Sebagaimana telah menjadi rahasia umum dikalangan warga Muhammadiyah, bahwa sekolah-sekolah  Muhammadiyah tumbuh dan berkembang dari bawah, setapak demi setapak, hingga menjadi sekolah Muhammadiyah yang tampil elite dengan prestasi gemilang para guru dan siswanya.Â
Sekolah Muhammadiyah seperti ini tentunya gagah dan gampang jika membantu untuk mengurusi anak-anak dhuafa. Namun, demikian tidak secara keseluruhan sekolah Muhammadiyah yang elit itu mau direpotkan dan konsen pada urusan kaum dhuafa dan marjinal. Sekolah Muhammadiyah elit telah berada pada zona stabil, dimana ada kecenderungan untuk terus menjaga kualitas dan kestabilannya.
Fakta di atas dibuktikan dengan biaya sekolah yang mahal serta prosesi penerimaan peserta didik dengan yang ketat menggunakan kriteria ini dan itu.Â
Alasannya, demi mempertahankan kualitas input pendidikan. Apabila sekolah Muhammadiyah elit memiliki paradigma tersebut maka sungguh sangat egois sebagai bagian dari tubuh Muhammadiyah. Karena sudah barang tentu hanya kelas menengah ke atas saja yang dapat mengakses pendidikan berkualitas.Â
Sedangkan, kaum dhuafa akan semakin terpinggirkan dan hanya mampu bersekolah di sekolah Muhammadiyah yang belum maju dengan layanan pendidikan seadanya dan asal jalan.Â
Oleh karena itu, sekolah Muhammadiyah elit harus mau membagi praktik baiknya kepada lembaga dan sekolah Muhammadiyah yang belum maju. Agar sekolah yang belum maju itu memiliki daya dan upaya untuk turut serta mengurai problem-prolem dhuafa.
Sekolah Muhammadiyah elit yang sudah stabil tata kelola asetnya, haruslah menjadi pioner dan pelopor pemberdayaan dhuafa. Hal tersebut seminimal mungkin dapat dilkukan dengan membuka peluang beasiswa bagi anak-anak dhuafa tanpa harus disyaratkan dengan penguasaan jenis kemampuan tertentu. Karena selama ini, anak dhuafa yang pintar saja baru bisa mendapatkan akses beasiswa dan pendidikan.Â
Lalu, bagi mereka anak dhuafa yang tidak terlalu pintar tetapi juga ingin mengenyam pendidikan agar supaya pintar kerap tidak mendapatkan kesempatan. Maka, sekolah Muhammadiyah elit perlu menghadirkan pendidikan alternatif bagi kaum dhuafa yang lemah intelektualnya agar sedikit demi sedikit mereka memiliki keterampilan hidup. Kalimat lainnya, prioritasnya adalah membesarkan yang kecil tanpa mengecilkan yang sudah besar.
Ekosistem Pendidikan Akar Rumput adalah Kunci
Ekosistem pendidikan perlu dibangun dalam gerakan Muhammadiyah di akar rumput. Kemajuan sekolah Muhammadiyah bergantung dari stakeholdernya untuk senantiasa terbuka, aruh dan weruh kepada pimpinan cabang maupun ranting Muhammadiyah.Â
Bersama-sama menciptakan batas-batas nomenklatur yang disepakati bersama dan saling berkolaborasi untuk memajukan lembaga dengan mendayagunakan sumber daya yang ada secara maksimal dan dalam koridor adab maupun etika hukum yang berlaku.
Sekolah Muhammadiyah bergerak dari bawah (buttom up) sedikit demi sedikit membangun ekosistem positif, kerja sama, kolaborasi hingga akhirnya melejit bersama dalam kemajuan. Pimpinan cabang maupun ranting juga harus berkomunikasi dengan sekolah binaannya begitu juga sebaliknya.Â