Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Sekolah Era Gen-Z: Antara Kepuasan Instan dan Masa Depan yang Cerah

12 Oktober 2024   20:10 Diperbarui: 12 Oktober 2024   20:20 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru bisa meminta siswa untuk memeriksa daftar mereka di akhir hari untuk melihat apakah mereka berhasil menyelesaikan semua tugas tersebut. Dengan cara ini, siswa belajar untuk memprioritaskan pekerjaan mereka dan merencanakan waktu yang diperlukan untuk setiap tugas.

Tanggung Jawab dan Kemandirian

Peserta didik harus diajari untuk mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran mereka sendiri. Guru dapat mendorong siswa untuk menetapkan tujuan belajar jangka panjang dan memberikan penghargaan atas usaha yang mereka lakukan, bukan hanya hasil akhirnya. Dengan demikian, peserta didik akan mulai menghargai proses belajar itu sendiri, bukan hanya hasil yang cepat. Guru dapat menerapkan konsep learning contract atau kontrak belajar, di mana siswa dan guru bersama-sama menetapkan tujuan belajar jangka panjang serta langkah-langkah untuk mencapainya. 

Peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan target pencapaian mereka sendiri sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Dalam learning contract ini, peserta didik berkomitmen untuk mematuhi target yang sudah disepakati, dan mereka bertanggung jawab untuk memonitor kemajuan mereka sendiri. Pada akhir periode tertentu (misalnya, satu semester), guru dan siswa mengevaluasi kontrak ini bersama-sama, dengan menekankan bagaimana siswa telah berusaha mencapai tujuan tersebut.

Contoh penerapan learning contract, peserta didik yang kesulitan dalam Fisika membuat kontrak dengan guru untuk meningkatkan nilai Fisikanya dalam waktu enam bulan. Bersama guru, peserta didik tersebut menetapkan target untuk mengerjakan soal latihan Fisika selama 30 menit setiap hari dan meminta bimbingan jika menemui kesulitan. Setiap dua minggu, siswa bertemu dengan guru untuk mengevaluasi apakah target ini tercapai. Guru memberikan apresiasi setiap kali siswa menunjukkan kemajuan, baik dari segi usaha yang konsisten maupun peningkatan pemahaman, tanpa harus menunggu sampai hasil ujian terlihat.

Instant gratification merupakan realitas nyata yang dihadapi generasi muda saat ini. Dengan begitu banyak kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, peserta didik menjadi semakin tergantung pada hasil yang instan, yang pada akhirnya dapat merugikan perkembangan akademis dan pribadi mereka. Namun, dengan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini dan upaya bersama dari berbagai pihak, kita dapat membantu generasi Z untuk tumbuh menjadi individu yang sukses, bahagia, dan berdaya guna. 

Upaya pendidikan tentang pentingnya kesabaran dan ketekunan, pengajaran keterampilan manajemen waktu, kemandirian dan tanggung jawab akan sedikit banyak membentuk kesiapan mental Gen-Z. Pada akhirnya, pendidikan harus kembali menekankan pentingnya proses pembelajaran jangka panjang sebagai fondasi untuk sukses di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun