Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Estetika Keseharian, Warisan Terbesar AR Fachruddin

25 Februari 2020   06:26 Diperbarui: 25 Februari 2020   06:55 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang pengetahuan kita terminologi "estetika" erat kaitannya dengan penilaian terhadap seni dan segala pernak-perniknya. Namun, pandangan tersebut mulai dipertanyakan kembali oleh pakar filosof. Mereka beranggapan bahwa pengertian dan ruang lingkup estetika bukan hanya persoalan seni tetapi juga alam dan perilaku manusia. Para pakar filsafat di belahan negara lain mulai berupaya mengembalikan makna estetika seperti dahulu. 

Upaya tersebut dilakukan dengan mengambangkan sebuah paradigma yang disebut estetika keseharian. Sumartono, Ph.D menuliskan dalam artikelnya berjudul "Perspektif Estetik dalam Filsafat Pendidikan Kiai Ahmad Dahlan" menyatakan bahwa estetika keseharian terinspirasi dari gagasan John Dewey dalam bukunya Art as Experience, dalam buku tersebut Dewey menjelaskan bahwa pengalaman estetik adalah mungkin terjadi dalam setiap aspek keseharian kehidupan manusia.

Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, estetika keseharian melanjutkan kecenderungan minat terhadap lingkup alam dan lingkungan, kemudian diikuti dengan eksplorasi seni-seni popular. Estetika keseharian memberbesar lingkup tersebut dengan mengikutsertakan kejadian, objek, aktivitas-aktivitas kehidupan orang. 

Dapat dipahami estetika keseharian yang menyangkut perilaku manusia adalah tentang perbuatan dan karakter yang baik. Dimana orang yang memiliki karakter dan berbuat baik akan menjadi figur luar biasa serta mampu memberikan cahaya keteladanan bagi orang disekitarnya. 

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka ada hubungannya dengan ARFachruddin (Ketua PP Muhammadiyah 1968-1990), yaitu  erat kaitannya dengan upaya memasukkan perilaku manusia sebagai bagian lingkup estetika keseharian. AR. Fachruddin menjadi sosok yang besar dan figur panutan karena  perbuatan-perbuatan mulia yang dilakukannya dan terpancar dalam bentuk kejadian unik, menyenangkan, menarik.

Cahaya Kesederhanaan Muhammadiyah

Syaifuddin Simon bercerita pengalamannya ketika 'ngekos' di rumah yang beralamat  Jalan Cik Ditiro 19 A, Yogyakarta berpuluh-puluh tahun silam. Dilansir dari tirto.id (23/02/2020), Simon menceritakan tentang sosok ARFachruddin yang menjadi bapak kosnya waktu itu. "Pak ARitu orangnya sangat, sangat, sangat sederhana," kata Simon. 

Mengusut tentang ARFachruddin  lahir di Pakualaman Yogyakarta pada 14 Februari 1916 dari pasangan K.H. Fachruddin dan Maimunah binti K.H. Idris Pakualaman. Pak A.R, sapaan akrab AR Fachruddin, mulai mewaqafkan dirinya untuk Muhammadiyah semanjak usia muda. Bahkan sebagian hidupnya habis untuk berkhidmat dan memajukan umat Islam melalui organisasi Muhammadiyah.

Dalam Muhammadiyah, Pak ARmengabdi dari titik bawah. Ia menjalankan perannya sebagai guru di sepuluh sekolah Muhammadiyah, menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah, dari ranting hingga wilayah. Hingga akhirnya menjadi Ketua PP Muhammadiyah dengan masa kepemimpinan terlama (1968-1990). 

Menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah tidak serta merta merubah gaya hidup Pak AR Pribadi sederhana tidak bisa lepas darinya, pergi kemanapun Pak ARlebih senang mengayuh sepeda atau mengendarai sepeda motor Yamaha butut miliknya. Simon menceritakan, pernah suatu ketika Pak AR mendapat tawaran kendaraan enak nan nyaman. Awal tahun 1980-an, perwkilan PT Astra datang menawarkan mobil Toyota Corolla DX secara gratis. Namun Pak AR menolaknya dengan alasan ia tidak bisa menyetir mobil dan tidak mau repot dengan perawatan mobil.

Selekta kisah lain tentang kesederhanaan Pak ARsecara apik diabadikan oleh suaramuhammadiyah.com berikut:

Peristiwanya terjadi di sekitar tahun 1963-an. Pak AR diundang di desa Krendetan, Purwodadi (kalau tidak salah) oleh ranting Muhammadiyah di sana. Karena perjalanan cukup jauh dan naik kendaraan umum yang kadang-kadang pakai 'ngetem' segala, maka sampai di Krendetan sudah sore. Langsung Pak AR diantar ke tempat salah satu keluarga tempat transit.

Di situ dijamu teh yang kebetulan kurang manis.Kata yang empunya rumah ; "Maaf Pak AR tehnya kurang manis" Jawab Pak AR :   "Tidak apa-apa, malah kebetulan. Kata dokter kalau kebanyakan gula kita bisa kena penyakit kencing manis". Selesai istirahat sebentar, kemudian tiba waktu maghrib dan shalat maghrib berjamaah.di masjid.  

Pulang dari masjid kembali ke rumah dan diajak makan malam. Secara kebetulan sayurnya kurang garam, sehingga si empunya rumah terpaksa meminta maaf. "Maaf Pak AR masakannya rasanya kurang  asin" katanya sembari memanggil istrinya minta garam. Kata Pak AR ; "Tidak apa-apa, tidak usah repot-repot. Kata dokter kalau kebanyakan garam, bisa cepat kena darah tinggi." Habis makan bersama pengurus ranting lainnya pergi ke tempat pengajian sampai kira-kira jam 23 malam. 

Selesai pengajian kembali ke rumah dan Pak AR dipersilahkan istirahat/tidur. Tetapi tidak ada tempat tidurnya, hanya pakai  kasur tipis yang digelar di atas tikar di lantai, sambil mempersilahkan beristirahat yang punya rumah bilang ; "Maaf Pak AR tidak pakai dipan". Jawab Pak AR ; "Terima kasih, tidak apa-apa. Malah tidak akan jatuh. Kalau pakai dipan kadang-kadang bisa jatuh" jawab Pak AR. 

Pemilik rumahpun menyampaikan terima kasih sambil menyatakan permintaan maaf, karena lampu di kamar wattnya kecil, suasananya jadi redup. Dan dijawab oleh Pak AR, : "Tidak apa-apa, kalau redup malah cepat tidur". Komentar teman Pak AR ; "Wah kalau dengan Pak AR ini semuanya serba kebetulan".

Bagi Muhammadiyah  Pak AR adalah figur sederhana yang menampilkan kesederhanaan dengan alami tanpa dibuat-buat. Kesederhnaan tersebut bisa disebut sebagai perilaku sufistik. Atau dalam sebutan Masyitoh (2008) sebagai "tasawuf akhlaqi". Setiap peristiwa dan kejadian yang menimpa Pak ARsenantiasa dilihat dalam sudut pandang yang sederhana namun tak meremehkan. Maka tidak berlebihan jika Pak ARdisebut sebagai "Cahaya Kesederhanaan Muhammadiyah".

AR Fachruddin dan Dakwah
Jalan dakwah bagi Pak ARadalah misi kehidupannya, sebagai kader Muhammadiyah Pak ARmemiliki tanggung jawab menyampaikan dakwah kepada warga Muhammadiyah dan umat Islam keseluruhan. Perjuangan dan pengorbanan Pak AR di medan dakwah bukanlah jalan yang mulus tanpa rintangan. 

Dakwah hingga ke wilayah pelosok negeri telah Pak ARlalui. Simon, anak indekosnya Pak AR kembali menceritakan bahwa dakwahnya Pak ARitu sederhana, ringan, dan menyejukkan. Bahkan kerap kali Pak ARmenolak pemberian amplop dari ceramah yang dilakukannya.

Satu ketika pengurus masjid di kawasan Poncowinatan datang ke rumah Pak A.R. Mereka rupanya sedang kebingungan karena ada salah satu donator masjid dari kalangan non-Muslim meminta jenazah ayahnya dishalatkan sebelum dimakamkan. Mendengar keluhan para pengurus masjid, lantas Pak ARbergegas datang ke rumah duka. 

Tiba di sana Pak AR memberikan perintah kepada pengurus masjid memasukkan peti jenazah si non-Muslim dan diletakkan di sisi rungan masjid. Kemudian, Pak ARmelaksanakan shalat Ashar berjamaah. Usai shalat si anak almarhum bertanya,"Pak AR mengapa peti jenazah bapak tidak diletakkan di depan seperti saat orang Islam dishalatkan". Pak ARmenjawab, "Yang di depan kan orang Islam. Kalau non-Muslim diletakkan di samping. Ini cara kami mengehormati dan mengistimewakan tamu."

Dibalik keluwesannya dalam dakwah, Pak AR tetap menempatkan Muhammadiyah sebagai jalan pemurnian Islam. Pak ARmenjelaskan," Muhammadiyah sangat berusaha agar peribadatan dalam Muhammadiyah jangan ada tambah-tambahan. Diusahakan agar soal-soal agama dalam Muhammadiyah sama seperti yang telah terjadi di jaman Rasulullah SAW. 

Muhammadiyah sangat mengusahakan agar keluarga Muhammadiyah puas dengan tindakan dan percontohan-percontohan yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW, meskipun mungkin mendapat tantangan dari masyarakat. Baik masyarakat umum maupun masyarakat Islam khusus." Pak AR menegaskan bahwa dakwah Muhammadiyah adalah dakwah yang terbuka untuk masyarakat. 

Dalam membentuk masyarakat, dakwah memiliki peranan yang besar sekali. Menurut Pak AR, suatu masyarakat, "...dapat sejahtera, aman, damai, dan makmur itu apabila diikuti dengan keadilan, kejujuran, persaudaraan, gotong-royong, tolong menolong dan harus bersendikan hukum-hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh setan dan hawa nafsu."

Warisan Estetika Keseharian AR Fachruddin

Estetika keseharian menjadikan perilaku positif sebagai ragam kebaikan dan pencerahan bagi kehidupan. Pak AR memberikan sebuah keteladanan sikap positif sepanjang hidupnya, hal ini menjadi warisan berharga bagi Muhammadiyah dan umat Islam keseluruhan. Kesederhanaan, kejujuran, dan keikhlasan menjadikan Pak AR hidup sebagai sosok hebat dan indah perangainya. Apabila menginginkan kemuliaan hidup, maka menjalani kehidupan haruslah penuh kesederhanaan, kejujuran, dan keikhlasan. Inilah warisan terbesar AR Fachruddin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun