk dipasang infus setiap ada  yang masuk rumah sakit tanpa dijelaskan terlebih dahulu. Padahal, saat akan memasang infus dibutuhkan penjelasan dan edukasi kepada  pasien dan keluarga. Edukasi pada pasien merupakan salah satu penerapan prinsip etik beneficience (melakukan yang terbaik bagi pasien).


Banyak ditemui juga kejadian saat pasien masuk rumah sakit mereka tiba-tiba diminta untuk tanda tangan di atas selembar kertas tanpa tahu apa isi kertas tersebut. Berdasarkan wawancara dan observasi, lembar tersebut ternyata adalah lembar edukasi kepada pasien. Jadi, banyak petugas  kesehatan melupakan pemberian edukasi padahal hal tersebut sangat penting bagi pasien dan  keluarga. Rumah sakit tidak bisa melihat karena evaluasi hanya dari dokumen yang lengkap  dengan tanda tangan pasien dan keluarga.  


Penerapan prinsip etik penting untuk dilakukan agar tidak menimbulkan kerugian bagi  pasien. Kerugian tersebut dapat menyebabkan injury atau bahaya fisik, bahaya emosional seperti  perasaan ketidakpuasan, kecacatan bahkan kematian dan akhirnya tujuan pelayanan yang berupa  patient safety tidak akan pernah terwujud. 

Selain itu, akan menyebabkan ketidakpuasan pasien  yang akhirnya berdampak buruk pada citra perawat dan pendapatan rumah sakit, pasien merasa  tidak puas dengan pelayanan yang diberikan maka tidak akan berobat kembali ke tempat tersebut  karena merasa sudah tidak puas dengan pelayanan yang diberikan.  


Hal ini dapat mengakibatkan munculnya image  buruk perawat, sehingga pasien kurang percaya dan meragukan keahlian  perawat. Disinilah pentingnya dan perlunya kode etik keperawatan sebagai salah satu  pegangan kita sebagai perawat untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dan konflik yang terjadi. 

Memang benar penerapan etik keperawatan tidak lepas dari bagaimana karakter atau pribadi perawat itu sendiri. Namun, faktor  lain yang bisa mempengaruhi antara lain adalah perilaku caring (sikap perduli) dari seorang perawat. Dengan kita menerapkan perilaku caring diharapkan penerapan prinsip etik akan meningkat dan perawat terhindar dari tindakan malpraktik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun