Kemudian laporan Kemendikbudristek tentang iklim belajar.  Dalam Rapor Pendidikan, iklim belajar sekolah secara umum dinyatakan baik. Salah satu indikator iklim belajar baik adalah bebas perundungan/bullying.Â
Namun sepanjang tahun 2023 kekerasan dalam dunia pendidikan Indonesia begitu masif terjadi. Namun, Rapor Pendidikan menunjukkan data bahwa iklim belajar kita baik-baik saja.Â
Apa kredibel rapor seperti ini? Kritik mendasar pengambil kebijakan adalah pendidikan Indonesia tidak bisa hanya dipotret melalui ANBK karena dinamika pendidikan Indonesia itu begitu kompleks, dan multifaktor.Â
Objektifikasi pendidikan hanya pada ANBK menjadi tanda bahwa pemangku kebijakan tidak memahami  hal-hal fundamental dan substansi dalam dunia pendidikan.Â
Mereka lebih konsen memprioritaskan  hal-hal superfisial, teknis, kasatmata, bisa diukur, dan mudah diglorifikasi seperti banyaknya pengunduh dan pengguna aplikasi!Â
Kemudian, menggunakan rapor pendidikan sebagai acuan pengembangan guru, sebenarnya juga tidak valid dan tidak kredibel. Sekarang guru akan dipaksa lagi berlatih, kejar tayang webinar di PMM.Â
Lantas apakah kualitas guru benar-benar meningkat? Apakah PMM selama ini benar-benar memberikan dampak juga pada peserta didik? Memang dalam platform PMM itu beragam testimoni dari guru yang telah berkecimpung lama dalam pemanfaatan PMM dengan berbagi praktik baik dalam bentuk aksi nyata.Â
Namun, juga menjadi pertanyaan apakah itu memang benar-benar berkat PMM ataukah ada aktris yang dibayar untuk mempersepsikan bahwa PMM adalah platform mutakhir untuk perbaikan dan kemajuan pendidikan.Â
Sepanjang pembacaan penulis, belum ada riset dan penelitian yang valid yang membuktikan bahwa berlatih melalui PMM meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar siswa.Â
Memaksakan guru untuk aktif di PMM sepanjang waktu sebagai bentuk kinerja membuat guru terbebani. Sehingga makin jelas dan terlihat bahwa pemangku kebijakan "MUMET" dan tidak memahami dengan jelas tentang realitas pengajaran yang dihadapi guru.