Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Sekolah Era Gen-Z: Antara Kepuasan Instan dan Masa Depan yang Cerah

12 Oktober 2024   20:10 Diperbarui: 12 Oktober 2024   20:20 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun anak sekolahan Gen-Z memiliki realitas instant gratification yang tentu menimbulkan problem serta menghambat produktifitas di masa depan. Bukan berarti masa depan mereka akan gelap, tak tentu arah, serta mengekor pada kemajuan semu. Gen-Z dengan segala dinamika dan problematikanya masih memiliki potensi yang mungkin menjadi peluang dalam tatanan masa depan yang cerah. Menghilangkan pola pikir instant gratification pada peserta didik, diperlukan pendekatan yang komprehensif dari berbagai pihak, termasuk guru, orang tua, dan peserta didik itu sendiri. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan guna terhindar dari pola pikir instant gratification.

Membangun Kesadaran Diri

Langkah pertama dalam mengatasi pola pikir instant gratification adalah membantu peserta didik memahami dampak negatif dari kebiasaan ini terhadap perkembangan dan masa depan mereka. Sekolah, guru dan orang tua harus membangun kemitraan dalam penanaman nilai karakter kesabaran, tekun, dan tahapan mencapai kesuksesan hidup. Memakai percontohan nyata dari kehidupan sehari-hari dapat membantu peserta didik menyadari bahwa proses pembelajaran memerlukan waktu dan usaha.

Guru atau orang tua bisa menerapkan latihan menunda kepuasan sebagai cara untuk melatih kesabaran dan ketekunan pada peserta didik. Salah satu contoh terkenal adalah Marshmallow Test, yang menguji kemampuan anak untuk menunda kepuasan dengan menjanjikan hadiah yang lebih besar jika mereka bersedia menunggu. 

Guru memberikan sebuah aktivitas di mana siswa diberi pilihan antara menerima hadiah kecil sekarang (misalnya, sepotong permen) atau menunggu 15 menit untuk menerima hadiah yang lebih besar (misalnya, dua potong permen). Setelah eksperimen selesai, guru bisa berdiskusi dengan siswa tentang perasaan mereka selama menunggu dan apakah penantian tersebut sepadan dengan hasil yang mereka dapatkan.

Diskusi ini bisa mengarah pada pembahasan bahwa banyak hal dalam hidup yang memerlukan kesabaran dan ketekunan, dan hasil yang lebih memuaskan sering kali membutuhkan waktu dan usaha lebih. Guru kemudian bisa mengaitkan latihan ini dengan dunia akademik, di mana menunda hiburan atau kepuasan sesaat (misalnya, menunda bermain game untuk belajar lebih giat) bisa menghasilkan pencapaian yang lebih besar di masa depan.

Perencanaan dan Manajemen Waktu

Mulai tahapan pendidikan dasar peserta didik dapat diajari keterampilan manjemen waktu.  Mereka perlu diajarkan bagaimana membagi waktu mereka untuk tugas-tugas yang berbeda, serta bagaimana menetapkan prioritas. Membuat jadwal belajar yang terstruktur dapat membantu mereka menyadari bahwa tugas yang besar dapat diselesaikan dengan memecahnya menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola. Sebagai contoh, penggunaan to-do list untuk mengajarkan manajemen waktu. Guru bisa meminta siswa untuk membuat daftar hal-hal yang harus mereka lakukan setiap hari, termasuk pekerjaan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan waktu luang. Setiap kali mereka menyelesaikan tugas, mereka bisa mencoretnya dari daftar, yang memberikan rasa pencapaian.

Di pagi hari, siswa diberi waktu lima menit untuk membuat daftar tugas-tugas harian yang harus mereka selesaikan, misalnya:

1. Menyelesaikan latihan matematika halaman 20-25

2. Membaca cerita dari buku Bahasa Indonesia selama 20 menit

3. Menonton video edukasi untuk pelajaran sains selama 30 menit

4. Bermain di luar rumah selama 1 jam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun