Selamat malam
Malam patah-patah
Aku suka menyebutmu sekadar kantuk lesu
Di semai fase di antara frase dihanyut waktu
Mengenang manyung suara terang matahari
Kenang-kenangan lepuh begitu sajalah
Aku sengaja ingin menggores sedikit cerita dari malam
Sungut kaki pilu
Mendaki ketiga tangga lantai
Di episode malam yang patah
Kau telah membantuku rayu
Kalut bahana tak enggan reda
malam
apakah ini episode runtuh
dari tiap abadi yang berdetak dalam arungan hayatiku
atau ini sekali detak
lalu menghanyutkan wajahku
merapuh melewati telaga rampak nelayan
merumput alun-alun petani
untuk berkata
aku telah kembali untukmu
Makassar, 12 juli 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H