Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Estetika Keseharian, Warisan Terbesar AR Fachruddin

25 Februari 2020   06:26 Diperbarui: 25 Februari 2020   06:55 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwanya terjadi di sekitar tahun 1963-an. Pak AR diundang di desa Krendetan, Purwodadi (kalau tidak salah) oleh ranting Muhammadiyah di sana. Karena perjalanan cukup jauh dan naik kendaraan umum yang kadang-kadang pakai 'ngetem' segala, maka sampai di Krendetan sudah sore. Langsung Pak AR diantar ke tempat salah satu keluarga tempat transit.

Di situ dijamu teh yang kebetulan kurang manis.Kata yang empunya rumah ; "Maaf Pak AR tehnya kurang manis" Jawab Pak AR :   "Tidak apa-apa, malah kebetulan. Kata dokter kalau kebanyakan gula kita bisa kena penyakit kencing manis". Selesai istirahat sebentar, kemudian tiba waktu maghrib dan shalat maghrib berjamaah.di masjid.  

Pulang dari masjid kembali ke rumah dan diajak makan malam. Secara kebetulan sayurnya kurang garam, sehingga si empunya rumah terpaksa meminta maaf. "Maaf Pak AR masakannya rasanya kurang  asin" katanya sembari memanggil istrinya minta garam. Kata Pak AR ; "Tidak apa-apa, tidak usah repot-repot. Kata dokter kalau kebanyakan garam, bisa cepat kena darah tinggi." Habis makan bersama pengurus ranting lainnya pergi ke tempat pengajian sampai kira-kira jam 23 malam. 

Selesai pengajian kembali ke rumah dan Pak AR dipersilahkan istirahat/tidur. Tetapi tidak ada tempat tidurnya, hanya pakai  kasur tipis yang digelar di atas tikar di lantai, sambil mempersilahkan beristirahat yang punya rumah bilang ; "Maaf Pak AR tidak pakai dipan". Jawab Pak AR ; "Terima kasih, tidak apa-apa. Malah tidak akan jatuh. Kalau pakai dipan kadang-kadang bisa jatuh" jawab Pak AR. 

Pemilik rumahpun menyampaikan terima kasih sambil menyatakan permintaan maaf, karena lampu di kamar wattnya kecil, suasananya jadi redup. Dan dijawab oleh Pak AR, : "Tidak apa-apa, kalau redup malah cepat tidur". Komentar teman Pak AR ; "Wah kalau dengan Pak AR ini semuanya serba kebetulan".

Bagi Muhammadiyah  Pak AR adalah figur sederhana yang menampilkan kesederhanaan dengan alami tanpa dibuat-buat. Kesederhnaan tersebut bisa disebut sebagai perilaku sufistik. Atau dalam sebutan Masyitoh (2008) sebagai "tasawuf akhlaqi". Setiap peristiwa dan kejadian yang menimpa Pak ARsenantiasa dilihat dalam sudut pandang yang sederhana namun tak meremehkan. Maka tidak berlebihan jika Pak ARdisebut sebagai "Cahaya Kesederhanaan Muhammadiyah".

AR Fachruddin dan Dakwah
Jalan dakwah bagi Pak ARadalah misi kehidupannya, sebagai kader Muhammadiyah Pak ARmemiliki tanggung jawab menyampaikan dakwah kepada warga Muhammadiyah dan umat Islam keseluruhan. Perjuangan dan pengorbanan Pak AR di medan dakwah bukanlah jalan yang mulus tanpa rintangan. 

Dakwah hingga ke wilayah pelosok negeri telah Pak ARlalui. Simon, anak indekosnya Pak AR kembali menceritakan bahwa dakwahnya Pak ARitu sederhana, ringan, dan menyejukkan. Bahkan kerap kali Pak ARmenolak pemberian amplop dari ceramah yang dilakukannya.

Satu ketika pengurus masjid di kawasan Poncowinatan datang ke rumah Pak A.R. Mereka rupanya sedang kebingungan karena ada salah satu donator masjid dari kalangan non-Muslim meminta jenazah ayahnya dishalatkan sebelum dimakamkan. Mendengar keluhan para pengurus masjid, lantas Pak ARbergegas datang ke rumah duka. 

Tiba di sana Pak AR memberikan perintah kepada pengurus masjid memasukkan peti jenazah si non-Muslim dan diletakkan di sisi rungan masjid. Kemudian, Pak ARmelaksanakan shalat Ashar berjamaah. Usai shalat si anak almarhum bertanya,"Pak AR mengapa peti jenazah bapak tidak diletakkan di depan seperti saat orang Islam dishalatkan". Pak ARmenjawab, "Yang di depan kan orang Islam. Kalau non-Muslim diletakkan di samping. Ini cara kami mengehormati dan mengistimewakan tamu."

Dibalik keluwesannya dalam dakwah, Pak AR tetap menempatkan Muhammadiyah sebagai jalan pemurnian Islam. Pak ARmenjelaskan," Muhammadiyah sangat berusaha agar peribadatan dalam Muhammadiyah jangan ada tambah-tambahan. Diusahakan agar soal-soal agama dalam Muhammadiyah sama seperti yang telah terjadi di jaman Rasulullah SAW. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun